Menuju konten utama

Duduk Perkara Randi Ditembak Mati saat Demo Tolak RUKHP di Kendari

Randi, mahasiswa budidaya perairan dari Universitas Halu Oleo, tewas ditembak oleh peluru dari arah barisan polisi.

Duduk Perkara Randi Ditembak Mati saat Demo Tolak RUKHP di Kendari
Sejumlah mahasiswa duduk di depan ruang gawat darurat RS Ismoyo Kendari saat menanti jenazah rekannya bernama Randi yang tewas tertembak saat demo tolak RKUHP dan revisi UU KPK di DPRD Sulawesi Tenggara, Kamis (26/9/2019). ANTARA FOTO/Jojon/wsj.

tirto.id - Setidaknya seorang mahasiswa meninggal saat demonstrasi menolak RKUHP dan revisi UU KPK di Gedung DPRD Sulawesi Tenggara. Randi, mahasiswa jurusan Budidaya Perairan Universitas Halu Oleo angkatan 2016, tewas ditembak di areal dada kanan.

Keluarga korban masih terkejut dan histeris ketika kami menghubungi melalui sambungan telepon, Kamis pukul 19.31 waktu setempat. Sebab kemarin malam itu, mereka tengah menemani jenazah Randi di Rumah Sakit Umum Daerah Abunawas, Kota Kendari.

Berdasarkan informasi yang kami kumpulkan dari para saksi mata, Randi diduga ditembak dari jarak dekat. Dari foto korban yang kami terima, ada luka berbentuk lingkaran di bagian dada kananya. Posisinya sekitar delapan sentimeter di bawah tulang selangkanya.

Foto Visum Randi Mahasiswa Universitas Halu Oleo

Luka tembak peluru di bagian dada kanan Randi, mahasiswa Universitas Halu Oleo, saat demo berujung bentrok di DPRD Sulawesi Tenggara, Kamis (26/9/2019). Foto/Istimewa

Randi ditembak saat demonstrasi mahasiswa berakhir bentrok. Polisi-polisi dari Polda Sulawesi Tenggara, yang berjaga di areal dalam pagar gedung DPRD, membuyarkan para demonstran dengan gas air mata, meriam air, dan tembakan peluru.

Demonstran melawan dengan melempar batu ke arah polisi. Dari video yang beredar di media sosial, terlihat seorang demonstran terkapar, yang kemungkinan Randi, di trotoar persis di depan pintu gerbang sebuah bangunan di Jalan Abdullah Silondae pada sore hari.

Randi dibawa ke Rumah Sakit Dr. Ismoyo atau RS Korem Kendari, sekitar 450 meter atau 6 menit berjalan kaki, oleh teman-temannya.

Di rumah sakit itu Randi segera mendapatkan pertolongan. Dokter sempat memompa dadanya lima kali.

Dokter yang memeriksanya berkata luka tembak di bagian dada Randi sedalam 10 sentimeter dan selebar 5 sentimeter, menurut La Ode Pandi Sartiman, seorang wartawan dan Koordinator Divis Advokasi Aliansi Jurnalis Independen Kota Kendari saat dikontak Tirto pada Kamis malam.

Dokter yang memeriksanya tidak bisa memastikan apakah luka tembak di tubuh Randi dari peluru karet atau peluru tajam, sebagaimana dituturkan kepada Pandi.

Randi meninggal di RS Korem sekitar pukul 15:44 waktu setempat.

Sesudahnya, Randi dibawa oleh ambulans ke Rumah Sakit Umum Daerah Abunawas Kota Kendari, berjarak 3,5 kilometer atau 7 menit dengan mobil, untuk diautopsi.

Pandi berkata semula jenazah Randi hendak dirujuk ke RS Bhayangkara—notabene milik Polri—tetapi teman-temannya dan kerabat dekat almarhum menolak.

Kerabat korban juga menolak dokter yang mengautopsi jenazah dari dokter yang bekerja di RS Bhayangkara, ujar Pandi, dengan alasan “khawatir memanipulasi hasil forensik.”

Kerabat minta dokter yang memeriksa jejak penyebab kematian korban adalah “dokter independen”.

Sampai pukul 21.20 waktu setempat, jenazah Randi belum juga diautopsi. Sebab kerabat almarhum, autopsi harus dilakukan: Dokter yang bekerja secara independen.

Randi, usia 21 tahun, berasal dari Pulau Muna, wilayah di jazirah pulau Sulawesi, yang dapat dijangkau dengan menaiki kapal laut dari Kota Kendari.

Keluarga Randi bekerja sebagai nelayan. Orangtuanya masih di Desa Lakarinta, Kecamatan Lohia saat Rendi meninggal dunia. Kerabat yang menjaga jenazah Randi adalah dari pihak paman dan adik perempuannya, ujar Pandi kepada Tirto, yang mendatangi dan memantau nasib korban sejak dari RS Korem ke RS Abunawas. Kerabat di Kendari sudah mengabarkan orangtuanya di kampung soal kematian putra sulungnya.

Sampai artikel ini ditulis pada pukul 22.23, kerabat korban masih menolak bicara karena masih sangat terpukul. Getir. Terbata-bata.