tirto.id - Kandidat presiden Amerika Serikat asal Partai Demokrat, Joe Biden, menyerang Donald Trump terkait cara calon petahana itu mengatasi pandemi virus corona di AS. Serangan itu Biden lancarkan dalam acara debat calon presiden yang terakhir, Kamis (22/10/2020) malam waktu setempat.
Dalam debat yang dipandu koresponden NBC News, Kristen Walker, di Nashville tersebut, suasana debat bisa dibilang lebih tenang jika dibanding dua debat sebelumnya.
Sebagaimana dicatat The Guardian, Kristen Walker selaku moderator meminta kepada kedua rival untuk membuat argumen penutup terkait kondisi negara di tengah ancaman pandemi COVID-19.
Amerika Serikat sendiri menjadi negara paling parah diterpa wabah, yang hingga kini telah menewaskan setidaknya lebih dari 228.000 orang, dan menginfeksi jutaan lainnya, demikian menurut data Worldometers.
Trump, yang pernah terinfeksi virus corona terus meremehkan tingkat keparahan krisis kesehatan masyarakat. Ia terus membela tanggapannya dan memprediksi bahwa vaksin sudah dekat.
"Ini akan hilang," kata Trump menilai penanganannya kendati kasus positif masih tinggi. “Kita sudah sangat dekat [dengan akhir pandemi].”
Kendati demikian, Philip Bump dalam analisisnya di Washington Post menyebut, apa yang dikatakan Trump “sudah dekat” dengan akhir pandemi atau rounding the corner adalah salah. Ia sama sekali tak melihat bahwa pandemi di bawah penanganan Trump akan menunjukkan penurunan kasus.
“Penting untuk menyoroti satu bagian lain dari apa yang dikatakan Trump: bahwa dengan atau tanpa vaksin, negara ini sedang dalam tahap melawan pandemi.” Tulisnya, dikutip Jumat (23/10/2020).
“Tentu, pandemi akan padam seiring waktu, dalam arti yang sama bahwa api di Notre Dame [katedral di Perancis yang terbakar] akan padam pada akhirnya jika petugas pemadam kebakaran tidak ikut campur,” imbuhnya sembari menganalogikan logika Trump.
Di tengah amukan pandemi dan belum adanya tanda-tanda infeksi akan menurun, Trump juga menolak untuk menutup Negeri Paman Sam dengan alasan ekonomi.
“Kami tidak bisa menutup negara ini. Ini adalah negara besar dengan ekonomi masif," kata Trump, dikutip The Guardian.
“Ada depresi, alkohol, narkoba pada tingkat yang belum pernah dilihat orang sebelumnya. Penyembuhannya tidak bisa lebih buruk dari masalah itu sendiri."
Sementara itu, rival Trump, Joe Biden, membuka argumennya dengan mengakui jumlah korban pandemi virus corona yang semakin suram serta memperingatkan bahwa negara harus bersiap untuk "musim dingin yang gelap".
“220.000 kematian,” kata Biden membuka sambutan. “Jika Anda tidak mendengar apa pun yang saya katakan malam ini, dengarkan ini. Siapapun yang bertanggung jawab atas kematian sebanyak itu tidak boleh tetap menjadi presiden Amerika Serikat."
Hanya sepekan jelang pemungutan suara, Biden terus mengungguli Trump dalam hal jajak pendapat.
Namun, jajak pendapat yang dilakukan oleh Universitas Quinnipiac, NBC News / Wall Street Journal, dan ABC News / Washington Post, menunjukkan bahwa penurunan tajam suara Trump dalam national polling selaras dengan tanggapan para pemilih terhadap krisis pandemi virus corona.
Mengutip Politico, dalam ketiga jajak pendapatan tersebut, ketidakpercayaan kepada Trump terhadap kebijakan yang ia ambil dalam menangani virus corona adalah sekitar 60 persen. Sementara itu, pangsa suara Trump di ketiga jajak pendapat hanya berkisar sekitar 40 persen.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Alexander Haryanto