tirto.id - Setelah Indonesia berjibaku mengatasi pandemi COVID-19, belum lama ini mencuat narasi bahwa bakal ada pandemi baru pada tahun 2025 mendatang. Sebuah akun Facebook bernama “Tendius AZ III” (arsip) menyebarkan klaim ini dengan mencatut nama pebisnis tersohor, Bill Gates.
Disertai gambar rangkaian penyakit, termasuk COVID-19 dan cacar monyet (Mpox), akun ini menyebut bahwa pandemi 2025 akan dipasarkan sebagai SEERS. SEERS sendiri disebut kepanjangan dari Sindrom Pernapasan Enterovirus Epidemi Berat atau Severe Epidemic Enterovirus Respiratory Syndrome.
“Om BG Psikopat kampanye Virus sudah GAGAL tapi masih maksa. Lihat ini! Gates mengumumkan pandemi 2025 akan dipasarkan sebagai SEERS! Setelah kampanye pemasaran pandemi Cacar Monyet dan Flu Burung yang gagal, Kompleks Bio-Farmasi membutuhkan nama dan akronim yang lebih mengancam,” tulis akun pengunggah dalam takarirnya.
Sejak beredar pada Selasa (10/12/2024) sampai Senin (16/12/2024), unggahan ini sudah dibagikan sebanyak 10 kali, dan memperoleh 46 reaksi emoji serta 8 komentar.
Komentar dari warganet beragam, ada yang mempertanyakan terkait SEERS dan ada pula yang menyatakan kalau Tuhan telah membuat gagal orang-orang yang jahat.
Tirto menjumpai narasi serupa diunggah oleh sejumlah akun Facebook lain, seperti ini dan ini. Pada unggahan tersebut, dikatakan juga kalau pandemi SEERS akan terjadi sekitar bulan April dan menyerang anak-anak.
Namun, bagaimana faktanya?
Penelusuran Fakta
Tim Riset Tirto melakukan penelusuran Google untuk memeriksa klaim yang beredar. Setelah mengetik kata kunci dalam Bahasa Inggris. yakni “upcoming pandemic SEERS”, kami menemukan narasi ini telah dinyatakan hoaks oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan beberapa lembaga pemeriksa fakta seperti AP News.
Tak seperti narasi unggahan, SEERS merupakan virus fiktif yang dibuat sebagai bagian dari simulasi latihan kesiapsiagaan pandemi untuk para pejabat kesehatan masyarakat dan pemerintah. Latihan ini diadakan pada bulan Oktober 2022 di Brussels, Belgia.
Latihan yang disebut "Catastrophic Contagion" ini mensimulasikan serangkaian pertemuan dewan penasihat kesehatan darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di mana para peserta membahas cara terbaik untuk mengatasi epidemi yang terjadi di satu bagian dunia yang kemudian menyebar dengan cepat.
Dalam ringkasan acara yang tercantum di situs resmi Center for Health Security Johns Hopkins, pandemi ini dijelaskan sebagai penyakit yang memiliki "angka kematian lebih tinggi daripada COVID-19 dan secara tidak proporsional memengaruhi anak-anak dan kaum muda."
Peserta yang terdiri dari 10 menteri kesehatan saat itu dan sebelum-sebelumnya, serta pejabat senior kesehatan masyarakat dari berbagai negara, ditantang untuk membuat keputusan kebijakan yang mendesak dengan informasi yang terbatas dalam menghadapi ketidakpastian. Setiap masalah dan pilihan yang dibuat memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan, ekonomi, dan sosial.
Simulasi ini diselenggarakan oleh Johns Hopkins Center for Health Security, bermitra dengan WHO dan Bill & Melinda Gates Foundation (yayasan non-profit yang didirikan oleh Bill Gates dan Melinda Gates).
Center for Health Security tersebut pun telah menyatakan bahwa peristiwa yang dirinci dalam latihan itu bersifat fiktif dan sama sekali tidak menggambarkan apa yang mungkin terjadi di masa mendatang.
“Wabah fiktif yang digambarkan dalam skenario tersebut sama sekali tidak bersifat prediktif; sebaliknya, patogen dalam latihan tersebut dibayangkan murni sebagai teknik pendidikan untuk membantu para peserta menghadapi jenis-jenis dilema kebijakan yang dapat diperkirakan selama keadaan darurat kesehatan masyarakat berskala besar,” begitu bunyi pernyataan yang diberikan kepada AP News.
Pihaknya menegaskan, tujuan dari latihan fiktif tersebut yakni untuk menyoroti kesenjangan dalam kesiapsiagaan pandemi dan untuk menghasilkan ide-ide untuk inisiatif yang dapat diambil negara-negara saat ini, untuk meningkatkan kemampuan kolektif dunia dalam menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian selama pandemi di masa mendatang.
Kesimpulan
Hasil penelusuran fakta menunjukkan bahwa SEERS adalah virus fiktif yang dibuat sebagai bagian dari simulasi latihan kesiapsiagaan pandemi untuk para pejabat kesehatan masyarakat dan pemerintah. Latihan ini diadakan pada bulan Oktober 2022 di Brussels, Belgia.
Para peserta membahas cara terbaik untuk mengatasi epidemi yang terjadi di satu bagian dunia yang kemudian menyebar dengan cepat.
Jadi, narasi bahwa SEERS akan menjadi pandemi pada April 2025 telah dinyatakan hoaks oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan beberapa lembaga pemeriksa fakta seperti AP News.
Dengan demikian, klaim pandemi SEERS bakal terjadi pada 2025 mendatang bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.
Editor: Farida Susanty