tirto.id - Pada 7 Januari 2017, tepat pukul 8 pagi, Andien Aisyah merasakan kontraksi yang cukup kencang. Kontraksi sebenarnya sudah dirasakan Andien sehari sebelumnya, hanya saja, pagi itu ia merasakan kontraksi yang lebih hebat.
Bidan dan orang tua datang ke rumahnya. Pada pukul 12 siang, bidan melakukan pengecekan. Kontraksi benar ada, tetapi bidan tak menemukan pembukaan. Orang tua Andien pun memutuskan untuk pulang.
Tak lama kemudian, ia mengalami kontraksi lagi, makin kencang dan makin sering. Sang suami dengan sigap menyiapkan segala keperluan melahirkan. Ia membawa kolam ke kamar, merebus 15 galon air, dan menyiapkan kamera dengan tripod.
Sepanjang persiapan itu, Andien terus mengalami pembukaan. Sampai pembukaan ke delapan, Andien dan suaminya masuk ke dalam kolam berisi air hangat. Para bidan berjaga di pinggiran kolam. Tubuh Andien bergerak dan terus berubah posisi. Ia mengikuti instingnya sebagai ibu yang sedang membantu bayinya mencari jalan keluar. Sekitar setengah jam, Andien melahirkan anak pertamanya. Kelahiran bayi laki-laki itu langsung disambut sang suami dan diletakkan ke pelukan Andien.
“Persalinan ini memang bukan tentang aku, tapi tentang Kawa [nama anak laki-laki Andien]. Bahwa Kawa sedang mencari jalan keluar, dan apa yang aku lakukan adalah mendukung dan memudahkan dia karena dia sendiri sedang berjuang,” ungkap Andien dalam video yang diunggahnya di YouTube, 24 Maret lalu.
Proses persalinan yang dijalani Andien bernama gentle birth. Ia merupakan suatu konsep persalinan yang alami dan memperhatikan semua aspek tubuh manusia secara holistik. Jadi, persalinan bukan proses biologis semata. Ada aspek psikologis di dalamnya. Dan sejarah membuktikan bahwa manusia memiliki insting tentang bagaimana proses melahirkan yang nyaman bagi tubuhnya.
Tahun lalu, Ayudia Bing Slamet juga memilih metode persalinan gentle birth saat melahirkan anak pertamanya. Berbeda dengan Andien, Ayudia tak melakukannya di rumah dan di dalam air, melainkan di sebuah klinik sederhana di Bali bernama Bumi Sehat.
Salah seorang bidan terkenal yang mempromosikan gentle birth di klinik itu adalah Robin Lim. Robin berasal dari Hawaii dan memilih menetap di Bali. Ia kemudian mendirikan klinik yang memberikan pertolongan untuk para ibu melahirkan secara alami atau gentle birth. Para bidan hanya mendampingi, dan berjaga-jaga jika terjadi masalah dalam proses melahirkan. Klinik itu juga tak mematok biaya, para ibu bisa memberikan donasi semampunya.
Saat ini, gentle birth kian populer. Ia menjadi pembicaraan di forum-forum diskusi kehamilan dan melahirkan. Bahkan ada komunitas bernama Komunitas Gentle Birth Untuk Semua. Laman resmi komunitas itu diikuti oleh 11.616 orang di Facebook. Komunitas itu juga aktif di Twitter sejak Juli 2012 dan memiliki 1.174 pengikut.
“Kehamilan dan melahirkan itu bukan penyakit, maka dia bukanlah peristiwa medis yang harus dirumahsakitkan, sebenarnya. Hanya kira-kira lima persen kehamilan dan persalinan mengandung potensi komplikasi yang membutuhkan tanganan medis,” papar Reza Gunawan dalam sebuah diskusi tentang gentle birth yang dimoderatori Dyah Pratitasari, anggota Komunitas Gentle Birth Untuk Semua.
Reza adalah seorang praktisi penyembuhan holistik. Ia juga suami dari penulis dan penyanyi Dewi Lestari (Dee). Reza banyak berbicara tentang gentle birth setelah sebelumnya, bersama Dee, mencari tahu tentang proses persalinan alami itu dan berhasil mempraktikkannya pada persalinan Dee yang kedua, pada 2009 lalu.
Reza memakai analogi buang air kecil dan buang air besar yang akan keluar pada waktunya dan tidak perlu dipaksakan dan tak membutuhkan tindakan medis. Proses buang air kecil dan air besar itu membutuhkan tindakan medis ketika ada masalah saja.
“Terkadang di rumah sakit, dilakukan intervensi yang sebenarnya tidak begitu perlu. Sehingga membuat efek rekam negatif,” imbuh Reza.
Menurutnya, persalinan selama ini hanya mementingkan satu variabel penting, yakni sehat dan selamat secara fisik. Untuk tujuan itu, maka dilakukan intervensi untuk menyelamatkan fisiknya, tetapi seringkali lupa dan abai akan psikis ibu saat melahirkan.
Posisi melahirkan di rumah sakit pun sudah ditentukan dan dibuat standar. Para calon ibu tidak bisa mengambil posisi mereka sendiri dengan bebas. Ibu yang akan melahirkan diminta telentang. Rumah sakit dan klinik bersalin menyediakan semacam alat penahan di bagian bawah lutut atau tungkai untuk membantu perempuan mengangkat kaki.
Dalam laporan penelitian yang berjudul The Evolution of Maternal Birthingyang diterbitkan American Journal of Public Health pada 1987, Lauren Dundes, MHS mengatakan posisi melahirkan yang dibakukan di rumah sakit itu tidak dilatarbelakangi studi ilmiah. Ia dilakukan demi memudahkan dokter dalam memeriksa vagina pasien dan menangani persalinan.
Padahal, posisi berbaring lah yang memicu sobek pada vagina. Pada posisi itu, kontraksi akan mendorong bayi secara horizontal. Ia menentang kekuatan gravitasi yang vertikal.
Pada gentle birth, ibu bebas memilih posisi, baik jongkok, setengah jongkok, duduk atau posisi apapun. Ia mengikuti instingnya sendiri dan posisi bayi yang sedang mencari jalan keluar.
Gentle birth bukanlah metode baru, ia malah metode yang sejak lama sudah digunakan. Cara melahirkan secara alami sudah dijalani manusia ribuan tahun lalu. Dalam buku Childbirth Across Cultures, Robbie Davis-Floyd dan Melissa Cheyney menjelaskan bahwa persalinan dengan cara berdiri, berjongkok, setengah berjongkok, atau merangkak, sama seperti yang dilakukan oleh suku-suku primitif di berbagai penjuru dunia. Ia sesuai dengan mekanisme alamiah tubuh manusia.
Prosedur Keamanan
Meskipun memilih melahirkan secara alami, Andien, Ayudia, dan Dee tak abai pada kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Itu mengapa mereka tetap membutuhkan bidan dan menyiapkan rencana evakuasi jika harus dilarikan ke rumah sakit terdekat.
“Kami sudah mendaftarkan ke rumah sakit yang jaraknya hanya lima menit dari rumah, untuk jaga-jaga,” ungkap Dee dalam kesempatan diskusi yang sama dengan Reza.
Dalam video melahirkannya, Andien juga tampak ditemani lebih dari dua orang bidan. Begitupun dengan Ayudia yang memilih melahirkan di klinik. Meski melahirkan secara alami, ia tetap didampingi para bidan.
Walaupun memilih melahirkan secara gentle, bukan berarti mereka tak memeriksakan kandungannya selama kehamilan. Andien menyebutkan ia rutin memeriksa kandungan sebulan sekali. Karena mengetahui janin dan dirinya sehat serta tak ada komplikasi, ia pun mantap untuk menjalani persalinan gentle birth.
Meskipun disebut-sebut sebagai metode persalinan yang nyaman dan minim trauma, gentle birth tak benar-benar menghapus rasa sakit. Dalam video yang dipublikasikan klinik Bumi Sehat, Ayudia mengatakan rasa nyeri dan sakit itu tetap ada.
“Tapi ya enggak sesakit itu kok, enggak sesakit yang aku bayangkan, yang aku rasain cuma capek aja,” kata Ayudia.
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Wan Ulfa Nur Zuhra