tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menyatakan pemerintah akan berupaya mendorong pengembangan industri hilir kelapa sawit.
Dia menilai ekspor minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) memang perlu dibatasi. Namun, menurut Darmin, hal itu dilakukan dengan meningkatkan ekspor produk turunan minyak sawit.
“Menurut saya, kita bisa membatasi ekspor CPO. Jadi ekspornya nanti dalam bentuk produk turunan atau biodiesel,” kata dia kepada wartawan di Gedung Kemenko Perekonomian pada Senin (4/2/2019).
Darmin menyatakan hal itu usai konferensi pers penyerahan hasil studi The International Union for Conservation of Nature (IUCN) kepada pemerintah Indonesia pada hari ini. IUCN merilis hasil studi yang menyimpulkan kelapa sawit menghasilkan minyak nabati 9 kali lebih efisien dari tanaman lain.
“Studi ini [IUCN] basis yang baik untuk dikembangkan lebih lanjut,” kata Darmin.
Berdasarkan hasil penelitian IUCN, kelapa sawit menyumbang 35 persen dari total kebutuhan minyak nabati dunia. Konsumsi terbesar didominasi oleh India, Republik Rakyat Tiongkok dan Indonesia.
Diperkirakan saat ini proporsi penggunannya masih didominasi oleh industri pangan sebanyak 75 persen. Sementara sisanya dipakai untuk industri kosmetik, produk pembersih, hingga biofuel.
Kepala Satgas Kelapa Sawit IUCN, Erik Meijaard menjelaskan kelapa sawit masih menjadi komoditas yang menjanjikan jika industri hilirnya dikembangkan.
Dia menambahkan, kelapa sawit masih dibutuhkan untuk produksi minyak nabati. Berdasarkan data IUCN, 1 ton produksi minyak nabati hanya memerlukan 0,26 hektar lahan sawit. Untuk jumlah minyak nabati yang sama, tanaman lain seperti bunga matahari dan kedelai memerlukan 1,43 dan 2 hektar lahan.
“Separuh dari populasi dunia menggunakan minyak kelapa sawit dalam bentuk makanan. Jika ini dilarang maka minyak nabati lainnya justru membutuhkan lahan yang lebih luas,” kata Erik.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Addi M Idhom