Menuju konten utama

Dampak Nyata Kampanye #PilahDariSekarang WINGS Peduli

Kampanye #PilahDariSekarang oleh Yayasan WINGS Peduli mampu mengelola 6 ton sampah anorganik dan menghasilkan manfaat ekonomi sekitar Rp15,64 juta.

Dampak Nyata Kampanye #PilahDariSekarang WINGS Peduli
Momen Kebersamaan Bank Sampah Dampingan Yayasan WINGS Peduli di Jakarta. foto/Dok. Siaran Pers

tirto.id - Yayasan WINGS Peduli kembali menegaskan komitmennya dalam membangun gerakan pengelolaan sampah melalui kampanye “Pilah dari Sekarang”. Komitmen tersebut disampaikan dalam agenda wawancara eksklusif “Temu Bank Sampah” yang digelar secara daring pada Sabtu, 16 November 2025.

Sheila Kansil, perwakilan Yayasan WINGS Peduli, menyampaikan bahwa kampanye #PilahDariSekarang yang diluncurkan sejak 2023 dirancang untuk membangun ekosistem pengelolaan sampah yang holistik guna mendorong kehidupan masyarakat yang lebih bersih dan sehat. Ia berharap kegiatan “Temu Bank Sampah” menjadi ruang berbagi inspirasi antarkomunitas.

“Semoga kegiatan hari ini dapat memperkuat gerakan #PilahDariSekarang dan mendorong semakin banyak rumah tangga untuk memilah sampah dari sumbernya,” ujarnya pada Sabtu (16/11/2025).

Dalam kesempatan tersebut Sheila juga mengajak seluruh pihak untuk terus bergerak bersama karena setiap langkah kecil berkontribusi pada masa depan bumi yang lebih baik.

Seva Gliska Nefertiti dari Yayasan WINGS Peduli kemudian memaparkan perkembangan program selama dua tahun terakhir. Sejak 2023, program edukasi telah menjangkau 28.000 masyarakat di 15 kota.

Selain itu, Bersama dengan Waste for Change, Yayasan WINGS Peduli melakukan pendampingan kepada empat bank sampah, yakni B.I.A di Surabaya, Kartini 09 di Jakarta Timur, Gang Wolu Ninu Ninu di Surabaya, dan Gratera di Bekasi. Hingga kini, terdapat 200 keluarga yang terlibat aktif dengan total 6 ton sampah anorganik yang berhasil terkelola.

Pendampingan ini juga dilengkapi workshop daur ulang, pengelolaan minyak jelantah, serta pelatihan lanjutan bagi pengelola bank sampah. Kampanya #PilahDariSekarang juga turut menggerakkan aksi bersih sungai dan pantai melalui kolaborasi pentahelix, melibatkan pemerintah, masyarakat, pelajar, hingga warga bank sampah.

“Kurang lebih sudah ada 8 ton sampah anorganik yang dibersihkan dari sungai dan pantai,” kata Seva.

Tak hanya itu, sampah hasil pengumpulan juga diolah menjadi produk bernilai seperti lukisan, meja, dan kursi. Penjualan produk ini kemudian digunakan sebagai sumber beasiswa bagi mahasiswa pra-sejahtera.

“Kami ingin menunjukkan bahwa sampah yang terkelola dengan benar bisa bernilai,” tegasnya.

Dari sisi teknis, Alvin Putra dari Waste for Change menjelaskan bahwa pendampingan dilakukan berdasarkan metode “lima aspek persampaham” berupa kelembagaan, keuangan, teknis operasional, partisipasi masyarakat, dan regulasi. Dirinya mempertegas bahwa kolaborasi ini mampu menghasilkan manfaat ekonomi sebesar Rp15,64 juta dalam satu setengah tahun.

Perwakilan bank sampah juga membagikan pengalaman mereka. Terdapat beberapa insight tentang bagaimana komunitas menghadapi tantangan pengelolaan sampah dan menemukan solusinya.

Bank sampah di berbagai daerah terus menguatkan pemahaman warga soal pemilahan sampah melalui edukasi rutin dan strategi jemput bola. Kartini 09 di Jakarta Timur berkeliling ke tiap RT untuk sosialisasi dan penimbangan, sementara Gratera di Bekasi hadir di kelompok senam, PAUD, dan arisan untuk menjangkau lebih banyak ibu rumah tangga. Cara ini membuat nasabah yang sebelumnya pasif kini rutin menyetor sampah dengan kualitas yang lebih bersih.

Upaya ini ditopang berbagai cara untuk membangun loyalitas dan memperluas kapasitas. Kartini 09 memberi hadiah sederhana bagi nasabah aktif, sementara Ninu Ninu menumbuhkan budaya “sedekah sampah”.

Pengelola bank sampah B.I.A di Surabaya berharap pendampingan terus berlanjut karena masih membutuhkan peningkatan kapasitas. Sementara perwakilan bank sampah Ninu Ninu menuturkan perubahan signifikan di komunitasnya.

Dulu keuntungan penjualan hanya Rp100 ribu, sekarang sudah Rp600 ribu. Warga mulai sadar bahwa sampah bisa jadi uang,” ujarnya.

Melalui Temu Bank Sampah 2025, Yayasan WINGS Peduli menegaskan bahwa pengelolaan sampah bukan sekadar urusan lingkungan, tetapi juga penggerak ekonomi lokal. Gerakan #PilahDariSekarang terus diperkuat untuk mendorong masyarakat berperan aktif mengelola sampah dari sumbernya.

Baca juga artikel terkait SAMPAH atau tulisan lainnya dari Tim Media Service

tirto.id - TirtoEco
Penulis: Tim Media Service