tirto.id - Anak-anak memang rentan terhadap banyak penyakit, seperti pilek, batuk, sakit tenggorokan dan infeksi. Terlebih untuk anak-anak di tempat penitipan anak, yang mempunyai potensi lebih besar bertemu lebih banyak orang dan mendapatkan lebih banyak potensi tertular penyakit atau infeksi daripada anak yang dirawat di rumah.
Menjaga agar tangan mereka selalu bersih merupakan langkah besar dalam mengajari anak-anak akan kebersihan diri mereka. Metode dalam menjaga kebersihan tersebut terkadang membuat perbedaan besar terhadap kesehatan anak-anak.
Menggunakan hand sanitizer merupakan salah satu cara untuk menjaga agar tangan anak selalu bersih. Namun, apakah penggunaan hand sanitizer lebih baik ketimbang cuci tangan menggunakan air dan sabun?
Penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Pediatrics menemukan bahwa anak-anak yang membersihkan tangan mereka dengan hand sanitizer sebagai pengganti sabun dan air ternyata memiliki sedikit resiko terkena infeksi saluran pernapasan, sehingga lebih jarang sakit.
Penelitian ini dilakukan terhadap 911 anak-anak hingga usia 3 tahun yang ada di 24 tempat penitipan anak atau daycare centers di Almeria, Spanyol, selama 8 bulan.
Anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok responden, satu kelompok yang menggunakan hand sanitizer, satu kelompok lainnya yang menggunakan air dan sabun untuk cuci tangan, dan satu kelompok l yang mengikuti rutinitas mencuci tangan sehari-hari di daycare centers tersebut.
Hasilnya, kelompok anak yang menggunakan air dan sabun memiliki 21 persen resiko lebih tinggi tertular infeksi pernafasan daripada kelompok hand sanitizer. Dan 31 persen lebih tinggi risiko antibiotik yang diresepkan dibandingkan mereka yang menggunakan hand sanitizer.
Anak-anak yang menggunakan sabun dan air tidak masuk sekolah karena sakit lebih banyak yaitu 3,9 persen, dibandingkan anak-anak yang menggunakan hand sanitizer yang absen sebanyak 3,25 persen saja.
Infeksi pernapasan memang menjadi hal yang ditakutkan terjadi pada anak-anak, seperti flu biasa sampai pneumonia, karena sistem kekebalan pada anak yang kurang dibandingkan orang dewasa.
Daerah tropis seperti Jakarta, yang ketika panas suhunya bisa mencapai 32°C, membuat masyarakat lebih sering menghabiskan waktunya di ruang tertutup dengan pendingin ruangan yang aktif sepanjang hari, baik di musim penghujan ataupun kemarau. Orang Jakarta bekerja di dalam kantor, bersosialisasi pun di dalam mal, dst.
Ruangan tertutup dengan pendingin udara tersebut memiliki sirkulasi udara yang tidak baik, sehingga risiko penularan melalui udara, ataupun kontak langsung dengan penderita influenza yang malas mencuci tangan, juga semakin tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harvard School of Public Health, penggunaan masker wajah dapat menurunkan risiko penularan penyakit infeksi saluran pernafasan.
Editor: Yulaika Ramadhani