tirto.id - Australian National University (ANU) akan menggelar konferensi Indonesia Update 2019 dengan tajuk "From Stagnation to Regression? Indonesian Democracy after Twenty Years".
"Mulanya, banyak gejala kerentanan demokratik didiagnosis pada periode kedua Presiden Yudhoyono (2009-2014); tetapi, di luar dugaan banyak pengamat, kemunduran paling dramatis dalam hal kualitas demokratik muncul [pada era] Presiden Jokowi," demikian bunyi siaran konferensi yang akan digelar pada 6-7 September di kampus ANU, Canberra, Australia ini.
Selain menyajikan political update dan economics update, konferensi Indonesia Update yang ke-37 ini akan mengetengahkan ceramah utama "Indonesia’s Democracy in Comparative Perspective" dari Allen Hicken, University of Michigan. Ada pula tema tentang polarisasi masyarakat di Indonesia yang akan dibahas oleh Eve Warburton dan Nava Nuraniyah.
Populisme, yang kerap disebut-sebut sebagai salah satu biang masalah demokrasi kekinian, tak luput dalam konferensi kali ini. Liam Gammon serta Abdil Mughis Mudhoffir akan hadir untuk memblejeti persoalan itu.
Dari Indonesia, akan hadir Irsyad Rafsadi dan Dyah Ayu Kartika, para peneliti dari PUSAD Paramadina, yang akan berbicara tentang bagaimana WhatsApp menjadi medium pertukaran rumor saat pemilu. Akademikus UIN Jakarta yang juga menjadi praktisi lembaga survei, Burhanudin Muhtadi, akan bicara soal pihak-pihak yang kalah dalam pemilu serta dukungan demokratik dan nostalgia otoritarian. Dari kalangan media, wartawan The Jakarta Post Endy Bayuni akan menyampaikan ceramah penutup: "Is Indonesian democracy in decline?"
Editor: Maya Saputri