Menuju konten utama

Menperin Klaim Kontribusi Industri Manufaktur untuk Ekspor Tinggi

Ekspor Indonesia pada sektor manufaktur tertinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya.

Menperin Klaim Kontribusi Industri Manufaktur untuk Ekspor Tinggi
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

tirto.id - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengklaim pertumbuhan industri manufaktur tinggi. Menurut Airlangga, kontribusi industri pengolahan mencapai 76 persen dari total nilai ekspor Indonesia yang sebesar 168,73 miliar dolar AS pada 2017.

“Manufaktur Indonesia itu kan sebetulnya terhadap manufaktur seluruh dunia, kita nomor 9. Jauh lebih tinggi dari negara ASEAN yang lain,” ujar Airlangga di Raffles Hotel, Jakarta pada Kamis (8/2/2018).

Lebih lanjut, Airlangga menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia dipengaruhi dua hal utama, yakni yang sifatnya domestik (di dalam negeri) dan juga ekspor. Untuk strukturnya sendiri, Airlangga mengklaim kontribusi ekspor hanya sebesar 20 persen.

Airlangga mengaku akan mendorong kegiatan ekspor Indonesia lewat sejumlah cara. Di antaranya seperti membuka 50 pabrik Indonesia di Vietnam dan beberapa pabrik Indonesia lainnya yang beroperasi di Thailand.

“Dengan adanya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), maka kita harus melihat bahwa industri yang terkait dengan packaging maupun makanan, itu harus dekat dengan konsumen,” ucap Airlangga.

Masih dalam kesempatan yang sama, Airlangga tidak menampik apabila ekspor Indonesia terkendala dengan perjanjian dagang yang masih sedikit. Airlangga pun lantas membandingkan perjanjian dagang yang sudah dilakukan Indonesia dengan Vietnam yang diklaimnya telah memiliki 24 perjanjian dagang.

Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia memang tidak membuka perjanjian dagang dengan pangsa pasar baru. Belum lama ini, Indonesia baru menyelesaikan perjanjian dagang dengan Chili yang tertuang dalam Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Sementara di 2018 ini, Indonesia-Australia CEPA dan Indonesia-European Free Trade Association diharapkan bisa rampung.

Selain faktor perjanjian dagang, Airlangga juga menyebutkan bahwa negara-negara lain terkadang tidak mau membuka diri terhadap produk pertanian.

“Demikian pula dalam IJEPA (Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement), produk perikanan kita masih dikenakan bea masuk. Padahal mereka menghendaki produk otomotif mereka tidak dikenakan bea masuk,” jelas Airlangga.

Untuk mendorong nilai ekspor agar dapat menyokong pertumbuhan ekonomi Indonesia, Airlangga mengatakan perlu adanya harmonisasi antara ekspor dengan upaya menjaga pasar dalam negeri. “Karena kalau pertumbuhannya naik tetapi dalam negerinya kita digerogoti, pertumbuhan kita nggak tumbuh,” ucap Airlangga.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI MANUFAKTUR atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yantina Debora