tirto.id - Ketua Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, pandemi COVID-19 berpotensi berubah menjadi endemi dalam kurun waktu tiga bulan mendatang.
"Selama tidak ada varian baru yang muncul lagi maka kemungkinan terbukanya peluang menuju endemi sangat besar," kata Miko saat dihubungi Tirto pada Senin (21/3/2022).
Menurutnya saat ini dunia internasional sedang mengamati varian baru Deltacron yang mulai terdeteksi di sejumlah negara.
"WHO dan sejumlah negara seperti Inggris dan Amerika Serikat sedang mengamati perkembangan Deltacron yang merupakan hasil mutasi dari perkawinan antara Delta dan Omicron," jelasnya.
Apabila berkaca pada kasus sebelumnya, varian baru COVID-19 selalu muncul selang 3 hingga 4 bulan saat varian lama mereda.
"Kita berkaca pada kasus sebelumnya, Delta muncul pada Juni 2021, lalu Omicron muncul di Indonesia pada Januari 2022," ujarnya.
Meski angka penambahan kasus saat ini menunjukkan penurunan, namun pemerintah patut waspada karena potensi terjadinya lonjakan kasus masih besar terjadi.
"Apabila melihat penambahan kasus pada saat ini, sudah mulai menurun dari yang 20 ribu sudah menuju kisaran 10 ribu. Padahal beberapa waktu lalu masih di angka 60 ribu," jelasnya.
Miko meminta kepada pemerintah untuk tetap menjaga pola testing di masyarakat agar penambahan COVID-19 tetap terawasi.
"Kita juga harus belajar dari Amerika Serikat dan Inggris yang angka testing nya masih tinggi, baik Swab PCR, Antigen, dan Whole Genom Sequencing," ungkapnya.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan pemerintah tidak terburu-buru untuk menyatakan transisi memasuki endemi.
"Kita harus bersiap untuk terus berdampingan dengan COVID-19 karena menghilangkan sebuah penyakit butuh waktu lama," terangnya.
Siti Nadia Tarmizi menyampaikan sejumlah indikator yang harus dicapai agar Indonesia bisa mengubah status dari pandemi menjadi endemi COVID-19. Indikator tersebut antara lain: laju penularan kurang dari 1, positivity rate di bawah 5 persen, keterisian rumah sakit akibat COVID-19 kurang dari 5 persen dan PPKM berada di Level 1.
"Adapun indikator masih dibahas bersama para ahli untuk bisa membuat keputusan yang betul dari pandemi menuju endemi," jelasnya.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Fahreza Rizky