Menuju konten utama
Debat Capres Pilpres 2019

Format Debat KPU Disebut Biang Tak Dibahasnya Energi Terbarukan

Format Debat Kedua Capres 2019 disebut menjadi biang luputnya pembahasan energi baru terbarukan (EBT) oleh kedua kandidat capres yakni Jokowi dan Prabowo Subianto.

Format Debat KPU Disebut Biang Tak Dibahasnya Energi Terbarukan
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kedua kiri) dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) saling memberi salam seusai debat capres 2019 disaksikan moderator di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay.

tirto.id - Direktur Eksekutif Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Paul Butarbutar menyoroti format Debat Kedua Capres 2019 yang dianggap menjadi biang luputnya pembahasan energi baru terbarukan (EBT).

Paul menilai mekanisme pemilihan topik debat itu menjadi penyebab tak terpilihnya tema EBT dalam pengundian tema yang dilakukan di awal acara.

"Terus terang kami kecewa. Sama sekali tidak muncul dalam perdebatan. Yang bikin seperti itu adalah pola pengambilan topik dan acaranya sendiri," ucap Paul ketika dihubungi reporter Tirto pada Senin (18/2/2019).

"Energi dan pangan itu kan dua hal berbeda. Jangan disatukan," tambah Paul.

Paul mengatakan kekecewaannya juga tidak terbatas pada sistem yang diterapkan KPU. Namun, juga pada kesadaran para calon untuk memunculkan EBT di permukaan.

Yang dipersoalkan Paul memang beralasan sebab EBT merupakan tema yang dijagokan oleh tim kampanye nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf. Terutama dengan pencapaian 70 kontrak EBT yang ditandatangani pada 2017 dan peningkatan kapasitas EBT sebanyak 100 MW per tahunnya.

Sekaligus dapat menjadi hal yang ditonjolkan kepada calon presiden nomor urut 02 yang baru merumuskan konsep EBT versinya berupa bioetanol.

"Kalau gak salah dalam sesi tanya jawab harusnya mereka bisa mengangkat isu itu lagi walaupun gak terpilih dalam undian. Tapi itu gak dimanfaatkan," ucap Paul.

Persoalan lain juga disoroti Paul ketika pembahasan biofuel pada segmen energi-pangan hanya berkutat pada penggunaan bahan bakar nabati (BBN) pada kendaraan bermotor. Padahal prospek BBN turut mencangkup penggunaannya pada pembangkit listrik.

Di saat yang sama semakin menipisnya cadangan energi fosil baik berupa batu bara dan BBM juga tak banyak dibahas.

Menurut Paul, langkah ini tergolong keliru sebab Indonesia rentan mengalami krisis energi. Belum lagi Indonesia akan kesulitan memenuhi pasokan listrik lewat pembangkit berbasis fosil lantaran banyak investor luar negeri yang sudah enggan mendanainya.

"Dunia internasional sama sekali tidak mau membiayai batu bara. Kita akan kerepotan," ucap Paul.

Dengan aturan KPU yang tak lagi memperbolehkan pembahasan tema yang sama, Paul mengatakan tidak menutup kemungkinan pembahasan tema ini perlu diambil alih oleh masyarakat.

"Mungkin kami harus bikin acara di luar skema KPU. Ini penting sekali. Krisis energi bukan hanya khayalan. Ada di depan mata," ucap Paul.

Baca juga artikel terkait DEBAT CAPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Politik
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri