tirto.id - Sundar Pichai, Chief Executive Officer (CEO) Google belum lama ini mengatakan “kuartal 1 selalu membuat bersemangat, sebagaimana semangat menyiapkan gelaran tahunan developer bernama Google I/O.” Ucapan pria keturunan India ini termaktub dalam laporan kinerja keuangan kuartal I-2018, sebagaimana dikutip dari laman resmi Alphabet—induk usaha dari Google.
Kinerja kuartal I penting karena akan menjadi patokan awal bagaimana kinerja sebuah perusahaan dalam setahun penuh. Di dunia teknologi, terutama melihat perusahaan-perusahaan besar, kinerja kuartal I nampak disambut dengan suka cita, bila membandingkannya dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada awal tahun, Alphabet meraih pendapatan yang gemilang hingga $31,146 miliar atau melonjak sekitar 26 persen, dibandingkan periode yang sama di 2017 yang hanya $24,750 miliar. Penyumbang terbesar pendapatan Alphabet bersumber dari iklan. Ia memperoleh pendapatan dari iklan sebesar $26,642 miliar atau sekitar 85 persen dari total pendapatan.
Namun, Google atau Alphabet tentu tak bisa mengantongi penuh pendapatan tersebut. Ada biaya yang perlu dibayarkan. Pada laporan, biaya pendapatan Alphabet berada di angka $13,467 miliar. Biaya tersebut salah satunya digunakan untuk membiayai server-server Google. Hingga kini, diperkirakan Google mengoperasikan 900 ribu server yang tersebar di 15 lokasi pusat data mereka di tiga benua: Amerika, Asia, dan Eropa.
Dari pendapatan yang besar tersebut, Alphabet memperoleh laba bersih sebesar $9,401 miliar, meningkat dari laba bersih di kuartal yang sama setahun sebelumnya yang berada di angka $5,426 miliar atau melompat 73 persen.
“Kinerja luar biasa dalam pendapatan Situsweb, khususnya, mencerminkan kekuatan gabungan dari inovasi dan pertumbuhan seluler, dengan penelusuran seluler kembali memimpin,” kata Ruth Porat, Chief Financial Officer Alphabet.
Google bukan satu-satunya yang menikmati masa gemilang bisnis di awal tahun. Apple mampu menjual 52,217 juta unit iPhone, 9,113 juta unit iPad, dan 4,078 juta unit Mac. Perusahaan yang dipimpin Tim Cook, merujuk laporan yang mereka rilis, memperoleh laba bersih $13,822 miliar. Laba Apple meningkat 25 persen dibanding kuartal I tahun sebelumnya sebesar $11,029 miliar.
Amazon, sebagai perusahaan IT yang mengekor dengan kinerja mulus. Merujuk laporan keuangan, Amazon memperoleh laba bersih sebesar $1,629 miliar. Keuntungan ini meningkat dari kuartal yang sama di tahun sebelumnya yang berada di angka $724 juta, atau meroket 125 persen.
Salah satu penyumbang terbesar bagi Amazon mendapatkan hasil positif ialah AWS (Awazon Web Service), layanan cloud milik mereka. Pada kuartal I-2018, AWS menyumbang penjualan bersih sebesar $5,442 miliar, meningkat dari $3,661 miliar di kuartal yang sama di 2017.
Di Cina, Alibaba perusahaan e-commerce yang didirikan Jack Ma memperoleh pendapatan sebesar RMB61,932 miliar atau $9,873 miliar, naik 61 persen dari pendapatan di kuartal yang sama tahun sebelumnya sebesar RMB38,579 miliar. Penyumbang terbesar pendapatan Alibaba ialah dari bisnis e-commerce. Bisnis e-commerce menyumbang pendapatan sebesar RMB51,287 miliar. Sementara itu, bisnis digital Alibaba seperti Alipay, hanya menyumbang RMB5,272 miliar.
Namun, capaian pendapatan yang gemilang tak berbanding dengan perolehan laba. Digitimes melaporkan laba bersih Alibaba turun 29 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu. Kuartal I-2918 laba bersih Alibaba hanya RMB7,561 miliar, karena pembagian aset salah satunya terkait internet Cina MoMo Inc. Mereka mengklaim bila hal itu dikecualikan maka laba Alibaba bisa naik 37 persen.
Raksasa IT asal Cina lainnya, Tencent, yang memiliki WeChat, belum merilis kinerja keuangannya. Namun, Tencent diprediksi bakal positif. Pada kuartal pertama tahun lalu, Tencent memperoleh pendapatan sebesar RMB49,552 miliar, setara dengan $7,182 miliar. Penyumbang terbesar pendapatan Tencent tak lain ialah bisnis digital, yang ditopang WeChat dan QQ. Bisnis tersebut memberikan Tencent pemasukan RMB12,297 miliar.
Di Balik Capaian yang Kinclong
Salah satu penyebab perusahaan-perusahaan IT memperoleh hasil manis terutama dari aspek pendapatan di kuartal I 2018 karena tren positif penggunaan layanan-layanan IT. Android, sistem operasi milik Google misalnya, meskipun tak disebut berapa jumlah pasti saat ini, memiliki kecenderungan positif. Mengutip Statista, di 2017 lalu Android menguasai 85,9 persen pangsa pasar. Naik dari hasil di tahun 2016 (84,8 persen) dan 2015 (81,61 persen).
Pengguna Android yang meningkat, membuat Google memaksimalkan jumlah pengguna pada layanan-layanan mereka, semisal Gmail, Google Maps, hingga YouTube. Ini berdampak pada pendapatan dari iklan yang mereka tawarkan.
Gemilangnya dunia IT pun terlihat dari pertumbuhan e-commerce. Merujuk data Statista, penjualan retail e-commerce terus meningkat sepanjang tahun. Pada 2018, menurut prediksi, penjualan retail menembus angka $2,842 triliun, meningkat dari $2,304 triliun di tahun 2017. Pada tahun 2020, penjualan retail e-commerce diprediksi mencapai angka $4,135 triliun.
Tumbuhnya dunia e-commerce, membuat Amazon dan Alibaba, yang menumpukan kekuatannya pada jual-beli barang secara online meraih kinerja yang cemerlang. Dunia digital, secara umum, sedang tumbuh positif. Di dunia pembayaran digital, tahun 2018 ini diprediksi akan menghasilkan nilai transaksi sebesar $3,265 triliun, meningkat sebesar 13,5 persen tiap tahunnya. Perkembangan ini, mengerak layanan seperti Alipay (yang dimiliki Alibaba) dan WeChat Pay (yang dimiliki Tencent) berkembang positif.
Layanan digital lainnya, seperti media sosial, pun mengikuti tren perkembangan yang sama, meskipun dunia kini dihadapkan oleh skandal Cambridge Analityca yang menyerang Facebook. Pada 2018, sebanyak 2,62 miliar orang diprediksi menggunakan media sosial. Tumbuh dari 2,46 miliar orang di 2017. Dengan tren positif, tak mengherankan perusahaan-perusahaan IT mendulang hasil yang kinclong.
Capaian kuartal I-2018 perusahaan IT ternyata meleset dari analis. Menurut Variety, Google awalnya diprediksi para hanya memperoleh pendapatan sebesar $30,31 miliar. Ivan Fenseth, analis dari Tigress Financial, sebagaimana diwartakan Venture Beat, mengatakan secara tersirat bahwa kesuksesan Google tersebut terjadi karena perusahaan-perusahaan lain, terutama pelanggan sistem iklan Google, tumbuh. Sehingga mereka mampu membelanjakan uang untuk iklan lebih besar.
"Ekonomi yang kuat memampukan perusahaan mengeluarkan lebih banyak uang bagi iklan. Google kembali mendominasi pencarian desktop dan mobile," kata Ivan.
Editor: Ahmad Zaenudin