tirto.id - Direktur Riset Center of Reform Economic (CORE), Piter Abdullah optimistis, Indonesia mampu bertahan di tengah ancaman keruntuhan ekonomi atau resesi global. Namun, ada dua syarat yang harus diperhatikan.
Syarat pertama, semua pihak harus berupaya menjaga agar pandemi di dalam negeri mereda. Kemudian, tidak terjadi pengetatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) kembali.
"Selama pandemi masih terjaga, mobilitas masih longgar, perekonomian Indonesia akan mampu bertahan di tengah resesi yang terjadi dibanyak negara," katanya kepada reporter Tirto, Rabu (22/6/2022).
Piter mengatakan, ekonomi global yang dispekulasikan akan resesi ini, mempertimbangkan kondisi perekonomian di banyak negara maju. Amerika Serikat (AS) misalnya. Angka inflasi di negeri Paman Sam tersebut melambung tinggi.
Inflasi yang tinggi kemudian mengundang bank sentral The Fed menaikkan suku bunga acuan dan mengeringkan likuiditas. Suku bunga yang tinggi, likuiditas kering otomatis akan membuat demand terbatasi dan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Kondisi tersebut berpotensi membawa AS mengalami resesi, kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut. Pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I-2022 sudah negatif 1,4 persen. Hal ini disebabkan oleh tingginya impor di tengah menurunnya ekspor tetapi permintaan masih cukup terjaga.
"Jika kuartal II-2022 kembali negatif maka perekonomian AS secara resmi disebut resesi. Kemungkinannya memang besar karena kondisi yang dijelaskan di atas," jelasnya.
Piter menambahkan, resesi di negara-negara maju seperti AS tentu akan berpengaruh terhadap perekonomian global. Kemudian berdampak kepada banyak negara. "Tetapi tidak berarti semua negara akan mengalami resesi atau akan akan ambruk. Salah satunya indonesia," pungkas dia.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan, perekonomian dunia kini tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Sederet ancaman menanti, bahkan bisa mengakibatkan puluhan negara alami kejatuhan ekonomi.
"Bank Dunia, IMF menyampaikan ada kurang lebih 60 negara yang akan ambruk ekonominya, yang 40 diperkirakan pasti," kata Jokowi.
Situasi ini disebabkan oleh pandemi COVID-19 yang belum selesai disambung oleh perang Rusia dan Ukraina. Banyak negara kini harus menghadapi lonjakan harga energi dan pangan sehingga membuat inflasi meroket.
Laporan Bank Dunia menyebutkan beberapa negara yang diramal akan mengalami resesi. Salah satunya Rusia yang tahun ini diperkirakan -8,9 persen. Negara lainnya adalah Ukraina dengan -45,1 persen, Kirgistan -2 persen dan Moldova -0,4 persen.
Amerika Latin juga alami kejatuhan ekonomi dibandingkan dengan tahun lalu. Antara Meksiko, Chili, Argentina, Kolombia, El Savador, Paraguay, hingga Peru.
Sementara itu, untuk kawasan Timur Tengah ada Lebanon dan Suriah yang alami kontraksi, di mana masing-masing -6,5 persen dan -2,6 persen. Nasib buruk juga diperkirakan menimpa Maroko.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang