Menuju konten utama

Daftar Film yang Disutradarai Perempuan di TIFF 2019

Daftar film yang disutradarai perempuan di Toronto International Film Festival (TIFF) 2019.

Daftar Film yang Disutradarai Perempuan di TIFF 2019
Film Atlantics. foto/imdb

tirto.id - Toronto International Film Festival (TIFF) merupakan salah satu festival film terbesar di dunia. Dimulai sejak tahun 1976, festival ini telah menjadi salah satu acara perfilman yang paling diminati. Secara universal, festival ini merupakan kumpulan film dari festival ke festival dan dianggap sebagai wadah ideal bagi para sineas untuk memulai karier.

TIFF akan kembali digelar mulai 6 September-15 September 2019 di Toronto, Kanada, dengan menghadirkan beragam genre dan jenis film yang diproduksi dari sejumlah negara. Tak hanya film dengan sutradara laki-laki, TIFF 2019 juga memberikan kesempatan yang sama untuk menghadirkan sejumlah film garapan sutradara perempuan.

Seperti film Atlantics arahan sutradara Mati Diop, yang merupakan debut film panjangnya dan kelanjutan dari film pendek yang pernah ia garap pada 2009, Atlantiques. Selain itu juga ada Hala, film arahan Minhal Baig dan Flatland yang disutradarai oleh Jenna Bass. Berikut adalah daftar film yang disutradarai perempuan di TIFF 2019 sebagaimana dirangkum Tirto.

  • Atlantics
Di bawah arahan sutradara kelahiran Perancis, Mati Diop, film ini menceritakan sepasang kekasih berusia muda yang hidup terlantar di Senegal.

Mereka hidup sengsara di tengah hiruk pikuk keramaian kota. Sepasang kekasih muda ini ingin mencari kehidupan yang lebih baik dengan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.

Atlantics merupakan debut film fitur karya Mati Diop. Film ini pertama kali ditayangkan pada ajang kompetisi Cannes dengan meraih penghargaan Jury Grand Prize, yang menjadikan Diop perempuan kulit hitam pertama yang memenangkan penghargaan tersebut dalam 72 tahun festival digelar.

  • Flatland
Setelah tragedi pembunuhan suaminya, seorang perempuan muda dan sahabatnya melarikan diri melintasi Karoo, Afrika Selatan, di saat mereka telah menjadi buronan.

Film arahan sutradara Jenna Bass ini akan ditampilkan dalam konsep neo-noir yang mengangkat fenomena rasial, jenis kelamin, feminis, dan stasus sosial di Afrika Selatan.

Kisah seputar dunia wanita bukanlah hal yang baru bagi sutradara asal Afrika Selatan ini. Sebelumnya ia juga pernah terlibat dalam film tentang perempuan lainnya seperti Rafiki dan High Fantasy.

  • Hala
Hala, film arahan sutradara Minhal Baig ini akan mengikuti kisah seorang remaja Muslim Amerika Pakistan yang putus asa mencari jati dirinya ketika ia harus melewati dua dunia yang sangat berbeda.

Di usia nya yang mulai dewasa, Hala diharuskan untuk bisa menyeimbangkan hubungannya dengan orang tuanya ketika ia harus menentukan jati diri yang sesungguhnya.

Dia dituntut oleh kedua orang tuanya yang serba protektif dan berbeda argumen. Sementara dirinya memiliki keinginannya sendiri.

Film yang dibintangi oleh Geraldine Viswanathan ini disebut menunjukkan kedewasan Minhal Baig dalam menggarap film ini yang dapat memberikan kesan emosional yang baik.

  • Jordan River Anderson, The Messenger
Film ke-53 dari sutradara Alanis Obomsawin ini mengisahkan seorang anak laki-lai yang terpaksa menghabiskan lima tahun hidupnya di rumah sakit.

Sementara pemerintah federal dan provinsi berdebat terkait dana dan siapa yang bertanggung jawab atas perawatan anak tersebut.

Hal tersebut yang memicu para aktivis mendesak pemerintah untuk menegakkan prinsip Jordan, komitmen yang mengatakan anak-anak bangsa tidak akan lagi mengalami ketidakadilan dalam pelayanan yang disubsidi oleh pemerintah.

  • Murmur
Donna, seorang wanita berusia sekitar enam puluh tahun merasa dirinya terisolasi. Dia tinggal sendirian, diasingkan dari putrinya.

Donna dihukum untuk melakukan layanan masyarakat di penampungan hewan setempat setelah dirinya dinyatakan mengalami gangguan dalam mengemudi.

Dia akhirnya membawa pulang seekor anjing tua untuk menemani kesendiriannya. Namun ternyata, hal tersebut telah melampaui kesadarannya yang pada akhirnya membuat dirinya terobsesi untuk memelihara lebih banyak hewan peliharaan.

Film ini merupakan arahan sutradara Heather Young, yang telah menyutradarai sejumlah film pendek seperti Fish (2016) dan Milk (2017).

Kedua film tersebut terpilih menjadi Top Ten Film Festival Kanada, yang telah menjadikan dirinya sebagai salah satu pembuat film yang paling diperhitungkan di negaranya.

  • Portrait of a Lady on Fire
Berlatar di Inggris pada abad ke-18, film ini mengikuti kisah Marianne (Noemie Merlant), seorang pelukis yang ditugaskan oleh perempuan bangsawan Italia (Valeria Golino) untuk melukis potret putrinya, Heloise (Adele Haenel), yang akan segera menikah.

Akan tetapi ternyata, selama melakukan tugasnya, sang pelukis tersebut justru merasa jatuh cinta pada putri bangsawan tersebut.

Alih-alih tidak puas dengan hasil lukisannya, Marianne meminta untuk melukis kembali sang putri dengan maksud agar dia bisa lebih dekat dengannya.

Portrait of a Lady on Fire merupakan film panjang keempat dari sutradara pemenang penghargaan Queer Palm dan Best Screenplay di Cannes Film Festival, Céline Sciamma.

  • Son-Mother
Dikisahkan seorang janda bernama Leila yang berjuang dalam mencukupi kehidupan bersama dengan kedua anaknya, seorang bayi dan putra berusia 12 tahun, Amir.

Di tengah sanksi ekonomi yang semakin ketat terhadap Iran, Leila merasakan tekanan yang besar sebagai rakyat miskin.

Ketika dia sedang berjuang, seorang sopir bus pabrik, Kazem, menawarkannya menikah untuk jaminan hidup yang lebih baik.

Akan tetapi Kazem memiliki anak perempuan seusia Amir. Anak perempuan dan anak laki - laki beda keluarga dilarang untuk tinggal serumah.

Akibat hal itu, Leila terpaksa untuk mempertimbangkan keputusan yang dapat mencukupi keluarganya tapi juga dapat memecah belah keluarga tersebut. Film fiksi berdurasi 102 menit ini disutradarai oleh Mahnaz Mohammadi.

Baca juga artikel terkait TIFF 2019 atau tulisan lainnya

tirto.id - Film
Editor: Dipna Videlia Putsanra