tirto.id - Aisyiyah merupakan organisasi pemberdayaan perempuan pertama yang didirikan di Indonesia dan menjadi organisasi perempuannya Muhammadiyah yang berdiri sejak 19 mei 1917.
Dikutip dari jurnal ilmiah KAGANGA, Aisyiyah awalnya adalah wadah berkumpul para perempuan terdidik di sekitar Kauman, Yogyakarta.
Pendirian Aisyiyah dilakukan usai pertemuan di rumah Kyai Dahlan pada 1917 yang dihadiri oleh K.H. Dahlan, K.H. Fachrodin, K.H. Mochtar, Ki Bagus Hadikusumo, bersama enam gadis kader Dahlan, yaitu Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busjro, Siti Wadingah, dan Siti Badilah.
Nama Aisyiyah sendiri diajukan oleh K.H. Fachrodin yang kemudian disepakati pada pertemuan tersebut, sekaligus menjadi awal berdirinya organisasi perempuan Muhammadiyah.
Pengajuan nama Aisyiyah untuk organisasi perempuan Muhammadiyah ini terinspirasi dari nama istri nabi Muhammad SAW, Aisyah yang dikenal cerdas dan mumpuni.
Jika Muhammadiyah berarti pengikut nabi Muhammad, maka Aisyiyah bermakna pengikut ‘Aisyah, di mana keduanya merupakan pasangan serasi dalam berdakwah.
Tokoh Perempuan Muhammadiyah Perintis Aisyiyah
Dilansir dari laman website Aisyiyah, berikut ini tokoh-tokoh penting dalam organisasi Aisyiyah yang menjadi perintis berdirinya organisasi perempuan Muhammadiyah:
- Siti Umniyah
Siti Umniyah memperoleh pendidikan langsung dari Ahmad Dahlan melalui Siswa Praja Wanita, yakni perkumpulan remaja putri di Kauman dengan kegiatan berpidato, mengaji, berkumpul, berjamaah sembahyang subuh, dan beberapa kegiatan lainnya.
Sejak Siti Wasilah Hadjid mengundurkan diri sebagai pimpinan Siswa Praja Wanita, posisi pimpinan diberikan kepada siti Umniyah.
Siti Umniyah juga aktif mengajar di Madrasah Muallimat Muhammadiyah setamatnya dari Al-Qismul ‘Arqa. Dia termasuk guru periode awal. Profesi ini dijalaninya sampai tahun 1954.
- Siti Aisyah Hilal
Siti Aisyah adalah generasi kedua dari para perempuan di Kauman yang mengawali tradisi baru menuntut ilmu di sekolah Siswa Praja Wanita.
Pada tahun 1913, Siti Aisyah bersama kawan-kawan perempuannya terlibat dalam kepengurusan Aisyiyah.
Kongres Muhammadiyah ke-20 yang diselenggarakan di Yogyakarta pada tahun 1931 menjadi momentum paling penting dalam perjalanan kariernya.
Sebab, hari itu mengantarkan Siti Aisyah pertama kali terpilih sebagai ketua Hoofdbestuur Muhammadiyah Bahagian Aisyiyah.
- Siti Bariyah
Ia merupakan salah satu putri Lurah Keraton Yogyakarta Haji Hasyim Ismail, yang menjadi motor penggerak reformasi Islam yang dirintis oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1917, Hoofdbestuur Muhammadiyah menggelar rapat pembentukan Bahagian Aisyiyah (Sopo Tresno).
Pertemuan dihadiri oleh K.H. Ahmad Dahlan, H. Fachrodin, H. Mochtar, dan Ki Bagus Hadikusuma.
Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busjro, Siti Wadingah, dan Siti Badilah yang masing-masing masih berusia belasan tahun hadir mewakili kelompok Sopo Tresno.
Dalam proses pembentukan keorganisasian Aisyiyah, Siti Bariyah ditunjuk dan dipercaya sebagai pemimpin pertama organisasi tersebut. Hal tersebut dilatarbelakangi atas kecakapannya.
- Siti Badilah
Siti Badilah merupakan salah satu gadis yang hadir pada awal Muhammadiyah memprakarsai pendirian ‘Aisyiyah 1917.
Beliau hadir sebagai penulis. Bahkan, namanya tercatat sebagai redaksi pertama Majalah Soeara ‘Aisjijah.
Siti Badilah beberapa kali terpilih sebagai ketua ‘Aisyiyah di antaranya pada kongres Muhammadiyah ke-29 di Yogyakarta tahun 1941 yang mendapat amanat sampai 1943.
Kemudian pada kongres ke 31, Siti Badilah terpilih kembali dengan periode amanah dari 1951-1953. Pada 1953 dalam Muktamar Muhammadiyah di Purwokerto Siti Badilah kembali terpilih sebagai ketua.
Penulis: Mohamad Ichsanudin Adnan
Editor: Dhita Koesno