Menuju konten utama

Pesan Nyai Ahmad Dahlan untuk Ucapan Muktamar Aisyiyah 2022

Pesan atau quotes Nyai Ahmad Dahlan untuk inspirasi ucapan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah 2022.

Pesan Nyai Ahmad Dahlan untuk Ucapan Muktamar Aisyiyah 2022
Ilustrasi Al-Ilmu Nuurun Nyai Siti Walidah Dahlan. tirto.id/Nauval

tirto.id - Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 digelar tanggal 18-20 November 2022. Salah satu tokoh perempuan paling berpengaruh dalam sejarah Muhammadiyah dan Aisyiyah adalah Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan, istri Kiai Haji Ahmad Dahlan.

Aisyiyah merupakan organisasi yang mewadahi kaum wanita Muhammadiyah. Dikutip dari laman resminya, Aisyiyah didirikan di Yogyakarta pada 19 Mei 1917 yang bertepatan dengan peringatan Isra Mi’raj tanggal 27 Rajab 1335 H.

Berawal dari forum Sopo Tresno pada 1914 yang menjadi perkumpulan kaum perempuan terdidik di sekitar Kauman, Yogyakarta, lahirlah Aisyiyah tiga tahun kemudian atas prakarsa dari KH Ahmad Dahlan dan istrinya, Siti Walidah.

KH Ahmad Dahlan menunjuk 6 perempuan kader pilihan Muhammadiyah yakni Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busjro, Siti Wadingah, dan Siti Badilah untuk mengelola Aisyiyah pada masa-masa kepengurusan awal itu.

Selain KH Ahmad Dahlan dan Siti Walidah, peresmian berdirinya Aisyiyah juga dihadiri oleh para tokoh penting Muhammadiyah kala itu, seperti KH Fakhruddin, KH Mochtar, Ki Bagus Hadikusumo, dan lainnya.

Dalam rangka menyebarkan ide-ide pembaharuan dan usaha peningkatan derajat kaum perempuan secara internal dan eksternal, Aisyiyah menerbitkan majalah organisasi yang bernama Suara Aisyiyah mula tahun 1926.

Selanjutnya, Aisyiyah turut berperan aktif dalam penyelenggaraan Kongres Perempuan Indonesia I dan menjadi pemrakarsa berdirinya Kongres Wanita Indonesia (KOWANI). Sama halnya dengan Muhammadiyah, Aisyiyah tetap eksis hingga saat ini.

Pesan Nyai Ahmad Dahlan untuk Inspirasi Ucapan Muktamar Aisyiyah 2022

Aisyiyah dipelopori oleh istri dari KH Ahmad Dahlan yang bernama Siti Walidah atau yang biasa dikenal dengan sebutan Nyai Ahmad Dahlan.

Dilansir laman PWMU, Siti Walidah lahir di Kauman, Yogyakarta, tahun 1872. Ia dibesarkan di kalangan keluarga terhormat. Ayah Siti Walidah merupakan pejabat agama di Kraton Yogyakarta.

Setelah menikah dengan M. Darwis alias KH Ahmad Dahlan, Siti Walidah menjadi pelopor berdirinya Aisyiyah untuk kaum wanita Muhammadiyah. Siti Walidah juga menjadi wanita pertama yang memimpin Kongres Muhammadiyah yakni Kongres Muhammadiyah ke-15 pada 1926.

Siti Walidah wafat pada 31 Mei 1946 di Yogyakarta dalam usia 74 tahun. Selain meninggalkan jejak perjuangan yang nyata bagi kemajuan perempuan di Indonesia, ia juga meninggalkan sebuah pesan terakhir untuk keberlangsungan Muhammadiyah, Aisyiyah, dan bangsa Indonesia.

Berikut ini pesan terakhir Siti Walidah atau Nyai Haji Ahmad Dahlan dikutip dari buku Nyai Ahmad Dahlan: Amal dan Perjuangannya (2005) yang disusun Suratmin:

“Saya titipkan Muhammadiyah dan Aisyiyah kepadamu sebagaimana Almarhum Kiai Haji Ahmad Dahlan menitipkannya. Menitipkan, berarti melanjutkan perjuangan umat Islam Indonesia ke arah perbaikan hidup bangsa Indonesia yang berdasarkan cita-cita luhur menacapai kemerdekaan.”

Selain pesan terakhir tersebut, Nyai Ahmad Dahlan juga pernah mengucapkan beberapa pesan yang mendalam dan bermanfaat, termasuk untuk inspirasi Muktamar Aisyiyah 2022. Disarikan dari berbagai sumber, berikut ini beberapa quote atau pesan Nyai Ahmad Dahlan:

“Janganlah urusan dapur melupakanmu untuk berjuang di masyarakat.”

“Wanita jangan memiliki jiwa kerdil, tetapi bejiwa Srikandi.”

Tak hanya itu, dikutip dari Suara ʻAisyiyah (Vol. 84, Edisi 1-12, 2007), Nyai Ahmad Dahlan juga pernah berpesan agar para anggota Aisyiyah menjauhkan diri dari sifat kikir dan malas.

Sejak Aisyiyah berdiri, Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan sering mengunjungi cabang-cabang Aisyiyah di berbagai daerah. Dalam berbagai kesempatan itu, Nyai Ahmad Dahlan kerap menyampaikan pesan bijak dari hati ke hati kepada para kader Aisyiyah.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Muhammad Iqbal Iskandar

Kontributor: Muhammad Iqbal Iskandar
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Iswara N Raditya