tirto.id - Deltacron adalah varian baru COVID-19 yang diidentifikasi sebagai hibrida baru dari virus corona yang menggabungkan varian delta dan omicron.
Para ilmuwan menyebutkan bahwa varian ini dianggap sebagai virus rekombinan, yang berarti ia telah menggabungkan informasi genetik dari kedua varian.
Jeremy Kamil, seorang profesor mikrobiologi dan imunologi di Louisiana State University Health Shreveport mengatakan, Delta pada dasarnya mengambil protein lonjakan omicron.
“Ini pada dasarnya adalah delta yang mencoba bertahan dengan menjiplak dari omicron,” ujarnya seperti dikutip NBC News.
Gejala Deltacron
Gejala deltacron (Omicron BA.2) sendiri sebenarnya lebih menyerupai varian Omicron, di mana umumnya tubuh akan sering mengenali varian deltacron sebagai varian omicron.
Selain gejala yang mirip dengan versi sebelumnya, deltacron disebut juga hampir sama infeksinya dengan campak.
Berdasarkan data dari Zoe COVID Symptom Study, beberapa gejala varian omicron teratas, meliputi:
- Pilek.
- Sakit kepala.
- Kelelahan.
- Bersin.
- Sakit tenggorokan.
- Batuk terus-menerus.
- Suara serak.
- Menggigil.
- Demam.
- Pusing.
- Kabut otak.
- Nyeri otot.
- Kehilangan penciuman.
- Sakit dada.
Dibandingkan dengan varian sebelumnya, delta dan omicron, varian baru 'deltacron' ini tampaknya tidak akan menyebar dengan mudah, kata William Lee, kepala petugas sains di Helix.
“Fakta bahwa tidak banyak, bahkan dua kasus yang kami lihat berbeda, menunjukkan bahwa itu mungkin tidak akan meningkat ke varian tingkat kekhawatiran,” katanya.
"Sejauh ini, di tempat-tempat di mana deltakron terdeteksi, menunjukkan bahwa tingkat deteksinya sangat rendah," ujar Dr. Maria Van Kerkhove, ahli epidemiologi penyakit menular Amerika dan pimpinan teknis COVID-19 WHO.
Untuk saat ini, lanjut Van Kerkhove, WHO belum melihat perubahan dalam epidemiologi.
"Mengenai deltacron, kami belum melihat adanya perubahan dalam tingkat keparahan. Tetapi ada banyak penelitian yang sedang berlangsung," imbuhnya lagi
William Hanage, seorang ahli epidemiologi di Harvard T.H. Sekolah Kesehatan Masyarakat Chan juga sependapat dengan pernyataan tersebut.
"Itu hanya varian jika menghasilkan jumlah kasus yang banyak. Jadi tidak, kalau tidak menimbulkan banyak kasus, masyarakat tidak perlu khawatir," tukasnya.
Editor: Iswara N Raditya