Menuju konten utama
Sejarah Aisyiyah

Sejarah Singkat Berdirinya Aisyiyah, Tokoh, & Perannya

Sejarah singkat berdirinya Aisyiyah dimulai dari sebuah pengajian perempuan "Sopo Tresna".

Sejarah Singkat Berdirinya Aisyiyah, Tokoh, & Perannya
Ilustrasi Aisyiyah. foto/https://aisyiyah.or.id/profile/

tirto.id - Sejarah singkat berdirinya Aisyiyah dimulai dari sebuah pengajian perempuan bernama Sopo Tresna.

Beberapa tokoh yang berperan dalam pendirian Aisyiyah seperti Ahmad Dahlan, Siti Walidah, hingga Siti Bariyah.

Pada 1914, Siti Walidah, istri dari Ahmad Dahlan mendirikan kelompok pengajian perempuan yang bernama “Sopo Tresna”. Waktu pendirian Sopo Tresno, sekitar 2 tahun dari berdirinya Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Dilansir laman Suara Muhammadiyah, kelompok pengajian Sopo Tresna terdiri dari pengajian Wal ‘Ashri yang diselenggarakan setelah Asar dan pengajian bakda Maghrib.

Sopo Tresno adalah kelompok pengajian yang mendalami makna Al-Qur’an, terkhusus ayat-ayat tentang perempuan.

Di samping itu, Sopo Tresno menjadi wadah kaum perempuan belajar membaca, menulis hingga mempelajari ilmu pengetahuan.

Situs Muktamar Muhammadiyah Ke-48 Surakarta menuliskan bahwa Ahmad Dahlan melalui Sopo Tresno mendorong perempuan untuk menempuh pendidikan non-formal dan umum.

Dari dorongan itu, beberapa santri Sopo Tresno yang kelak berkiprah pada Aisyiyah seperti Siti Bariyah, Siti Wadingah, dan Siti Dawimah akhirnya menempuh pendidikan di sekolah Belanda, Neutraal Meisjes School Ngupasan.

Pada 1917, Sopo Tresno semakin berkembang dan jumlah anggotanya bertambah banyak. Di sisi lain, beberapa santri putri Sopo Tresno telah menyelesaikan pendidikannya di sekolah umum Belanda seperti Siti Bariyah, Siti Wadingah, dan Siti Dawimah.

Website Aisyiyah menuliskan bahwa pada 1917, Ahmad Dahlan telah mendapatkan kader-kader yang dipandang cakap dalam kepemimpinan.

Kebetulan saat tersebut, Ahmad Dahlan mendapatkan usulan membentuk organisasi khusus dengan tujuan memajukan kaum hawa Muhammadiyah.

Hoofdbestuur Muhammadiyah kemudian menggelar rapat untuk mengubah Sopo Tresno menjadi organisasi yang lebih konkret.

Rapat ini dihelat di kediaman Ahmad Dahlan pada 1917, dan dihadiri beberapa pengurus Muhammadiyah seperti Fachrudin, Mochtar, Ki Bagus Hadikusumo.

Di samping itu, turut hadir beberapa jamaah Sopo Tresno di antaranya Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busyro, Siti Wadingsih dan Siti Badilah.

Rapat membahas beberapa hal seperti nama baru Sopo Tresno dan struktur kepengurusannya.

Pada mulanya, usulan yang ada untuk sebutan pengganti Sopo Tresno adalah Fatimah, diambil dari nama anak perempuan Nabi Muhammad SAW. Namun, usulan ini sepertinya tidak mencapai kesepakatan.

Fachrudin kemudian mengusulkan sebutan Aisyiyah, yang diambil dari nama istri Nabi Muhammad nan terkenal dengan kecerdasannya.

Usulan Fachrudin akhirnya disepakati, dan dengan demikian Sopo Tresno berubah menjadi organisasi bernama Aisyiyah pada 27 Rajab 1335 H/19 Mei 1917.

Struktur pertama Hoofdbestuur Muhammadiyah Aisyiyah sebagai berikut:

    • Ketua: Siti Bariyah
    • Penulis: Siti Badilah
    • Bendahari: Siti Aminah Harowi
    • Pembantu: Abdullah, Fatimah Wasool, Siti Dalalah, Siti Wadingah, Siti Dawimah, dan Siti Busyro.

Infografik SC Aisyiyah

Infografik SC Aisyiyah. tirto.id/Fuad

Baca juga artikel terkait SEJARAH AISYIYAH atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno