tirto.id - Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menepis terkait tudingan program food estate atau lumbung pangan gagal. Dia menilai program tersebut membutuhkan proses dan teknologi agar menjadi lahan produktif.
“Food estate ini bukan proyek instan, butuh proses. Kenyataannya kita memiliki 600 hektar lahan yang sebelumnya tidak dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Kami sekarang menggarap itu, butuh proses, butuh teknologi agar menjadi lahan produktif,” kata Amran dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (24/1/2024).
Dia menjelaskan, panen jagung membuktikan teknologi pertanian yang diterapkan tepat dan sesuai dengan harapan. Lebih lanjut, dia pun optimistis mampu menggarap lahan food estate karena teknologi saat ini yang dimiliki sudah maju.
“Dari awal kami sampaikan saat baru dilantik menjadi menteri kembali, bahwa kita pasti mampu menggarap lahan Food Estate tersebut. Kami tidak ragu karena teknologi pertanian kita sudah demikian maju. Kami harapkan segera dapat diikuti panen-panen selanjutnya,” ucap Mentan.
Untuk diketahui, Program food estate menjadi perbincangan hangat saat debat keempat Pilpres 2024 pada Minggu (21/1/2024). Dua cawapres berpendapat bahwa program yang digagas di era Presiden Jokowi itu gagal. Cawapres 1 Muhaimin Iskandar misalnya, mengkritisi upaya pengadaan pangan lewat food estate yang dinilai mengesampingkan petani dan masyarakat adat.
"Di sisi yang lain kita sangat prihatin upaya pengadaan pangan nasional dilakukan melalui food estate. Food estate terbukti mengabaikan petani kita, meninggalkan masyarakat adat kita, menghasilkan konflik agraria dan bahkan merusak lingkungan kita. Ini harus dihentikan," kata Muhaimin dalam debat, Minggu.
Cawapres 3, Mahfud MD, juga mengkritik program food estate yang dinilai tidak menjaga kelestarian lingkungan alam.
"Maka kami punya program petani bangga bertani, di laut jaya, nelayan sejahtera. Jangan misalnya seperti food estate yang gagal dan merusak lingkungan," kata Mahfud.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Intan Umbari Prihatin