Menuju konten utama
15 Oktober 2008

Riwayat Hidup Suzzanna Sang Ratu Horor Indonesia

Suzzanna mulai jadi bintang film pada usia 8 tahun. Predikat sebagai Ratu Horor Indonesia tetap melekat sampai sekarang.

Riwayat Hidup Suzzanna Sang Ratu Horor Indonesia
Ilustrasi Mozaik Suzzanna Martha Frederika van Osch. tirto.id/Sabit

tirto.id - Pada pertengahan dekade 1950-an, Suzzanna Martha Frederika Van Osch adalah seorang gadis remaja 15 tahun yang bahkan belum familiar dengan telepon. Pada tahun 1956 ia datang ke Jakarta atas saran Usmar Ismail, sutradara film. Usmar mengajaknya untuk jadi salah satu pemain film Asrama Dara. Suzzanna, bungsu dari lima bersaudara ini harus menjalani audisi sebagai syarat untuk mendapat peran dalam film tersebut.

A to Z about Indonesian Film mencatat perasaan takut Suzzanna pada hari audisi. Ia diminta berakting mengangkat telepon, benda yang jarang ia gunakan. Remaja ini pun berkecil hati dan berpikir tidak akan lolos. Pikirannya keliru. Tim pekerja film menyukai akting Suzzanna dan memberinya peran sebagai seorang gadis lugu. Peran tersebut membuat Suzzanna mendapat penghargaan The Best Child Actress Festival Film Asia 1960 dan Pemain Harapan Festival Film Indonesia 1960. Pada tahun yang sama ia menikah dengan aktor Dicky Soeprapto. Setelah menikah, Dicky mendirikan perusahaan produksi film Tri Murni dan Tidar Jaya. Suzzanna jadi bintang utamanya.

Perusahaan ini berdiri saat industri perfilman di Indonesia dipenuhi film-film barat yang mayoritas memuat unsur kekerasan dan seks. Weird and Wonderful Cinema Around The World (1998) dalam bab "Mystics from Bali" mencatat bahwa pada pertengahan dekade 1960-an Soeharto memanfaatkan pendapatan pajak dari film yang masuk ke Indonesia. Pada masa itu, presiden belum berpikir tentang lembaga sensor. Di waktu yang bersamaan, muncul sineas-sineas dalam negeri yang berkarya dalam tema serupa dengan film-film barat itu.

Sepanjang dekade 1960-1970, rumah produksi milik Dicky memproduksi beberapa film di antaranya Bernafas dalam Lumpur, Beranak dalam Kubur, Bumi Makin Panas, Napsu Gila, Suzie, Tuan Tanah Kedawung, dan Segenggam Tanah Perbatasan. Sebagian film tersebut ialah perpaduan kisah horor dan romansa. Film-film tersebut membuat nama Suzzanna kian melambung.

Pada masa itu, Beranak dalam Kubur dianggap sebagai film yang membawa gaya baru bagi aliran horor di Indonesia. Film tersebut tidak menampilkan makhluk gaib sebagai hantu atau menampilkan pemuka agama sebagai pengusir hantu. Sosok yang jadi ‘setan’ dalam film tersebut ialah manusia.

Artikel ‘Jejak Film Horor Nusantara’ mencatat, "Film horor yang hadir pada masa 1970-an identik dengan legenda masyarakat pedesaan berbalut unsur kekerasan, seks, dan komedi. Karena itu Suzzanna bisa begitu digandrungi. Ia cantik, bertubuh molek dan berani terlibat dalam adegan panas.” Ia pun mulai diberi julukan Ratu Horor Indonesia.

Pada dekade 1980-an, Suzzanna membintangi sekitar 20 film, di antaranya Sundel Bolong, Ratu Ilmu Hitam, Nyi Blorong, Santet, Ratu Buaya Putih, Malam Satu Suro, dan Malam Jumat Kliwon. Suzzanna sempat masuk nominasi Aktris Terbaik Festival Film Indonesia lewat film Ratu Ilmu Hitam. Di samping itu, pada dekade ini, film yang jadi sorotan ialah Nyi Blorong. Artikel "Perkembangan Film Horor Indonesia Tahun 1981-1991" menyebut Nyi Blorong sebagai salah satu film yang menandai dikenalnya Suzzanna di luar negeri. Film tersebut tayang di Singapura dan menarik minat warga setempat. Film ini juga dipasarkan ke Italia dan Filipina.

Suzzanna perlahan mundur dari layar kaca pada tahun 1990-an. Pada era tersebut wajahnya hanya nampak di empat film. Tempo mengabarkan bahwa ia memilih tinggal di Magelang bersama pasangannya, Clift Sangra, serta mengisi waktu luang dengan berkebun.

Infografik Mozaik Suzzanna

Infografik Mozaik Suzzanna Martha Frederika van Osch. tirto.id/Sabit

Pada dekade 2000-an kabar yang tersebar justru kisah horor tentang hidupnya. Antara melaporkan bahwa tiga asisten rumah tangga Suzzanna memberi pernyataan di pengadilan yang menyebut bahwa Clift berulang kali meminta mereka untuk bersekongkol membunuh Suzzanna. Alasannya, rumah tangga mereka tidak lagi harmonis.

Di samping itu sempat pula beredar kabar bahwa Clift sempat dipenjara karena menembak suami Kiki Maria, putri Suzzanna. Dua tahun setelah peristiwa itu, Suzzanna meninggal pada 15 Oktober 2008, tepat hari ini 12 tahun lalu. Ia wafat akibat diabetes dan komplikasi dengan penyakit lain. Namun wafatnya Suzzanna sempat menimbulkan konflik keluarga. Putri Suzzanna curiga karena menganggap Clift terkesan menyembunyikan peristiwa detail menjelang wafatnya sang ibu.

Kepergian Suzzanna tidak membuat namanya dilupakan. Pada tahun 2012, aktris Julia Perez menyatakan ingin menjalani berbagai aktivitas yang dijalankan Suzzanna saat hendak memerankan film horor. Tujuannya agar bisa menghayati peran. Julia bertanya pada Clift. Tanpa ragu, suami Suzzanna itu memberi cara-cara yang harus dilakukan agar bisa jadi “titisan” Suzzanna.

Langkah serupa dilakukan pula oleh Luna Maya beberapa waktu lalu. Luna memerankan Suzzanna dalam film Bernapas dalam Kubur yang rilis pada November 2018. Luna tahu Suzzanna kerap melakukan meditasi, berendam malam hari di pemandian, dan mengunjungi sejumlah tempat yang dinilai penting demi kelancaran peran.

Dalam wawancara dengan salah satu tayangan infotainment, Luna berkata bahwa tidak ada salahnya melakukan aktivitas tersebut. Bagi Luna, memerankan sosok Suzzanna bukan hal mudah. Ia tak langsung berkata “Ya” ketika Sunil Soraya menawarinya peran sebagai Suzzanna dalam film Bernapas dalam Kubur. Mantan model ini baru menyetujui peran tersebut setelah dibujuk oleh sang produser.

“Saya menonton semua film Suzzanna. Mempelajari bahasa tubuh sampai caranya memenggal kalimat. Saya mencatat adegan di film mana yang cocok menggambarkan emosi di film yang saya bintangi. Ini seperti menyusun puzzle. Memerankan Suzzanna itu berat. Siapa yang tidak tahu dia?”

==========

Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 13 November 2018. Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.

Baca juga artikel terkait FILM HOROR atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Film
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Nuran Wibisono & Irfan Teguh