Menuju konten utama

Di Balik Klaim Khasiat Air Alkali

Produk minuman air alkali atau alkaline water diklaim dapat meningkatkan vitalitas tubuh hingga menyembuhkan beragam penyakit. Namun, di balik klaim itu, air alkali hanya masuk daftar produk olahan kemasan saja.

Alkaline Water. FOTO/Istimewa

tirto.id - Spanduk besar berwarna biru bergambar gelas, wadah galon, dan sebuah mesin berbentuk persegi berjajar, terpampang di salah satu ruko di sebuah kawasan pinggir Jakarta. Tulisan dalam spanduk mempromosikan mesin yang diklaim mampu mengubah air biasa menjadi air alkali.

“Air alkali dengan pH 8,5 ke atas. Obat segala macam penyakit, kanker, tumor dan lain-lain.” Selain dengan media spanduk, para produsen dan distributor air alkali menampilkan beragam testimoni dan edukasi kesehatan yang diunggah pada situsweb dan media sosial. Fenomena ini tak hanya di Indonesia tapi juga di negara lainnya.

Air Alkali adalah air yang diklaim memiliki tingkat pH lebih dari 7, kaya senyawa alkalizing, termasuk kalsium, magnesium, oksigen, dan potassium. Skala PH berkisar antara 0-14, angka 7 berada di titik netral, di bawah 7 berarti asam, dan di atas 7 artinya basa. Para produsen air alkali, menanamkan kepercayaan pada konsumen bahwa air tersebut dapat menetralkan asam dalam aliran darah dengan kandungan pH-nya yang cenderung basa – karena PH di dalam tubuh cenderung asam. Selain itu juga berfungsi sebagai antioksidan serta pembersih, membantu tubuh metabolisme nutrisi lebih efektif sehingga membuat kesehatan dan kinerja menjadi lebih baik.

Pembuatan air alkali dengan cara mengelektronisasi air telah menjadi produksi massal di Jepang semenjak 1965. Langkah ini dipilih Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang guna terapi medis. Air terionisasi alkali yang dihasilkan dari mesin elektronisasi tersebut diyakini dapat mengurangi penyakit fermentasi gastrointestinal, diare kronis, gangguan pencernaan, hiperkus, mengontrol asam lambung. Penelitian yang dilakukan oleh Takashi Hayakawa dan kawan-kawan dari Gifu University, menyatakan uji klinis air terionisasi alkali terbukti lebih efektif meredakan diare kronis daripada air bersih.

Konsumsi air alkali terionisasi jangka panjang dapat mengurangi sulit buang air besar. Hasil ini diketahui dari model perlakuan tikus yang diberi air alkali. Pada hari ke-88, jumlah amonium dalam kotoran segar dan kandungan feses keras cenderung menurun. Hal ini disebabkan oleh sinergi antara tingkat kalsium yang terkandung dalam air alkali (sekitar 50ppm) dan tingkat pH pada air.

src="//mmc.tirto.id/image/2017/11/26/alkalinewaterREV01.jpg" width="860" alt="Infografik Air Alkali Rev" /

Sisi Lain Air Alkali

Benarkah klaim bahwa air alkali itu selalu bermanfaat terhadap tubuh?

Menurut Prof. Dr. H. M.A Rindit Pambayun, Ketua Perhimpunan Ahli Teknik Pangan Indonesia (PATPI) Pusat, tubuh manusia dirancang untuk menyeimbangkan PH setiap makanan maupun minuman yang masuk. “Jadi lambung kita meregulasi agar PH-nya sama dengan sekitar, dibuat pH derajat keasaman 2 (pH2),” katanya dalam diskusi terbatas mengenai Teknologi Pengolahan Pangan dan Nutrisi, Jumat (7/4/2017).

Derajat keasaman 2 dalam lambung berguna untuk menyeleksi agar semua mikroorganisme pantogen mati, kecuali bakteri asam laktat. Sehingga ketika lepas dari lambung makanan yang dikonsumsi akan terbebas dari patogen.

“Kalau makanan terlalu tinggi PH nya dan dijadikan daily food itu berat sekali lambung meregulasi. Bisa-bisa masa pakai lambung seharusnya sampai umur 85 tahun, ini karena harus meregulasi setiap hari jadi di umur 45 tahun sudah habis-habisan.”

Karena perut dirancang untuk menjadi asam, maka lambung harus memproduksi lebih banyak asam setiap kali meminum air alkali untuk mengkompensasi dilusi cairan lambung. Mempertahankan keasaman lambung diperlukan untuk melindungi infeksi bakteri dan virus. Mengubah lingkungan asam ini hanya akan membuat kemungkinan usus terinfeksi.

“Tentang alkaline water bagus untuk terapi penyakit tertentu, mungkin. Tapi kalau untuk penggunaan daily masih perlu penelitian lebih lajut,” katanya.

Regulator seperti Kementerian Kesehatan (Kemenkes) maupun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga melarang penjualan air alkali yang diklaim sebagai obat. Meskipun, penjualan alat-alat untuk memproduksi air alkali masih diperbolehkan. Perizinannya, berada di bawah naungan Kemenkes. Produk minuman alkali kemasan juga sudah banyak juga yang didaftarkan di BPOM.

Namun, air alkali untuk produk kesehatan belum ada yang disetujui. Air dengan pH basa di Indonesia masih dikategorikan sebagai produk pangan olahan dalam kemasan. Konsekuensinya air alkali dilarang mencantumkan klaim sebagai obat. Selain itu, air alkali yang edar di Indonesia juga wajib memiliki Nomor Izin Edar (NIE) sebagai syarat untuk produk pangan olahan dalam kemasan eceran.

“Intinya belum ada yang dapat rekomendasi dari kemenkes,” kata Sakri Sabi'atmaja, Kasubdit Advokasi & Kemitraan Promkes Kemenkes kepada Tirto.

Baca juga artikel terkait AIR MINUM DALAM KEMASAN atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Suhendra