tirto.id - Eh tau gak, ada desa yang bisa memenuhi kebutuhan berasnya sendiri?
Namanya Desa Krasak, letaknya di Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Desa ini bahkan tak terpengaruh lonjakan harga beras akibat produksi yang menurun dampak el-nino.
Desa Krasak yang memiliki luas 365.566 hektare ini dihuni 2664 jiwa. Jumlah warga dengan rentang usia 40-60 tahun sedikit lebih banyak dibandingkan yang berusia di bawah itu. Merekalah yang mendominasi pekerjaan di sektor pertanian (87 persen).
Selain beras dan gabah kering, warga Desa Krasak juga memproduksi tahu, labu madu, kentang, serta beternak ayam dan lele.
Tahun ini, Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Koalisi Sistem Pangan Lestari (KSPL), dan Yayasan Lestari Mandiri (LESMAN) menginisiasi studi neraca pangan di Desa Krasak dengan mempertimbangkan empat pilar, yaitu akses terhadap sumber daya berkelanjutan, pertanian berkelanjutan, sistem pangan lokal, dan perdagangan yang adil.
Misi KSPL adalah membangun awareness dan mengedukasi warga, terutama generasi muda, tentang pentingnya sistem pangan lokal serta mengajak pemerintah (tingkat lokal hingga nasional) untuk melihat bagaimana neraca pangan berjalan—juga menelusuri ketimpangan antara total produksi dan kebutuhan pangan dan bagaimana solusinya.
Dalam momen ini, KRKP membantu pemerintah desa menerjemahkan hasil riset ke dalam rencana pembangunan pertanian pangan Desa Krasak tahun depan.
Desa Krasak memang belum sepenuhnya berdaulat pangan karena tak semua hasil produksinya mencukupi kebutuhan, tetapi ketangguhan pangannya dianggap berhasil sehingga bisa menjadi model percontohan regionalisasi sistem pangan di skala nasional.
Festival Pangan Desa Krasak pun diadakan pada 14 Oktober 2023 lalu sebagai kegiatan puncak dari serangkaian program yang telah dilakukan selama satu tahun sekaligus penyemangat warga desa untuk bersama-sama menjaga produksi, distribusi, dan konsumsi pangan lokal.
Editor: Tim Media Service