Menuju konten utama

Ebola, Virus Mematikan yang Masih Membayangi Kongo Afrika

Ebola menular melalui kontak dengan kulit atau cairan tubuh dari hewan yang terinfeksi.

Ebola, Virus Mematikan yang Masih Membayangi Kongo Afrika
Petugas kesehatan menguburkan jenazah korban Ebola di sebuah taman makam di Freetown, Sierra Leone, [ANTARA FOTO/REUTERS/Baz Ratner]

tirto.id - Ebola, virus yang langka namun mematikan masih ditemukan di benua Afrika, tapatnya di Republik Demokratik Kongo. Pemerintah Kongo sampai melakukan pelacakan secara obsesif terhadap individu yang mengidap Ebola.

Robert Redfield, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Republik Demokratik Kongo, mengungkap kemungkinan yang mengkhawatirkan. Epidemi Ebola saat ini bisa di luar kendali dan mungkin-untuk pertama kalinya Ebola diidentifikasi pada 1976-menjadi terus menerus tertanam dalam populasi, demikian seperti diwartakan Wired.

Selain Kongo, Uganda menjadi negara yang masih terus bekerja mengusir Ebola dari warganya. Di perbatasan antara Uganda dan Kongo sebuah pos pemeriksaan menerima rata-rata 5.000 orang per hari. Pemerintah Uganda juga telah membangun rumah sakit perawatan khusus untuk menangani penyakit ini.

Penularan Ebola

Virus Ebola pertama kali muncul selama dua tahun sejak 1976 di Afrika. Nama Ebola diadaptasi dari Sungai Ebola, yang terletak di satu desa di Republik Demokratik Kongo di mana penyakit itu pertama kali muncul.

Ebola adalah virus yang akan menyebabkan demam, nyeri tubuh, diare, dan kadang-kadang pendarahan di dalam dan di luar tubuh. Saat virus itu menyebar ke seluruh tubuh, ia akan merusak sistem kekebalan dan organ.

Ujungnya, sel-sel pembungkus darah akan menurun, maka pendarahan akan tak terkendali. Itulah sebabnya persentase kematian akibat Ebola bisa mencapai 90 persen.

Ebola tidak menular melalui udara, air atau makanan. Situs web kesehatan Web MD menjelaskan Ebola tidak menular seperti virus yang lebih umum seperti pilek, influenza , atau campak. Ebola menyebar melalui kontak dengan kulit atau cairan tubuh dari hewan yang terinfeksi, seperti monyet, simpanse, atau kelelawar.

Kemudian, virus itu akan berpindah dari satu orang ke orang lainnya dengan cara yang sama. Mereka yang merawat orang dengan penyakit Ebola atau menguburkan yang meninggal akibat Ebola kemungkinan juga akan terkana penyakit itu.

Selain itu, Ebola juga bisa menular melalui jarum suntik. Seseorang yang punya virus Ebola dalam tubuhnya namun tidak menunjukkan gejala, juga tak bisa menularkan.

Ciri-ciri orang yang mengidap Ebola bis mirip seperti gejala flu. Lalu gejala yang lain akan muncul 2 hingga 21 hari setelah infeksi, di antaranya demam tinggi, sakit kepala, sakit tenggorokan dan kurang nafsu makan.

Ketika penyakit semakin memburuk, bisa menyebabkan pendarahan di dalam tubuh, serta dari mata, telinga, dan hidung. Beberapa orang akan muntah atau batuk darah, diare, dan ruam.

Cara Mencegah Ebola

Kepala Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan mereka punya vaksin yang bisa mencegah Ebola, tetapi harus dideteksi sedini mungkin.

“Sekarang kami mempunyai vaksin dan terapi dan seharusnya tidak ada yang meninggal karena Ebola. Tapi, pertama-tama, kami perlu mengetahui ppasien sedini mungkin,” jelasnya seperti dikutip Antara.

Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah dengan tidak bepergian ke daerah di mana virus itu ditemukan. Tetapi jika memang berada di daerah tersebut, maka hindari kontak dengan kelelawar, monyet, simpanse, dan gorila karena hewan ini menyebarkan Ebola ke manusia.

Gunakan masker, sarung tangan, dan kacamata kapan pun berhubungan dengan orang yang mungkin mengidap Ebola.

Dalam penelitian Ebola: Penyakit Eksotik Zoonosis yang Perlu Diwaspadai, yang ditulis oleh NLPI Dharmayanti dan I Sendow, dijelaskan, kewaspadaan perlu ditingkatkan terutama terhadap reservoir virus Ebola seperti kelelawar dan hewan liar lainnya yang berpotensi meyebarkan Ebola ke Indonesia.

Oleh karena itu, perlu diantisipasi terhadap fasilitas, kapasitas diagnosis dan penelitian terhadap Ebola.

"Untuk mengantisipasi dan mengetahui status Indonesia terhadap infeksi Ebola diperlukan joint risk assessment infeksi virus Ebola dan virus Filo di Asia yang melibatkan lingkungan/ekologi, hewan domestik dan manusia perlu dilakukan, di samping peneguhan diagnosis terhadap peran reservoir Ebola dalam menyebarkan penyakit ke manusia,” tulis penelitian itu.

Baca juga artikel terkait EBOLA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra