Menuju konten utama

Gunungkidul Rumuskan Upaya Tekan Angka Bunuh Diri

Ketua Satgas Berani Hidup, Immawan Wahyudi mengatakan langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan melakukan identifikasi melalui psikolog yang nantinya akan ditempatkan di setiap puskesmas.

Gunungkidul Rumuskan Upaya Tekan Angka Bunuh Diri
Ilustrasi bunuh diri [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Satuan Tugas (Satgas) Berani Hidup Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), merumuskan beberapa langkah guna mencegah upaya bunuh diri yang marak terjadi dalam beberapa pekan terakhir ini di Gunungkidul.

Ketua Satgas Berani Hidup, Immawan Wahyudi mengatakan langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan melakukan identifikasi melalui psikolog yang nantinya akan ditempatkan di setiap puskesmas.

"Penempatan psikolog untuk mengidentifikasi awal pencegahan. Selama ini puskesmas belum memperhatikan hal tersebut," katanya Wahyudi di Gunungkidul, dikutip dari Antara, Selasa (21/2/2017).

Puskesmas, kata dia, adalah salah satu garda terdepan dalam kesehatan masyarakat yang diharapkan ikuti memberi arahan kepada masyarakat terkait pencegahan bunuh diri.

"Diperlukan pengamatan dini secara psikologis di puskesmas," kata Wakil Bupati Gunungkidul ini.

Hal yang kedua, kata dia, adalah melalui tokoh agama yang terus melakukan sosialisasi kepada warga terkait pencegahan bunuh diri melalui kegiatan keagamaan.

"Perlu adanya peningkatan religiuslitas dan spiritualitasnya," katanya.

Wahyudi mengatakan hal yang terakhir adalah penanganan yang cepat dari masyarakat sekitar. Dari beberapa kesaksian masyarakat yang gagal melakukan bunuh diri, mereka mengaku selalu ada bisikan untuk melakukan bunuh diri. Masyarakat yang mendengar keluhan dari seseorang yang mendapatkan bisikan perlu adanya respon cepat, sehingga perlu ditangani.

"Jangan dianggap enteng jika ada warga yang mengaku mendengar bisikan, karena dari pengalaman beberapa orang yang gagal bunuh diri berasal dari mendengar bisikan. Masyarakat harus segera melaporkan ke puskesmas terdekat," katanya.

Dengan adanya beberapa rekomendasi tersebut, Wahyudi berharap kasus bunuh diri di Gunung Kidul bisa ditekan.

"Harapannya tahun ini dan tahun selanjutnya bisa menekan kasus bunuh diri," katanya.

Sementara itu, Ida Rochmawati selaku anggota satgas berani hidup yang juga dokter kesehatan jiwa RSUD Wonosari, mengatakan tingginya angka bunuh diri setiap tahunnya juga mengalami pergeseran dari segi usia.

Ia mengatakan, sebelumnya kasus bunuh diri banyak menimpa usia di atas usia 60 tahun, namun saat ini sudah mulai di bawah 60 tahun.

Lebih lanjut ia menjelaskan, ada dua faktor yang menjadi penyebab terjadinya bunuh diri, pertama adalah faktor biologi, psikologi, dan sosial. Untuk itu diperlukan penanganan serius dan sedini mungkin.

Kedua, kata dia, adalah faktor sosial atau budaya. Ia menyampaikan bahwa banyak masyarakat yang mempercayai pulung gantung yang menjadi penyebab bunuh diri, sehingga perlu penanganan yang sinergis untuk mengantisipasinya. Selama ini masih dilakukan parsial sehingga kurang efektif.

"Selama ini tidak ada aturan yang mengikat secara sistem, untuk upaya pencegahan bunuh diri," bebernya.

Baca juga artikel terkait BUNUH DIRI atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Alexander Haryanto
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto