Menuju konten utama

Facebook akan Beri Label Media yang Dikontrol Negara

Facebook akan menambahkan label ke organisasi media yang dikontrol pemerintah  seperti Russia Today, Sputnik, Xinhua News dan People's Daily.

Facebook akan Beri Label Media yang Dikontrol Negara
Logo Facebook di Nasdaq MarketSite, di Times Square New York. Facebook pada hari Jumat, 14 Februari 2020, AP Photo / Richard Drew

tirto.id - Facebook pada Kamis (4/6/2020) kemarin telah mengambil langkah tegas untuk mereduksi peran organisasi media yang dikontrol negara seperti Rusia, China, Korea Utara, dan Iran pada platform mereka, di tengah kontroversi tentang bagaimana mereka menangani postingan terbaru dari Donald Trump.

Sebelumnya, pada Senin (1/6/2020), raksasa media sosial tersebut telah menghadapi serangkaian kritik dari karyawannya karena tidak menambahkan label peringatan pada komentar dari Presiden AS Donald Trump terkait dengan aksi protes berujung kekerasan yang sedang berlangsung di seluruh negeri.

Dilansir dari Politico, langkah yang diambil raksasa teknologi itu adalah dengan menambahkan label pada halaman Facebook seperti Russia Today, Sputnik, Xinhua News dan People's Daily, dengan memperingatkan pengguna bahwa “saluran ini dikontrol oleh negara.”

Organisasi media lain yang didanai pemerintah, namun dijalankan secara independen seperti British Broadcasting Corporation (BBC), tidak akan dimasukkan dalam label.

Kepala Kebijakan Cybersecurity Nathaniel Gleicher kepada Politicomengatakan, bahwa label juga akan ditambahkan ke semua iklan yang dibeli oleh media tersebut dari Facebook, dan juga untuk postingan tak berbayar mereka di halaman masing-masing.

Mulai akhir musim panas ini, Facebook akan menghentikan pembelian iklan oleh organisasi media yang dikontrol oleh negara di AS menjelang pemilihan presiden November nanti.

Menurut Facebook’s Transparency Tool, perusahaan tidak akan memberikan tanggal pasti kapan akan mulai melarang pembelian iklan tersebut, meskipun media tersebut telah membeli beberapa iklan yang menargetkan AS.

Gleicher mengakui, bahwa ia belum menemukan aktivitas semacam itu punya tujuan merusak pemilihan AS mendatang. Namun, katanya, "orang-orang harus memahami siapa yang ada di balik argumen yang mereka lihat."

Reduksi Propaganda dan Berita Palsu Jelang Pemilu

Dengan “membidik” saluran media yang dikontrol negara, Facebook berusaha untuk meredam aktivitas mereka yang berpotensi mendorong informasi palsu.

Dalam beberapa hari terakhir saja, media seperti Russia Today, China Xinhua News, dan PressTV Iranmenaikan semua artikel dan video protes di AS yang sudah dilihat jutaan pengikut mereka di Facebook.

Meskipun belum ada indikasi berita palsu dalam postingan mereka, tetapi para pejabat Eropa dan AS telah berulang kali memperingatkan bahwa media-media tersebut, terutama yang didukung oleh Kremlin, telah mendorong narasi yang bertujuan melemahkan demokrasi Barat.

Tahun lalu, misalnya, Facebook menghapus lebih dari 350 halaman yang mengklaim sebagai organisasi media independen, tetapi ternyata media-media tersebut didukung Kremlin. Halaman yang dihapus itu telah mendorong propaganda yang kritis terhadap NATO, salah satu target kritik Rusia.

Facebook berjuang untuk memperkuat perlindungan digitalnya menjelang pemilihan presiden AS tahun ini, setelah pemerintah asing, terutama Rusia, dituduh mencampuri Pilpres tahun 2016 lalu oleh badan intelijen negara itu.

Kepala Kebijakan Cybersecurity Nathaniel Gleicher mengakui, Pemilu AS yang akan datang kemungkinan akan kembali menjadi sasaran aktor asing, meskipun ia mengatakan bahwa Facebook telah menjadi lebih baik dalam mendeteksi dan menghapus aktivitas-aktivitas ganjil sebelum mencapai Pilpres.

Dalam 12 bulan terakhir saja, mereka telah menghapus sejumlah postingan yang terkait berita palsu dan propaganda yang ditujukan untuk AS.

Namun, para ahli informasi memperingatkan, bahwa kelompok-kelompok domestik Amerika yang kebanyakan telah belajar dari keterlibatan Rusia dalam pemilihan presiden 2016, mungkin memainkan peran yang lebih besar di bulan November nanti untuk mendorong klaim palsu.

Langkah Facebook dalam melabeli media yang dikontrol negara, mungkin akan sulit dan tak bisa menyentuh aktivitas mereka, karena berasal dari negara sendiri.

"Ini langkah ke arah yang benar," kata Laura Rosenberger, seorang senior di The German Marshall Fund Amerika Serikat.

"Namun, langkah ini hanyalah hal kecil, untuk kita melihat bagaimana media yang dikontrol negara merupakan senjata informasi," ungkapnya.

Baca juga artikel terkait FACEBOOK atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Politik
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Alexander Haryanto