Menuju konten utama

Harbolnas 1212: Kenali Tanda dan Terapi Kecanduan Belanja Online

Apa tanda-tanda seorang konsumen diidentifikasikan sebagai online shopaholic?

Harbolnas 1212: Kenali Tanda dan Terapi Kecanduan Belanja Online
Ilustrasi Promo Ramdan Toko Online. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Hari Belanja Online Nasional 12.12 atau yang biasa kita sebut Harbolnas jatuh pada hari ini, Rabu 12 Desember 2018.

Menyambut Harbolnas, sejumlah toko online di seluruh Indonesia menawarkan harga terbaik dan termurah untuk barang-barang yang akan dijual. Promo-promo menarik dari toko online seperti potongan harga hingga 90%, bonus, voucher, dan lainnya hanyalah sebagian dari hal menarik lainnya di Harbolnas. Jangan lupakan juga promosi-promosi dari bank yang tentunya tak kalah menggiurkan.

Berbicara mengenai belanja, di lingkungan sekitar kita pasti sering mendengar istilah ‘shopaholic’. Bahkan banyak dari kita mungkin menjadikan istilah ‘kecanduan belanja’.

Sebuah studi yang diterbitkan jurnal Plos One menguji persamaan antara belanja online dan rasa kecanduan. Para ilmuwan masih mencoba untuk mencari tahu bagaimana belanja online bisa mempengaruhi perilaku seseorang, hingga di satu titik, kecanduan ini lebih mirip dengan gangguan kontrol impuls atau gangguan obsesif-kompulsif.

Peneliti menemukan tiga kelompok besar orang yang telah kecanduan belanja online. Di antaranya adalah konsumen yang suka membeli secara anonim dan menghindari interaksi sosial, konsumen yang suka dengan banyaknya variasi jenis barang belanjaan dan ketersediaan barang yang konstan, serta konsumen yang suka dengan kepuasan instan.

Lalu, apa tanda-tanda seorang konsumen diidentifikasikan sebagai online shopaholic?

Huffpost menulis sejumlah kriteria konsumen yang bisa disebut sebagai online shopaholic, yaitu di antaranya adalah:

  • Kita memiliki banyak barang yang belum dibuka dan masih tersegel di lemari.
  • Kita dengan mudah membeli sesuatu yang sebetulnya tidak dibutuhkan atau tidak
  • Rasa frustasi yang mendorong keinginan berbelanja semakin besar sebagai upaya untuk mengisi kekosongan emosional, seperti kesepian, kurangnya kontrol, atau kurangnya kepercayaan diri.
  • Adanya perasaan menyesal setelah membeli barang, entah karena membeli terlalu banyak atau harga yang dibeli tidak sesuai (menemukan harga yang lebih murah dengan barang yang sama di toko sebelah).
  • Kita mencoba menyembunyikan kebiasaan belanja kita dari orang lain.
  • Merasa cemas bila tidak berbelanja dalam sehari saja.
Sementara itu, Psychology Today menyebut online shopaholic sangat berpengaruh bahkan di titik tertentu mampu mengganggu hubungan kita dengan orang lain, pekerjaan, dan tentunya menimbulkan masalah finansial.

Tentunya hal-hal di atas tidak bisa dijadikan acuan untuk mengidentifikasi seseorang sebagai kecanduan belanja. Namun paling tidak, kita menjadi tahu batasan-batasan agar kita tahu tentang perilaku shopaholic. Berbelanja bukan suatu hal yang tidak baik selama kita mampu membentengi diri agar tidak berlebihan. Sebagaimana dilansir US News, berikut ini adalah beberapa cara yang bisa kita lakukan agar terhindar dari berbelanja online yang adiktif:

  • Jika kita menerima notifikasi dari situs belanja online kita, jangan terburu-buru untuk melihat isinya, bahkan sebaiknya langsung hentikan berlangganan agar kita tidak lagi melihat situs yang membuat kita tergiur untuk berbelanja online.
  • Batasi internet kita untuk mengakses situs-situs belanja online kita. Bila perlu, minta salah satu orang untuk membuat kata sandi yang tidak kita ketahui sehingga kita akan kesulitan saat ingin membuka situs online shopping tersebut. Jangan lupa untuk menghapus history dari komputer supaya tidak tergoda untuk mencari-cari akses berbelanja online.
  • Alihkan perhatian kita dengan aktifitas lainnya, seperti berolahraga, berkumpul bersama keluarga dan teman-teman, membaca buku, dan hal-hal positif lainnya. Sesekali coba renungkan kembali, mengapa kita berbelanja? Apakah sekedar kesenangan atau memang kebutuhan? Refleksi diri menjadikan pikiran kita lebih tenang dan bijaksana dalam memutuskan sesuatu.
  • Cari bantuan jika kebiasaan berbelanja semakin sulit untuk dikendalikan. Belanja kompulsif dapat dikelola dengan bantuan terapi dan dukungan dari orang sekitar.
Menerapi diri sendiri dari hal yang bisa jadi tidak baik bagi kita memang tidaklah mudah. Akan tetapi ketika kita terus mencoba tanpa menyerah, bukan tidak mungkin, Harbolnas pun akan terlewati dengan bijaksana dan terasa lebih menyenangkan.

Baca juga artikel terkait HARBOLNAS atau tulisan lainnya dari Alifa Justisia

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Alifa Justisia
Penulis: Alifa Justisia
Editor: Yulaika Ramadhani