tirto.id - Pemerintah menargetkan ekspor industri manufaktur atau pengolahan nonmigas tumbuh sebesar 7,5 persen pada 2019.
Menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto target tersebut telah mempertimbangkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,7 persen serta adanya 12 perjanjian dagang yang akan dirampungkan pada tahun ini.
Selama ini, lanjut Airlangga, industri manufaktur memiliki kontribusi hingga 74 persen terhadap nilai ekspor. Capaian ini harus terus digenjot untuk memperkuat ekspor nonmigas serta memperbaiki struktur perekonomian.
"Jadi, pada 2019, kami akan lebih genjot lagi sektor industri untuk meningkatkan ekspor, terutama yang punya kapasitas lebih," ujar Airlangga, Kemarin (3/2/2019).
Adapun tiga pasar ekspor utama, yakni Amerika Serikat, Jepang, dan Tiongkok. Penetrasi pasar ekspor ke negara-negara nontradisional juga dilakukan, seperti ke Bangladesh, Turki, Selandia Baru, Myanmar dan Kanada.
"Diharapkan ada perbaikan ekonomi global sehingga bisa mendorong ekspor nonmigas lebih tinggi lagi pada 2019," imbuhnya.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, ekspor industri pengolahan nonmigas tercatat meningkat dalam 4 tahun terakhir. Pada 2015, nilai ekspor produk manufaktur mencapai 108,6 miliar dolar AS dan naik menjadi 110,5 miliar dolar AS pada 2016.
Lalu, pada 2017, nilai ekspor manufaktur meningkat menjadi 125,1 miliar dolar AS dan terus meningkat menjadi 129,9 miliar dolar AS pada tahun lalu.
Airlangga menyampaikan, ada lima sektor unggulan yang akan didongkrak pemerintah dalam peta jalan Making Indonesia 4.0. Kelima sektor tersebut adalah industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, serta kimia.
Lima sektor itu juga tercatat memberikan kontribusi 65 persen terhadap total nilai ekspor nasional, berkontribusi 60 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), dan menyerap 60 persen dari seluruh tenaga kerja industri.
Selain itu, sektor lain yang berpotensi besar untuk dikembangkan adalah industri perhiasan, permesinan, furnitur, pengolahan ikan, dan hortikultura. Sektor-sektor tersebut mencatatkan kinerja ekspor yang dinilai mampu menopang perekonomian nasional.
Hingga saat ini pemerintah masih berupaya menarik investasi serta menjalankan hilirisasi untuk substitusi produk impor.
"Kebijakan lainnya dalam rangka meningkatkan daya saing ekspor dalam kurun 1 tahun-3 tahun ke depan, antara lain perbaikan iklim usaha melalui sistem online single submission (OSS), fasilitas insentif perpajakan, program vokasi, penyederhanaan prosedur untuk mengurangi biaya ekspor, dan pemilihan komoditas unggulan," jelasnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Irwan Syambudi