tirto.id - Bandung, kota yang dijuluki sebagai Paris van Java menjadi salah satu kota pilihan wisata oleh masyarakat.
Berdasarkan data dari BPS Kota Bandung, lebih dari 5 juta wisatawan berlibur ke Kota Bandung selama tahun 2016.
Kota Bandung menawarkan berbagai pilihan wisata bagi masyarakat. Mulai dari wisata belanja di Jalan Braga dan Cibaduyut, beribadah di Masjid Raya Bandung, atau sekadar bersantai di Taman Kota. Selain ketiga tempat itu, Kota Bandung juga masih menyimpan tempat wisata yang lain, termasuk wisata sejarah di museum.
Sebagai tempat menyimpan bukti sejarah, museum juga bisa dijadikan sebagai tempat wisata edukasi. Berbagai data sejarah yang ada di museum berguna bagi masyarakat, khususnya pelajar untuk lebih memahami sejarah dengan cara yang menyenangkan.
Selain memajang dokumen, foto, atau diorama sejarah, museum tak jarang mengadakan pemutaran film, even, dan lomba untuk menarik minat pengunjung.
Dalam situs resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, ada 5 museum yang ada di Kota Bandung, yaitu Museum Pos Indonesia, Museum Geologi, Museum Kota, Museum Gedung Sate, dan Museum Sri Baduga.
Kelima museum ini belum termasuk museum lain yang tidak tercantum dalam situs tersebut, seperti Museum Barli, Museum Wolff Schoemaker, Museum Wangsi Mandala Siliwangi, Museum Mainan, dan lain-lain.
Museum Gedung Sate
Museum ini berada di gedung yang sama dengan kantor dinas gubernur Jawa Barat, Gedung Sate. Gedung yang dibangun pada masa kolonial ini dirancang oleh arsitek Belanda, J. Gerber.
Museum Gedung Sate menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Bandung. Bertema “Smart Museum”, museum ini memberikan pengalaman baru bagi pengunjung. Museum yang diresmikan pada tanggal 8 Desember 2017 ini menyajikan berbagai informasi mengenai sejarah pembangunan Gedung Sate dengan perpaduan teknologi digital.
Saat memasuki area museum, pemandangan pertama yang akan dilihat adalah instalasi modern perkembangan Kota Bandung dari masa ke masa. Ada juga rekaman audio visual mengenai suatu peristiwa yang disuguhkan untuk pengunjung. Fasilitas lainnya yang ditawarkan museum ini diantaranya teater proyeksi 4D, Augmented Reality, Virtual Reality, serta ruang teater.
Sejak dibuka dua tahun yang lalu, museum ini telah dikunjungi oleh lebih dari 140 ribu orang, seperti diwartakan Antaranews. Dalam laman yang sama, museum ini disebut-sebut menjadi museum tercanggih di Indonesia.
Untuk masuk ke museum yang berada di Jln. Diponegoro No. 22 ini, pengunjung tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam. Hanya dengan Rp5.000, pengunjung bisa menikmati berbagai fasilitas yang disediakan.
Museum Pos Indonesia
Museum Pos Indonesia telah ada sejak masa Hindia Belanda dengan nama Pos Telegraph dan Telepon (PTT). Pada tahun 1931 pemerintah Hindia Belanda membuka Museum PTT, yang terletak di sayap timur gedung pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat, Gedung Sate.
Pada 27 September 1983, Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi meresmikan penggantian nama PTT menjadi Museum Pos Indonesia.
Museum ini memuat berbagai koleksi sejarah di bidang surat menyurat. Dalam situs resmi Asosiasi Museum Indonesia, museum ini menyimpan lebih dari 130 ribu koleksi perangko dari dalam dan luar negeri. Selain itu, museum ini juga menyimpan 200 lebih peralatan surat menyurat pada masa lalu, seperti timbangan paket, alat cetak perangko, stempel, dan lain-lain.
Selain menyimpan peninggalan pos jaman dahulu, museum ini juga memiliki ruang social center yang dapat digunakan untuk aneka kegiatan. Pengunjung tidak perlu membayar sepeserpun untuk dapat menikmati suguhan koleksi yang ada di Museum Pos Indonesia.
Museum Geologi
Museum Geologi merupakan museum yang dikelola oleh kementerian ESDM RI. Museum yang terletak di Jln. Diponegoro No. 57 ini menyuguhkan koleksi sejarah hasil penyelidikan geologi di Indonesia sejak 1853.
Di dalam museum ini, pengunjung akan menemukan berbagai macam peninggalan geologi, termasuk fosil dinosaurus dan manusia purba yang pernah ditemukan di Indonesia. Koleksi ini dipisah dalam dua ruangan, yaitu ruang peragaan dan ruang dokumentasi.
Ruang peragaan berisi replika dari batuan, mineral, fosil, dan dokumen asli yang tersimpan di ruang dokumentasi. Ruang dokumentasi tidak hanya menyimpan koleksi asli dari hasil eksplorasi geologi, tapi juga sebagai tempat restorasi dan perawatan koleksi yang ada.
Dalam situs resminya, Museum Geologi buka setiap hari kecuali hari Jumat dan hari libur nasional. Untuk masuk ke museum ini, wisatawan cukup membayar Rp2.000 untuk pelajar, dan Rp3.000 untuk pengunjung umum.
Museum Kota Bandung
Sebelum didirikan menjadi sebuah museum, bangunan lama ini dulunya merupakan sebuah sekolah taman kanak-kanak Frobel school milik Loge Sint Jan yang didirikan pada tahun 1880-an. Di tahun 1950, bangunan tersebut digunakan sebagai tempat sekolah Yahua, hingga akhirnya diambil alih oleh pemerintah pada 1960.
Museum Kota Bandung menawarkan konsep museum bergaya arsitektur tempo dulu. Area depan museum dihiasi patung tokoh perintis pendidikan kaum wanita yaitu Dewi Sartika dan tokoh pergerakan Sunda, Emma Poeradiredja.
Di dalam museum, pengunjung akan disuguhi gambar Walikota Bandung dari masa ke masa. Selain itu ada juga kumpulan cerita singkat mengenai berdirinya Kota Bandung. Pengunjung juga akan disuguhkan perkembangan kota yang dimulai dari tahun 1841 sampai saat Gedung Merdeka didirikan pada tahun 1895.
Museum ini juga memiliki bangunan aula yang berada di belakang museum. Pengelola kerap mengadakan pameran di ruangan ini, seperti pameran InstaSunda Photo Exhibition 2018 dan Pameran Radio Antik 2019.
Museum yang berada di Jalan Aceh No. 47 ini buka tiap Selasa-Minggu selain hari libur nasional.
Museum Sri Baduga
Menurut situs resmi Disbudpar Kota Bandung, nama museum ini diambil dari salah satu raja Padjajaran, yaitu Sri Baduga Maharaja Ratu Haji. Raja ini memerintah pada tahun 1482-1521 masehi. Museum ini kerap dikenal sebagai Museum Negeri Jawa Barat, sebelum diganti namanya menjadi Museum Sri Baduga.
Museum ini menyimpan berbagai koleksi kebudayaan tradisional masyarakat Jawa Barat yang ditampilkan berupa foto, maket, dan replika. Tidak hanya kebudayaan, museum ini juga menyimpan peninggalan kuno Jawa Barat, seperti prasasti peninggalan kerajaan Padjajaran, fosil tumbuhan, hewan, serta manusia purba.
Pengelola Museum Sri Baduga juga kerap melakukan agenda lain untuk meningkatkan minat masyarakat untuk berkunjung, seperti pameran keliling, pameran bersama museum lain, dan lomba-lomba bagi pelajar.
Museum yang terletak di Jalan BKR No. 185 ini buka setiap hari kecuali hari Senin dan hari libur nasional. Biaya untuk masuk ke museum ini juga terjangkau. Hanya dengan Rp2.500, pengunjung sudah dapat menikmati wisata sejarah yang ditampilkan.
Penulis: Adilan Bill Azmy
Editor: Yulaika Ramadhani