tirto.id - Luna Maya butuh perjuangan ekstra untuk memerankan sundel bolong ala Suzzanna. Ia mesti mempelajari gestur, cara bicara, cara berjalan, hingga pandangan mata yang khas almarhum Suzzanna. Selama 50 hari masa syuting ia juga “disiksa” oleh tata rias tebal agar tampil semirip mungkin dengan sang ratu horor Indonesia itu. Hasilnya cukup meyakinkan.
Suzzanna adalah perempuan muda, usia 25-an, istri dari Satria (Herjunot Ali), seorang pengelola pabrik. Kehidupan pasangan ini amat berkecukupan secara materil. Sehari-hari Suzzanna hanya berleha-leha, ditemani oleh dua orang penjaga dan seorang pembantu rumah tangga.
Hanya dua hal yang membuat Suzzanna risau. Pertama, Satria terlalu sibuk bekerja sehingga punya sedikit waktu untuk menemaninya. Kedua, sudah lima tahun keduanya berumah tangga, namun belum dikaruniai anak.
Pada satu hari, problem kesulitan punya anak bisa teratasi. Kabar kehamilan Suzzanna membahagiakan hati Satria, yang juga berjanji untuk menyediakan lebih banyak waktu di rumah. Namun, Satria tiba-tiba ditugaskan bosnya untuk bertemu perwakilan bisnis di Jepang. Ia pun terpaksa meninggalkan Suzzanna selama beberapa hari.
Malam Minggu tiba, dan Suzzanna beserta ketiga pembantunya pergi ke luar untuk menonton layar tancap. Di tengah-tengah pemutaran film horor, Suzzanna memutuskan untuk pulang duluan. Seorang pembantunya khawatir, tapi Suzzanna membiarkan ia dan dua lainnya tetap di lokasi hingga film berakhir.
Hujan lebat kemudian turun disertai petir yang menyambar-nyambar. Layar tancap bubar. Tidak ada hal aneh yang ditemui Suzzanna saat ia sampai di rumah. Ia mengganti pakaian dengan baju tidur model terusan berwarna putih polos. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai. Ia tiduran di ranjang usai lampu kamar dimatikan.
Yang tak ia ketahui, ada empat orang laki-laki yang sedang menjarah isi rumah Suzzanna. Mereka adalah Jonal (Verdi Solaiman), Umar (Teuku Rifnu Wikana), Dudun (Alex Abbad), dan Gino (Kiki Narendra). Semuanya berstatus sebagai buruh di pabrik Satria.
Keempatnya sedang mengalami masalah ekonomi, tapi permintaan naik gajinya ditolak Satria dengan alasan baru saja dinaikkan tiga bulan sebelumnya. Didorong oleh keterpaksaan, dan barangkali juga minuman keras, Jonal berhasil mempengaruhi ketiga kawannya untuk merampok harta rumah bosnya.
Keempat perampok berhasil bersembunyi sesaat sebelum Suzzanna membuka pintu rumah. Ada semacam perasaan lega sebab mereka tak pernah berniat untuk mencelakai Suzzanna. Sayangnya, saat sedang berusaha kabur lewat jendela, mereka kepergok Suzzanna yang sedang turun ke lantai satu untuk mengambil air minum.
Suzzanna sempat berhasil melawan. Keempat pria, yang sebelumnya percaya diri bisa menangani Suzzanna, ternyata digambarkan cukup lemah. Saat Suzzanna melihat wajah keempat pelaku, sempat terjadi pertengkaran antar mereka terkait apakah Suzzanna harus dilenyapkan atau tidak.
Di tengah perdebatan, Dudun mengambil sebatang bambu runcing, yang secara tak sengaja menusuk perut Suzzanna hingga tembus. Keempatnya panik, lalu mengubur Suzzanna yang sudah tak bergerak di dekat pohon melati di halaman samping rumah.
Di tengah prosesi mencangkul tanah ke dalam lubang, Suzzanna ternyata masih hidup. Ia dan anak yang dikandungnya, akhirnya meninggal karena tetap dikubur oleh para pelaku. Setelah itu sudah bisa ditebak, arwah Suzzanna bangkit sebagai Sundel Bolong, dan bergentayangan untuk membalas dendam.
Suzzanna Bernapas dalam Kubur diadaptasi dari horor klasik, film Beranak dalam Kubur (1972) yang menampilkan Suzzanna (alm) sebagai sundel bolong. Produser Sunil Soraya mengatakan film tersebut tetap mengandung cerita baru serta tidak direncanakan untuk dibuat sekuelnya di masa depan.
Sayangnya, sosok sundel bolong di film ini kalah seram dibanding sundel bolong versi Suzzanna 46 tahun lalu. Selain itu juga, film ini mengandung inkonsistensi yang cukup fatal dan membuat teror kepada keempat pelaku penjahat terasa ganjil.
Suzzanna dianggap sebagai hantu yang tidak punya kemampuan untuk membunuh secara langsung, menurut sang dukun yang didatangi Jonal dan Umar. Penggambaran dari kematian Dudun dan Gino. Dudun dipancing ke pabrik hingga menyalakan mesin yang membunuh dirinya sendiri. Sementara Gino ditusuk pisau oleh Jonal yang mengira Gino adalah Suzzanna.
Namun di bagian lain Suzzanna digambarkan mampu mencekik Gino di sebuah liang kubur hingga Jonal hampir tewas. Jonal diselamatkan oleh dukun yang datang ke lokasi untuk menancapkan keris ke kepala Suzzanna.
Saat keris bisa dilepas oleh Satria, giliran si dukun giliran yang diteror oleh Suzzanna. Inkonsistensi kembali muncul saat Suzzanna digambarkan bisa menancapkan sebilah kayu ke mulut dukun dan merobek matanya hingga si dukun tak mampu melihat.
Sebagai film horor, film ini juga tidak menyajikan “jump-scare” yang berkualitas. Kemunculan sundel bolong saat meneror keempat pelaku di asrama pabrik tergolong mudah ditebak. Jika mengagetkan pun lebih diakibatkan oleh permainan volume suara yang tiba-tiba mengencang. Teknik lawas ini terlalu instan, dan lama-lama membosankan.
Jadi, menurut saya, sia-sia jika Anda datang ke bioskop dengan motivasi untuk mencari kengerian di film ini. Sebab percayalah, yang bertebaran justru rangkaian adegan lucu, baik yang disengaja maupun tidak.
Sebelum meninggal Suzzanna digambarkan sebagai sosok yang religius. Ia dan Satria sering mengaji bersama usai salat berjamaah di rumah. Keduanya juga rutin menghadiri jamaah Subuh di musola terdekat, sampai-sampai akan dipertanyakan jamaah lain jika pada suatu pagi mereka tidak datang ke musola.
Unsur komedi sebenarnya hanya dibebankan pada tiga pembantu Suzzanna: Rojali (Opie Kumis) dan Tohir (Ence Bagus), dan Mia (Asri Welas). Tapi kelucuan juga hadir ketika Satria pulang dari Jepang dan menemui Suzzanna yang sebenarnya sudah jadi sundel bolong.
Satria gundah saat mendengar gosip tak enak dari jamaah musola lain. Mereka berkata bahwa warga kampung sedang diteror oleh seorang hantu yang mirip Suzzanna. Satria kemudian pulang, dan kecurigaannya mulai terungkap Suzzanna menolak diajak salat Subuh berjamaah ke musola dengan alasan tidak sedang enak badan. Di titik ini, penonton masih bisa menahan tawa.
Namun, tidak untuk adegan saat Satria yang sempat memaksa Suzzanna untuk mengaji bersama. Suzzanna dipakaikan kerudung lalu diseret ke musola. Saat Satria melantunkan ayat-ayat suci, lalu Suzzanna kepanasan, lalu kabur entah kemana.
Baru tiga hari diputar di bioskop, mengutip akun Instagram Soraya Intercine Films, film Suzzanna Bernapas dalam Kubur sudah ditonton oleh lebih dari 700 ribu orang. Karya sutradara Rocky Soraya dan Anggy Umbara ini juga memecahkan rekor penonton terbanyak di hari pemutaran perdana untuk kategori film horor Indonesia.
Terlepas dari unsur horor maupun komedinya, kesuksesan tersebut telah membuktikan bahwa sosok Suzzanna memang telanjur jadi legenda—baik bagi generasi tua maupun generasi muda. Pertanyaannya, jika memang laris manis diserbu penonton: yakin tidak mau dibikin sekuelnya?
Editor: Suhendra