Menuju konten utama
Tragedi 9/11

Dream Theater, Bruce Springteen dan Lagu Tragedi WTC 11 September

Tragedi 11 September 2001 atau tragedi 9/11 yang menghancurkan gedung WTC dikenang oleh para musisi melalui karyanya.

Dream Theater, Bruce Springteen dan Lagu Tragedi WTC 11 September
Dream Theater. FOTO/Dream Theater

tirto.id - Selasa siang, 11 September 2001, dunia dibuat bergetar akibat serangan teroris yang meruntuhkan menara kembar World Trade Center (WTC) di kota New York. Kala itu, dua pesawat, American Airlines penerbangan nomor 11 dan United Airlines nomor 175, dibajak dan menabrak menara WTC.

Setidaknya. 2.977 orang meninggal dunia. Sementara di gedung pertahanan AS, Pentagon, sebanyak 184 orang meninggal dunia setelah pesawat American Airlines nomor penerbangan 77 dibajak dan menabrak gedung itu, demikian CNN melaporkan.

Di Pennsylvania, 40 penumpang dan awak pesawat United Airlines nomor penerbangan 93 meninggal dunia ketika pesawat itu jatuh ke sebuah lapangan kosong. Diduga pesawat itu juga dibajak, namun penumpang dan awak kabin berusaha mengambil kontrol pesawat itu dari teroris.

Tragedi itu kemudian dikenang sebagai serangan teror 9/11. Peristiwa ini tidak hanya menjadi sejarah hitam masyarakat Amerika Serikat, tapi juga bagi seluruh warga dunia, terutama bagi mereka yang berada di Timur Tengah.

Kejadian ini, tentu saja, tidak hanya dikenang oleh media massa setiap tahun, tetapi juga ditulis oleh para musisi ke dalam karyanya, sehingga bisa diperingati setiap saat. Di sisi lain, ada pula musisi yang terinspirasi untuk membuat band usai peristiwa ini.

Selain itu, ada juga yang diganjar penghargaan karena karyanya menyentuh rasa-rasa kemanusiaan, seperti Bruce Springteen. Berikut musisi atau band yang terinspirasi oleh tragedi 9/11.

1. DreamTheater - Sacrificed Sons

Band progresif metal, Dream Theater turut mengecam tragedi serangan gedung WTC 9/11 melalui lagunya berjudul Sacrificed Sons. Karya ini merupakan bagian dari album Octavarium. Album ini dirilis pada 7 Juni 2005.

Lagu Sacrificed Sons yang berdurasi sekitar 10 menit itu memang ditulis oleh sang vokalis, James Labrie untuk mengenang peristiwa serangan 11 September.

2. The Cranberries - New New York

Dalam sebuah wawancara tahun 2002, sang vokalis, Dolores O'Riordan menyatakan lagu New New York memang berkisah tentang tragedi 11 September. Dirinya memang sedang berada di New York saat peristiwa itu terjadi.

Menurut dia, semua yang ada di lagu itu adalah harapan tentang New York yang baru, ketika rasa sakit di hati orang-orang telah berubah menjadi harapan untuk kelahiran kembali.

3. My Chemical Romance - Skylines and Turnstiles

Sang vokalis Gerard Way menuliskan lagu Skylines and Turnstiles setelah ia menyaksikan serangan 11 September 2001 saat perjalanannya bekerja. Kemudian, ia membentuk My Chemical Romance dan menjadikan lagu ini sebagai karya pertama yang ditulis oleh band.

4. Bruce Springteen - The Rising

Bruce Springteen menuliskan lagu The Rising sebagai reaksi terhadap serangan tragedi 9/11. Lagu yang dirilis pada 2002 ini merupakan salah satu track di dalam albumnya yang juga berjudul "The Rising".

Lagu ini mendapat pujian kritis dan mendapatkan penghargaan Grammy Award serta nominasi untuk Song of the Year. Majalah Rolling Stone menempatkan lagu ini di urutan ke-81 dalam daftar 100 lagu terbaik.

5. Michael Jackson - What More Can I Give

Setelah serangan 11 September pada tahun 2001, Michael Jackson menulis ulang "What More Can I Give" atas saran seorang produser eksekutif bernama Marc Schaffel. Ia meyakinkan Jackson untuk membuat lagu ini dengan versi Spanyol juga.

Versi bahasa Spanyol berjudul "Todo Para Ti", liriknya diadaptasi oleh musisi Panama Rubén Blades. Sementara versi bahasa Inggris "What More Can I Give" direncanakan akan dirilis untuk amal dan sumbangan korban dan keluarga korban serangan teroris 11 September. Namun, rencana itu tidak pernah terlaksana dengan berbagai alasan.

Baca juga artikel terkait TRAGEDI 11 SEPTEMBER atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Musik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Agung DH