tirto.id - “Kamu mau memberitahuku apa yang kita cari?” tanya Vittoria Vetra kepada Robert Langdon ketika melintasi Borgia Courtyard, Kota Vatikan, menuju Gedung Arsip Vatikan.
“Sebuah buku kecil yang ditulis oleh seorang lelaki bernama Galileo,” jawab profesor simbologi dari Universitas Harvard itu. “Seharusnya buku itu berisi sesuatu yang disebut il segno.”
“Tanda apa?”
Langdon menyebut satu nama: Gereja Illuminati. Suatu tempat kumpul rahasia para anggota Illuminati pada abad ke-17 di Roma. Suatu tempat para illuminatus bebas membicarakan topik-topik yang dilarang otoritas Kepausan.
Malam itu seorang pembunuh bayaran menculik empat kardinal dan mengancam akan membunuh mereka di Gereja Illuminati. Tak hanya itu, si pembunuh juga telah memasang sebuah bom antimateri di Vatikan yang akan meledak tepat tengah malam. Pembunuhan dan bom itu, kata si pembunuh, adalah balasan atas persekusi Inkuisisi terhadap ilmuwan-ilmuwan Illuminati di masa lalu.
Masalahnya, hampir mustahil menemukan Gereja Illuminati manakala lanskap Kota Roma telah berubah drastis sejak empat abad silam dan kerahasiaan lokasi Gereja Illuminati itu tak pernah terbongkar. Mereka cuma bisa berharap pada Il Segno alias penanda yang konon tersamar dalam salah satu monograf karya Galileo.
Karena itulah Kepolisian Vatikan lantas meminta bantuan Langdon untuk melacak il segno. Langdon, yang telah meneliti tentang Illuminati selama bertahun-tahun, tahu persis dalam monograf mana il segno berada dan satu-satunya eksemplar yang bertahan kini disimpan oleh musuh Illuminati sendiri, Vatikan.
“Jadi Profesor, apa nama catatan Galileo yang kita cari?” tanya Vittoria begitu mereka berada di dalam Arsip Vatikan.
Langdon menyebut kode nomor 503 yang dianggap suci di kalangan anggota Illuminati. Itu adalah sebuah kode untuk menyamarkan il segno dalam angka Latin. Menurut analisis Langdon, mereka hanya harus mengubahnya jadi angka Romawi untuk mengetahui judul karya Galileo yang dimaksud. Dan, 503 dalam Romawi adalah DIII.
DIII adalah singkatan kuno yang digunakan ilmuwan anggota Illuminati untuk tiga karya Galileo yang judulnya berawalan huruf D. Lebih tepatnya lagi pada karya berawalan D yang ketiga.
Vittoria yang seorang ahli fisika kelautan lalu menyebut karya-karya Galileo yang berawalan huruf D berdasarkan urutan tahun terbitnya, “Dialogo ... Discorso ... Diagramma.”
“Diagramma della Verita,” kata Langdon. “Diagram kebenaran.”
Langdon dan Vittoria kemudian mendapati naskah itu di ruang arsip dengan label khusus Il Processo Galileano. Semua hal tentang Galileo disimpan di sana. Langdon yang tahu benar sejarah ilmuwan ini tak bisa menyembunyikan kekagumannya pada koleksi ruangan khusus itu.
“Kasus hukum paling panjang dan paling mahal dalam sejarah Vatikan. Empat belas tahun dan menghabiskan biaya sebesar 600 juta lira. Semuanya ada di sini,” ujarnya.
Begitulah petunjuk pertama tentang lokasi Gereja Illuminati yang dirahasiakan selama empat abad itu tersingkap. Nikmatilah kisah petualangan Langdon menyingkap organisasi misterius Illuminati berbekal kode samar pada karya Galileo itu dalam novel laris Angels and Demon (2005) anggitan Dan Brown.
Galileo: Hayat dan Karya
Galileo yang disebut-sebut Dan Brown sebagai anggota Illuminati itu tak lain adalah si fisikawan cum astronom Galileo Galilei. Ia adalah putra daerah Toscana, Italia, yang lahir pada 15 Februari 1564. Ia menghabiskan masa kecilnya di Kota Pisa dan lalu menetap di Kota Firenze, ibu kota Toscana, sejak usia enam.
Pada 1581 Galileo diterima sebagai mahasiswa di Universitas Pisa. Mulanya ia belajar kedokteran, namun kemudian banting setir ke studi matematika. Sayangnya, ia tak menyelesaikan pendidikan universitasnya karena keluarganya bokek. Sejak 1585 Galileo lantas menyambung hidup dengan menjadi guru privat matematika dan filsafat, ulang-alik di Firenze dan Siena.
Peruntungan Galileo mulai membaik pada 1589, kala ia diterima mengajar di Universitas Pisa. Ensiklopedia Britannica menyebut, ia berhasil mendapat jatah kursi dosen di almamaternya itu berkat rekomendasi Guidobaldo del Monte, seorang bangsawan dan ahli mekanika. Di Pisa pula Galileo memulai eksperimen-eksperimennya tentang gerak dan hidrostatistika yang membawanya menjauh dari filsafat alam Aristotelian ke gagasan-gagasan Archimedean.
Gara-gara itu, ia dijauhi kolega-koleganya dan kehilangan kursi dosen pada 1592. Pada masanya, sains memang masih sangat kuat berpegang pada filsafat Aristotelian. Untungnya, ia tak harus berlama-lama menganggur, karena pada tahun itu juga ia direkomendasikan mengajar di Universitas Padua.
Galileo mengajar di sana selama 18 tahun hingga 1610. Selama itu pula reputasinya sebagai saintis dan penemu kian menanjak. Ia termasuk jajaran ilmuwan paling cemerlang di Eropa kala itu.
Great Books of the Western Worldvol. 26 (1996) yang disunting Mortimer J. Adler mencatat bahwa “Ceramah-ceramahnya, yang dihadiri oleh bangsawan-bangsawan penting dari berbagai bagian Eropa, sangat populer hingga harus dilangsungkan di aula berkapasitas dua ribu orang” (hlm. 125).
Dia juga menulis banyak risalah tentang banyak topik matematika dan fisika. Di antara hasil penelitiannya yang terkenal dan dianggap sumbangan besar bagi ilmu fisika adalah hukum inersia, hukum benda jatuh, dan lintasan parabola. Ia juga dikenal sebagai penemu kompas geometri dan termometer udara.
Nama Galileo kian bersinar sebagai saintis pada tahun-tahun terakhir mengajar di Universitas Padua. Saat itu juga minatnya pun beranjak dari penelitian tentang gerak dan mekanika kepada astronomi.
Pada 1609 tersiar kabar tentang keberhasilan orang Belanda menciptakan teropong medan. Tetapi alat itu belum seberapa kuat, perbesarannya hanya sampai dua atau tiga kali. Ia tertarik pada alat itu dan melakukan beberapa eksperimen untuk memperkuat perbesarannya dan di akhir tahun itu ia telah mampu membikin teropong dengan perbesaran hingga 20 kali.
“Dengan alat itu dia dapat mengamati bulan setiap malam manakala langit tidak berawan. Dia dapat menginterpretasikan apa yang dilihatnya secara benar, sekaligus membuktikan eksistensi gunung dan kawah, padahal oleh para filsuf alam [bulan] disebut berbentuk bulat sempurna di langit,” tulis Stillman Drake dalam Galileo: Pendekar Otonomi Ilmu Pengetahuan (1994: 74).
Dengan alat yang kini kita sebut teleskop itu pula, setahun kemudian ia berhasil mengamati empat bulan yang mengorbit Jupiter. Ia juga membuktikan bahwa Bima Sakti yang terlihat tiap malam adalah kumpulan bintang-bintang. Semua hasil observasi astronominya itu lalu dituangkan dalam sebuah risalah bertajuk Sidereus Nuncius.
Pertentangan dengan Vatikan
Hingga kini Galileo dikenal karena temuan-temuannya di bidang hukum gerak, mekanika, dan tentu saja astronomi. Namun, menurut Stillman Drake yang telah meneliti Galileo selama setengah abad, kontribusi terbesar Galileo pada sains modern sebenarnya lebih fundamental.
Dialah yang meletakkan dasar penalaran observasional dan pengukuran cermat untuk menemukan fakta-fakta ilmiah, menggeser penalaran filsafat Aristotelian yang hingga pada abad ke-17 masih sibuk pada pencarian sebab yang semakin tak relevan dan sering meleset (hlm. 58).
Jelasnya, ia mencetuskan kemandirian sains, terutama fisika dan astronomi, dari filsafat alam Aristotelian yang dianut para filsuf dan teolog abad ke-17. Observasinya atas fenomena langit, misalnya, membuka jalan untuk penerimaan teori heliosentris Nicolaus Copernicus. Padahal teori itu tak sesuai doktrin Gereja Katolik dan karenanya dianggap terlalu radikal.
Drake dalam bukunya menulis, “Sikapnya menentang wewenang para filsuf yang telah terlanjur diakui selama ini tentu saja membuat mereka yang ditentang itu mencari dukungan Kitab Suci [...] Peran Galileo di dalam pertentangan tersebut lalu dianggap sebagai tindakan menentang kepercayaan agama dengan dalih ilmu pengetahuan” (hlm. 1).
Diskursus itulah yang lalu diadaptasi dan diramu Dan Brown sebagai konflik utama novelnya. Tentu saja, perburuan Illuminati, kode 503, dan monograf Diagramma della Verita adalah fiksi belaka. Namun, dua karya Galileo lainnya memang nyata dan salah satunya membuatnya berurusan dengan Inkuisisi.
Pada awal 1616 Dewan Inkuisisi menemukan tulisan Galileo yang dianggap mendukung teori Copernicus. Tak lama setelahnya Sri Paus, atas rekomendasi dari Dewan Inkuisisi, melarang Galileo mendukung atau mengajarkan teori heliosentris. Jika melanggar maka Dewan Inkuisisi akan membawa Galileo ke pengadilan.
Great Books of the Western Worldvol. 26 menyebut bahwa Galileo tak pernah mengangkat lagi soal astronomi Copernican sampai 1627. Kala itu ia memang sedang menyusun suatu buku tentang hubungan antara pasang-surut air laut dengan peredaran bulan (hlm. 126).
Buku itu diselesaikan Galileo pada 1630 tapi baru diterbitkan pada 1632. Semula Galileo hendak menjudulinya “Dialog tentang Pasang-Surut”, namun dilarang Vatikan. Ia lantas menerbitkannya dengan judul Il Dialogo Sopra i Due Massimi Sistemi del Mondo—Dialog tentang Dua Sistem Dunia alias Dialogo dalam novel Dan Brown.
Seturut penjelasan Drake, isi buku itu berupa dialog empat hari antara seorang pendukung teori astronomi baru dan seorang Aristotelian konservatif. Dialog pertama digunakan Galileo untuk menjelaskan bahwa astronomi Aristotelian berdasar pada asumsi yang tak bisa dibuktikan. Lalu baru beranjak pada penjelasan tentang revolusi bumi mengelilingi matahari dan fenomena-fenomena alam yang ditimbulkannya (hlm. 127-128).
Substansi macam itu terang saja membuat marah Vatikan dan gara-gara itu Galileo benar-benar dibawa ke hadapan pengadilan Inkuisisi.
“Dia didakwa atas tiga tuduhan: melanggar larangan yang ditetapkan pada 1616, mengajarkan teori Copernicus bukan sekadar hipotesis melainkan fakta, dan meyakini teori yang dilarang Gereja. Dalam persidangan pada 1933 ia diputus bersalah atas dua tuduhan pertama,” tulis Great Books.
Galileo lantas dijatuhi hukuman pengucilan—berupa penahanan rumah dan diawasi ketat oleh Inkuisisi. Akhir tahun itu juga ia memilih menjalani masa pengucilannya di kampung halamannya di Firenze.
Meski demikian di masa-masa hukuman itu Galileo tak berhenti meneliti dan menulis risalahnya. Buku Discorso dalam novel Dan Brown mengacu pada karya terakhir Galileo berjudul Discorso e Dimostrazioni Matematiche, Intorno à Due Nuove Scienze yang diterbitkan di Leiden pada 1638.
Selepas itu Galileo menderita kebutaan hingga ia meninggal pada 8 Januari 1642, tepat hari ini 377 tahun lampau. Jenazahnya lalu dimakamkan di Kapel Santa Croce di Firenze.
Editor: Ivan Aulia Ahsan