Menuju konten utama

Formula E Jakarta: dari Balapan sampai Gaya Hidup Keberlanjutan

Ajang Formula E Jakarta e-Prix atau Sarinah Jakarta E-Prix 2025 sukses digelar. Bukan sekadar balapan, ajang ini juga tunjukkan gaya hidup keberlanjutan.

Formula E Jakarta: dari Balapan sampai Gaya Hidup Keberlanjutan
Ajang balapan Formula E Jakarta atau Sarinah Jakarta E-Prix 2025 sukses digelar pada Sabtu (21/6/2025) lalu di Jakarta International E-Prix Circuit, Ancol, Jakarta Utara. Tirto.id/Eggi Hadian

tirto.id - Ajang balapan Formula E Jakarta e-Prix atau Sarinah Jakarta E-Prix 2025 sukses digelar pada Sabtu (21/6/2025) di Jakarta International E-Prix Circuit, Ancol, Jakarta Utara. Sebanyak 23 ribu lebih penonton hadir menyaksikan langsung balapan mobil listrik yang berhasil dimenangkan oleh pembalap berkebangsaan Inggris, Dan Ticktum.

Setelah absen selama satu musim, Jakarta akhirnya kembali menjadi salah satu dari 10 kota yang menjadi tuan rumah dalam ajang balapan mobil yang diklaim paling ramah lingkungan ini.

Komitmen ramah lingkungan dan keberlanjutan Formula E nyatanya memang telah dijalankan dengan sangat serius alias bukan jargon semata. Sejak musim pertamanya, Formula E telah menggandeng ahli jejak karbon untuk mencatat setiap konsumsi energi dan listrik di semua lokasi balapan, kantor pusat, perjalanan para staf, pengangkutan logistik, hingga produksi mobil balap.

Komitmen keberlanjutan juga diterapkan dalam pengembangan mobil balap termutakhir mereka yang diberi nama GEN3 Evo. Berbagai komponen yang terdapat di mobil yang diklaim memiliki akselerasi 30 persen lebih cepat dibanding mobil Formula 1 ini sengaja dirancang agar memenuhi prinsip ekonomi sirkular.

Sebagai contoh, baterai mobil GEN3 Evo yang menggunakan baterai dari material daur ulang dan berkelanjutan. Sel baterai dapat digunakan kembali di akhir masa pakai untuk dijadikan sel baterai baru yang bisa digunakan setiap musim.

Sasis mobil juga terbentuk dari kain linen dan serat karbon daur ulang sehingga mengurangi jumlah keseluruhan serat karbon murni hingga 10 persen. Sedangkan 26 persen bagian ban mobil terbuat dari karet alami dan serat daur ulang. Semua ban juga didaur ulang sepenuhnya setelah balapan usai.

Bentuk Komitmen Keberlanjutan di Lapangan

Serangkaian komitmen keberlanjutan dalam penyelenggaraan Formula E sangat terasa saat tim tirto.id meliput ajang balapan selama dua hari.

Misalnya saja, tidak adanya tempat parkir yang disediakan oleh pihak penyelenggara. Hal ini ditujukan agar para pengunjung datang ke sirkuit dengan menggunakan ragam moda transportasi umum yang sudah terintegrasi dengan baik di Jakarta.

Saat berada di area media center, pihak penyelenggara menyediakan sejumlah makanan dan minuman bagi para awak media yang bertugas. Menariknya, seluruh alat makan dan minum terbuat dari material kertas dan kayu, sehingga lebih mudah didaur ulang. Selain itu, tersedia juga menu vegan dan vegetarian dalam makanan yang disajikan.

Sarinah Jakarta E-Prix 2025

Ajang balapan Formula E Jakarta atau Sarinah Jakarta E-Prix 2025 sukses digelar pada Sabtu (21/6/2025) lalu di Jakarta International E-Prix Circuit, Ancol, Jakarta Utara. Tirto.id/Eggi Hadian

Sejumlah stasiun hidrasi juga disediakan di berbagai titik agar pengunjung dapat mengisi ulang botol minumnya tanpa harus membeli air minum berkemasan plastik.Tempat sampah pun disediakan di tiap sudut area sirkuit. Tempat sampahnya sudah diklasifikasikan berdasarkan jenis sampah, apakah sampah residu, organik, maupun non-organik.

Reporter Tirto berbincang langsung dengan Keisha (23), Supervisor dari Sustainability Team Formula E Jakarta. Keisha menjelaskan, setiap gelas yang disediakan di stasiun hidrasi menggunakan material yang bisa didaur ulang, yakni material cornstarch flour atau tepung pati jagung.

Menurutnya, di setiap stasiun hidrasi juga disediakan tempat sampah khusus, agar nantinya gelas-gelas yang sudah terpakai dapat didaur ulang dengan baik dan tidak menumpuk menjadi sampah.

“Di sini kita untuk hydration station-nya menggunakan cup yang reusable. Itu menggunakan bahan cornstarch flour. Jadi dia tuh kalau bisa setelah kita pakai jangan langsung dibuang. Jadi dia tuh eco-cup sih dibilangnya,” kata Keisha kepada Tirto.

Keisha juga mengatakan, selain menerapkan pembatasan penggunaan plastik, tim penyelenggara Formula E juga melakukan sejumlah kegiatan yang memperhatikan komitmen keberlanjutan lingkungan. Ia mencontohkan, dua hari sebelum balapan dimulai, para pembalap melakukan aktivitas pemungutan sampah di pantai yang berada di dekat lokasi sirkuit.

Sarinah Jakarta E-Prix 2025

Ajang balapan Formula E Jakarta atau Sarinah Jakarta E-Prix 2025 sukses digelar pada Sabtu (21/6/2025) lalu di Jakarta International E-Prix Circuit, Ancol, Jakarta Utara. Tirto.id/Eggi Hadian

Sampah-sampah yang berhasil dikumpulkan kemudian didistribusikan ke Waste4Change, sebuah lembaga pengelolaan sampah yang bekerja sama dengan Formula E. Setelah itu, sampah diolah menjadi aneka barang yang lebih bermanfaat.

“Itu kita di hari Kamis, kita ada kegiatan pemungutan sampah di pantai khususnya, itu sudah diadakan,” ucap Keisha.

“Kita mulai dari plastik, besi, kaca, terus aluminium, tekstil, itu kita udah punya lembaganya [Waste4Change] yang bekerjasama dengan kita untuk reusable,” tambahnya.

Tak hanya itu, sebanyak enam stasiun limbah khusus juga disediakan di sekitar lokasi acara untuk memastikan proses daur ulang dan pengelolaan limbah yang dihasilkan selama acara dapat berjalan dengan baik.

Edukasi Gaya Hidup Keberlanjutan bagi Pengunjung

Upaya Formula E untuk menumbuhkan kesadaran akan keberlanjutan lingkungan dirasakan langsung oleh Tania (17), salah seorang pengunjung yang datang dari Tangerang Selatan. Kunjungannya pada Sabtu lalu menjadi yang pertama kali.

Tania mengaku takjub melihat Jakarta bisa menyelenggarakan event motor sport kelas dunia seperti Formula E. Baginya, harga yang harus dikeluarkan untuk membeli tiket sepadan dengan pengalaman yang ia dapatkan.

Sarinah Jakarta E-Prix 2025

Ajang balapan Formula E Jakarta atau Sarinah Jakarta E-Prix 2025 sukses digelar pada Sabtu (21/6/2025) lalu di Jakarta International E-Prix Circuit, Ancol, Jakarta Utara. Tirto.id/Eggi Hadian

Tania pada awalnya berniat datang langsung ke sirkuit untuk menyaksikan pembalap idolanya tampil, yakni Oliver Rowland dari tim Nissan. Namun siapa sangka, ia justru belajar banyak tentang gaya hidup berkelanjutan selama kunjungannya ke sana.

Saat diberikan kipas tangan gratis oleh para panitia penyelenggara, ia baru menyadari bahwa gagang dari kipas itu terbuat dari material kayu yang ramah lingkungan. Ia juga mendapatkan informasi bahwa lanyard yang digantungkan di leher para pengunjung terbuat dari material yang dapat didaur ulang.

“Nih kita dapat kipas, handlenya dari kayu. Jadi sampai detail itu pun diperhatikan. Terus kemarin dengar-dengar ya, lanyard-lanyardnya tuh yang di sini bisa didaur ulang,” kata Tania saat bercerita kepada reporter Tirto.

Tania datang ke sirkuit bersama sahabatnya, Rahma (18). Serupa dengan Tania, Rahma juga menyebut dirinya belajar banyak tentang gaya hidup berkelanjutan setelah menghadiri langsung ajang balapan Formula E.

Seluruh gelas yang ia pakai untuk mengisi air minum disebutnya dapat didaur ulang. Ia juga menceritakan pengalamannya yang harus menggowes sepeda saat hendak membeli minuman jus buah. Pengalaman itu baru dirasakan Rahma untuk pertama kalinya.

“Mereka gak menyediakan botol plastik, itu yang terasa banget nih ramah lingkungannya. Sama tadi tuh kayak kita harus gowes dulu buat bikin jus buah,” ucapnya.

Pengalaman tersebut diakui Tania menjadi pelajaran berharga baginya. Ia berharap, pengalaman itu dapat berubah menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-harinya. Ia juga berharap komitmen keberlanjutan dapat dicontoh oleh acara-acara besar lain yang diselenggarakan di Jakarta.

“Sejujurnya menarik banget sih. Kalau bisa diterapkan lah di kehidupan sehari-hari, sama mungkin di event-event lain juga,” tukasnya.

Baca juga artikel terkait FORMULA E atau tulisan lainnya dari Naufal Majid

tirto.id - News Plus
Reporter: Naufal Majid
Penulis: Naufal Majid
Editor: Rina Nurjanah