Menuju konten utama
Sejarah Muhammadiyah

Biografi Singkat Siti Bariyah Ketua Aisyiyah Pertama 1917-1920

Siti Bariyah merupakan Ketua Aisyiyah pertama sekaligus anak didik langsung pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan.

Biografi Singkat Siti Bariyah Ketua Aisyiyah Pertama 1917-1920
Ilustrasi Sejarah Aisyiyah. foto/https://aisyiyah.or.id/profile/

tirto.id - Siti Bariyah adalah Ketua Aisyiyah yang pertama yakni periode 1917-1920. Ia merupakan salah satu kader perempuan Muhammadiyah terbaik di masa-masa awal sekaligus anak didik langsung dari Kiai Haji (KH) Ahmad Dahlan.

Setelah mendirikan Muhammadiyah di Kauman, Yogyakarta, pada 1912, KH Ahmad Dahlan bersama istrinya yakni Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan merintis perkumpulan pengajian untuk kaum perempuan pada 1914. Perkumpulan ini diberi nama Sapa Tresna (Sopo Tresno).

Sapa Tresna pada mulanya hanya diikuti 3 orang gadis dari Kampung Kauman, yakni Siti Bariyah, Siti Wadingah, dan Siti Dawimah. Kepada ketiga muridnya tersebut, KH Ahmad Dahlan dapat memberikan arahan agar mereka mengenyam pendidikan umum di sekolah kolonial.

Siti Bariyah Kader Unggulan Muhammadiyah

Beberapa referensi tidak kompak menyebut tahun lahirnya Siti Bariyah, ada yang menuliskan tahun 1905, 1906, juga 1907. Yang jelas, Siti Bariyah lahir di Kampung Kauman, Yogyakarta, masih dalam lingkungan Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Ayah Siti Bariyah bernama Haji Hasyim Ismail, seorang abdi dalem santri yang bertugas menangani bidang agama di Kraton Yogyakarta pada era pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII.

Haji Hasyim Ismail bersaudara dengan tokoh-tokoh berpengaruh Muhammadiyah, yakni Ki Bagus Hadikusuma, HM Sudja, KH Fakhruddin, dan Siti Munjiyah. Dikutip dari 100 Tokoh Muhammadiyah yang Menginspirasi (2014) yang disusun Lasa H.S. dan kawan-kawan, mereka inilah yang dikenal sebagai Bani Hasyim Kauman.

Mu'arif dan Hajar Nur Setyowati dalam Covering Aisyiyah: Dinamika Gerakan Perempuan Islam Berkemajuan Periode Awal (2020) menuliskan, Siti Bariyah digambarkan sebagai sosok perempuan yang manis lagi cerdas.

Atas permintaan khusus dari KH Ahmad Dahlan, Siti Bariyah menempuh pendidikan di sekolah putri Neutraal Meisjes School di Ngupasan. Ia juga menjadi anak didik KH Ahmad Dahlan dalam hal ilmu keagamaan.

Siti Bariyah terbilang pintar, berwawasan luas, mahir berbahasa Belanda dan Melayu. Bersama Siti Wasilah, murid KH Ahmad Dahlan yang lain, ia sering diajak berdakwah, menghadiri berbagai forum dengan audiens dari berbagai kalangan.

Sebelum KH Ahmad Dahlan tampil, Siti Wasilah akan mengawalinya dengan mengaji, sedangkan Siti Bariyah menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur'an yang dibaca Siti Bariyah dengan bahasa Jawa, Melayu, atau Belanda.

Siti Bariyah: Ketua Pertama Aisyiyah

Pada 1917, KH Ahmad Dahlan dan istrinya, Siti Walidah, menggagas dibentuknya Bahagian Aisyiyah sebagai wadah kaum perempuan Muhammadiyah. Bahagian Aisyiyah ini sebenarnya merupakan pengembangan dari perkumpulan pengajian Sopo Tresno yang sebelumnya dirintis oleh Siti Bariyah dan kawan-kawan.

Kader-kader perempuan Muhammadiyah kala itu menunjukkan kemajuan yang pesat. Maka, berdasarkan usulan dari berbagai pihak, Hoofdbestuur (Pimpinan Pusat) Muhammadiyah menyetujui dibentuknya Bahagian Aisyiyah.

Uniknya, Aisyiyah tidak dipimpin oleh Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan yang memilih berperan sebagai pembimbing organisasi perempuan sayap Muhammadiyah itu. Sebagai Ketua Aisyiyah pertama, nama yang ditunjuk justru Siti Bariyah.

Jika benar Siti Bariyah lahir pada 1905, 1906, atau 1907, maka saat dipilih memimpin Aisyiyah, ia baru berusia belasan tahun. Penunjukan Siti Bariyah sebagai Ketua Aisyiyah yang pertama bukan tanpa alasan.

Meskipun masih remaja, Siti Bariyah dinilai paling menjanjikan, cerdas, dan berpikiran maju untuk memimpin Aisyiyah. Selain itu, ia juga merupakan salah satu perintis Sapa Tresna yang kemudian menjelma menjadi Aisyiyah sebagai organisasi sayap resmi Muhammadiyah.

Adapun susunan kepengurusan Aisyiyah pertama (1917-1920) adalah sebagai berikut:

  • Ketua: Siti Bariyah
  • Penulis: Siti Badilah
  • Bendahara: Siti Aminah Harowi
  • Pembantu: Abdullah, Fatimah Wasool, Siti Dalalah, Siti Wadingah, Siti Dawimah, dan Siti Busyro.

Kiprah Siti Bariyah di Aisyiyah Hingga Wafatnya

Siti Bariyah memimpin Aisyiyah pada 1917-1920. Sejak 1923, Siti Walidah alias Nyai Ahmad Dahlan tampil sebagai pemimpin berikutnya, sedangkan Siti Bariyah menjadi wakil ketua.

Tahun 1927, berdasarkan hasil Kongres Muhammadiyah ke-16, Siti Bariyah kembali dipercaya memimpin Aisyiyah.

Siti Bariyah punya andil besar selama berkiprah di Aisyiyah sekaligus Muhammadiyah. Pada 1917,

tulis Anjas Pratiwi dalam risetnya bertajuk "Kiprah Siti Bariyah di Aisyiyah Tahun 1917-1929 M" (2018). Siti Bariyah terlibat dalam pengajian Wal Ashri yang bertanggungjawab di bidang tabligh.

Ketika Muhammadiyah dipimpin oleh KH Ibrahim sebagai penerus KH Ahmad Dahlan yang wafat pada 23 Februari 1923, Siti Bariyah diberi kepercayaan untuk menafsirkan rumusan tujuan Muhammadiyah.

Penerbitan Majalah Soeara Aisjijah sebagai media resmi Aisyiyah sejak 1926 juga tidak luput dari peran Siti Bariyah. Dikutip dari Srikandi-srikandi ‘Aisyiyah (2014) karya Hajar Nur Setyowati dan Mu'arif, Siti Bariyah adalah salah satu di antara empat redaktur Soeara Aisjijah pertama.

Tidak hanya itu, Siti Bariyah juga turut mendirikan Siswa Praja Wanita, memprakarsai berdirinya taman kanak-kanak Frobelschool, serta ikut berjuang memberantas buta huruf.

Siti Bariyah menikah dengan Muhammad Wasim, putra dari KH Ibrahim, pemimpin Muhammadiyah ke-2 yang juga adik Nyai Ahmad Dahlan. Pernikahan ini dikaruniai tiga orang anak yaitu Siti Antaroch, Ichtanon, dan Fuad.

Sayangnya, Siti Bariyah meninggal dunia setelah melahirkan anak ketiganya. Menurut penelitian Anjas Pratiwi, Siti Bariyah diperkirakan wafat tahun 1931.

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Iswara N Raditya