Menuju konten utama

Daftar Film Bertema Pendidikan untuk Peringati Hari Anak Nasional

Rekomendasi film bertema pendidikan untuk memperingati Hari Anak Nasional 2020.

Daftar Film Bertema Pendidikan untuk Peringati Hari Anak Nasional
Cuplikan Film Sokola Rimba. youtube/Miles Films

tirto.id - Hari Anak Nasional bisa diperingati dengan beberapa cara. Mengikuti tema dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA( yaitu Anak Terlindungi, Indonesia Maju dengan tagline #AnakIndonesiaGembiradiRumah, perayaan HAN bisa dilakukan di rumah dengan menonton film.

Berikut ini beberapa film dengan tema pendidikan yang bisa ditonton bersama anak di rumah.

1. Laskar Pelangi (2008)

Sutradara: Riri Riza

Penulis naskah: Salman Aristo, Riri Riza, Mira Lesmana, Andrea Hirata

Pemain: Zulfanny, Lukman Sardi, Ferdian, Ario Bayu, Ikranagara, Cut Mini Theo, Veris Yamarno, Slamet Rahardjo, Tora Sudiro, Mathias Muchus, Rieke Diah Pitaloka, dan lain-lain.

Sinopsis: Hari pertama pembukaan kelas baru di sekolah SD Muhammadyah yang terletak di desa Gantong, Belitong. Muslimah (Cut Mini) dan Pak Harfan (Ikranagara), serta sembilan orang murid menunggu di sekolah dengan tegang.

Ketegangan itu terjadi apabila tidak mencapai sepuluh murid yang mendaftar, sekolah akan ditutup. Harun (Jeffry Yanuar) yang kemudian datang menyelamatkan mereka.

Kesepuluh murid itu kemudian mendapat julukan sebagai Laskar Pelangi dari Bu Muslimah. Kebersamaan mereka sudah sampai lima tahun. Mereka senantiasa berjuang hari demi hari untuk bisa sekolah. Setiap murid memiliki masalahnya masing-masing.

Dalam tantangan berat ini, Ikal (Zulfanny), Lintang (Ferdian) dan Mahar (Verrys Yamarno) dengan bakat dan kecerdasannya muncul sebagai pendorong semangat sekolah mereka.

Film ini merupakan adaptasi dari novel laris berjudul sama karya Andrea Hirata.

2. Sokola Rimba(2013)

Sutradara: Riri Riza

Penulis naskah: Riri Riza

Pemain: Prisia Nasution, Nyungsang Bungo, Nengkabau, Beindah, Rukman Rosadi, Nadhira Suryadi, Ines Somellera, Netta KD, Dery Tanjung

Film ini mengambil latar waktu Indonesia setelah Reformasi. Sudah tiga tahun Butet Manurung (Prisia Nasution) bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Jambi.

Butet kemudian memutuskan untuk mengejar keinginannya mengajarkan baca-tulis dan berhitung kepada anak-anak masyarakat Suku Anak Dalam. Mereka dikenal dengan Orang Rimba, masyarakat yang tinggal di hulu sungai Makekal di hutan bukit Duabelas.

Pada suatu hari Butet terserang demam malaria di tengah hutan. Seorang anak tak dikenal datang menyelamatkannya. Anak yang kemudian diketahui bernama Nyungsang Bungo (Nyungsang Bungo) itu berasal dari Hilir sungai Makekal.

Jarak tempuh tempat itu dari lokasi Butet mengajar sekitar tujuh jam perjalanan. Ternyata telah cukup lama Bungo memperhatikan ibu guru Butet mengajar membaca secara diam-diam.

Pertemuannya dengan Bungo membuat Butet merasa perlu memperluas wilayah kerjanya ke arah hilir sungai Makekal.

3. Negeri Lima Menara (2012)

Sutradara: Affandi Abdul Rachman

Penulis naskah: Salman Aristo, Rino Sarjono, A Fuadi

Pemain: Donny Alamsyah, Hardi Hartono, Lulu Tobing, Ikang Fawzi, David Chalik, Andhika Pratama

Sinopsis: Setelah lulus SMP pada pertengahan tahun 1988, Alif dan sahabatnya, Randai, ingin melanjutkan sekolah di SMA terkenal di Bukit Tinggi. Setelah itu mereka ingin kuliah di ITB.

Sayangnya, ibu Alif meminta anaknya masuk ke Pondok Madani, sebuah pesantren di sudut Ponorogo, Jawa Timur. Awalnya Alif memberontak, namun akhirnya dia menyetujui perintah orang tuanya, tentu dengan setengah hati.

Sesampainya di Pondok Madani, Alif melihat pondok tersebut 'kampungan' dan mirip penjara. Banyak peraturan ketat yang membuatnya stres. Alif bersama teman-temannya sering berkumpul di menara masjid. Mereka menamakan diri mereka Sahibul Menara alias para pemilik menara.

Setelah itu Alif dan kawan-kawannya menjalani pembelajaran di pondok dengan segala rintangannya. Mereka juga memiliki cita-cita yang tinggi, salah satunya melanjutkan sekolah ke luar negeri. Namun semakin tinggi cita-cita, semakin tinggi juga rintangannya.

Film ini merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya A. Fuadi.

4. Denias, Senandung di Atas Awan (2006)

Sutradara: John De Rantau

Penulis naskah: John De Rantau, Jeremias Nyangoen, Masree Ruliat, Monty Tiwa

Pemain: Albert Fakdawer, Marcella Zalianty, Mathias Muchus, Ari Sihasale

Sinopsis: Film ini berkisah tentang Denias (Albert Fakdawer), seorang anak laki-laki yang tinggal di kaki pegunungan Jayawijaya. Dia sekolah di sebuah pondok di atas bukit asuhan Pak Guru (Mathias Muchus). Pak Guru merupakan pendatang dari tanah Jawa.

Perjuangan Denias untuk sekolah tidaklah mudah, terlebih saat ibunya meninggal. Sebelum meninggal, ibu Denias selalu berpesan pada anaknya untuk menyelesaikan sekolahnya. Pak Guru juga meyakinkan agar Denias melanjutkan pendidikan. Dia yakin bahwa Denias merupakan anak yang pintar dan bisa menjadi ahli matematika.

Saat bertemu dengan Maleo (Ari Sihasale), seorang tentara, Denias mendapat saran untuk sekolah ke tempat yang bagus. Sekolah itu berada di balik gunung tempat tinggal Denias.

5. Alangkah Lucunya Negeri Ini (2010)

Sutradara: Deddy Mizwar

Penulis naskah: Musfar Yasin

Pemain: Reza Rahadian, Deddy Mizwar, Slamet Rahardjo, Ratu Tika Bravani, Jaja Mihardja, Sonia, Asrul Dahlan, Tio Pakusadewo, Edwin Bejo, Sakurta Ginting, Moh Irfan Siagian, Angga Putra

Sinopsis: Sudah dua tahun sejal lulus S1 manajemen, Muluk (Reza Rahadian) belum mendapatkan pekerjaan. Kegagalan selalu menghampirinya. Hingga suatu ketika, dia bertemu dengan seorang pencopet bernama Komet (Angga).

Komet membawa Muluk menemui kelompok copet yang anggotanya adalah anak-anak. Ketua kelompok copet anak itu bernama Jarot (Tio Pakusadewo).

Muluk yang memiliki latar belakang pendidikan manajemen menawarkan kerja sama. Muluk akan mengelola hasil kerja kelompok copet dan memberikan pendidikan kepada mereka. Sebagai imbalannya, Muluk meminta 10 persen dari hasil uang yang dikumpulkan kelompok copet.

Setelah perdebatan cukup alot, Jarot menyetujui usulan Muluk. Dalam pelaksanaannya, Muluk dibantu oleh Samsul (Asrul Dahlan), sarjana pendidikan yang kerjanya main gaple di pos ronda; dan Pipit (Ratu Tika Bravani), sorang sarjana D3 yang kerjanya mengadu keberuntungan dengan mengikuti program kuis di TV.

Kepada ayahnya, Pak Makbul (Deddy Mizwar), Muluk menyatakan dirinya telah bekerja di bagian SDM (sumber daya manusia). Dengan bangga, Pak Makbul menyampaikan berita tersebut ke Haji Sarbini (Jaja Mihardja), calon besannya.

6. Di Timur Matahari (2012)

Sutradara: Ari Sihasale

Penulis naskah: Jeremias Nyangoen

Pemain: Putri Nere, Simson Sikoway, Abetnego Yogibalom, Laura Basuki, Lukman Sardi, Ririn Ekawati, Ringgo Agus Rahman, Michael Jakarimilena

Sinopsis: Penonton akan mengikuti kisah Mazmur, Thomas, Agnes, Yokim, dan Suryani. Mereka merupakan orang pedalaman yang sangat haus akan pendidikan.

Setiap hari Mazmur menunggu kedatangan guru pengganti di sebuah lapangan terbang tua, satu-satunya penghubung kampung mereka di daerah pegunungan tengah Papua dengan kehidupan luar. Sudah enam bulan tak ada guru yang mengajar.

Karena guru pengganti tidak kunjung datang, ke lima anak ini mencari pelajaran di alam dan lingkungan sekitar. Lewat pendeta Samuel, ibu dokter Fatimah, om Ucok dan om Jolex, mereka mendapatkan banyak pengetahuan.

Pada suatu hari, ayah Mazmur terbunuh oleh Joseph, ayah Agnes, dan paman Yokim dan Suryani. Pertikaian antarkampung tak bisa dihindari.

Kabar kematian Blasius sampai kepada Michael, adik Blasius yang sejak kecil diambil oleh Mama Jawa yang tinggal dan belajar di Jakarta, Michael terpukul mendengar itu.

Michael dan istrinya pergi menuju Papua dan mencoba menyelesaikan permasalahan ini. Adik bungsunya, Alex, menentang pemikiran Michael. Bagi Alex, jalan satu-satunya adalah perang.

Mazmur, Thomas dan ketiga sahabatnya tetap berkawan dan berusaha mendamaikan kedua kampung ini.

7. Tanah Surga Katanya (2012)

Sutradara: Herwin Novianto

Penulis naskah: Danial Rifki

Pemain: Osa Aji Santoso, Fuad Idris, Ence Bagus, Astri Nurdin, Tissa Biani Azzahra, Ringgo Agus Rahman, Andre Dimas Apri

Sinopsis: Hasyim merupakan mantan sukarelawan Konfrontasi Indonesia Malaysia tahun 1965. Setelah istri tercinta meningal, dia memutuskan untuk tidak menikah. Dia tinggal bersama anak laki-laki tunggal yang juga menduda serta dua cucunya: Salman dan Salina.

Kehidupan mereka di perbatasan Indonesia dan Malaysia merupakan sebuah tantangan. Mereka hidup dalam keterbelakangan pembangunan dan ekonomi.

Suatu hari, Astuti yang merupakan guru sekolah dasar di kota, datang tanpa direncanakan. Dia mengajar di sekolah yang hampir rubuh karena setahun tidak berfungsi. Tak lama berselang datang pula dr. Anwar, dokter muda yang datang karena tidak mampu bersaing sebagai dokter profesional di kota.

Haris mencoba membujuk ayahnya untuk pindah ke Malaysia dengan alasan di sana lebih menjanjikan secara ekonomi. Namun Hasyim bersikeras tidak mau pindah. Baginya, kesetiaan pada bangsa merupakan harga mati.

Persoalan semakin pelik saat Hasyim tahu Haris telah menikah dengan perempuan Malaysia. Dia bermaksud mengajak Salman dan Salina untuk tinggal di Malaysia. Salman yang dekat dengan sang kakek memilih tetap tinggal di Indonesia.

8. Serdadu Kumbang (2011)

Sutradara: Ari Sihasale

Penulis naskah: Jeremias Nyangoen

Pemain: Yudi Miftahudin, Aji Santosa, Fachri Azhari, Monica Sayangbati, Titi Sjuman, Ririn Ekawati, Lukman Sardi, Asrul Dahlan, Leroy Osmani, Dorman Borisman, Surya Saputra, Gerry Puraatmadja, Putu Wijaya, Fanny Fadillah

Sinopsis: Saat ujian nasional, banyak siswa dan siswi SD dan SMP 08 yang tidak lulus. Hal ini membuat para guru memperketat sistem pembelajaran. Perubahan sistem belajar sedikit banyak berdampak pada keseharian para siswa-siswi termasuk Amek, Dulah, Acan, Ujang dan Umbe.

Amek merupakan salah satu siswa di SDN 08 yang tidak lulus ujian nasional. Sifatnya yang jahil berbanding terbalik dengan kakaknya, Minun, yang saat ini telah duduk di tingkaran SMP. Apabila Amek sering mendapat hukuman, Minun justru sering menjuarai lomba di sekolah.

Minun, Amek, dan ibunya tinggal di sebuah desa di puncak bukit. Sang ayah yang sudah tiga tahun bekerja di Malaysia tidak pernah mengirimkan uang. Di dekat desa tempat mereka tinggal, ada sebuah pohon yang mereka sebut pohon cita-cita.

Di pohon tersebut, setiap dahan terikat oleh tali yang menjulur ke bawah yang tergantung kertas berisi nama anak beserta cita-citanya. Banyak anak yang menuliskan cita-citanya di pohon tersebut, kecuali Amek. Dia tidak pernah mengatakan atau menuliskan cita-citanya.

Amek sering merasa cita-cita merupakan hal tabu baginya, terutama karena kondisi bibir sumbing yang dia miliki. Film ini mengisahkan tentang pendidikan, keluarga, dan cita-cita.

Baca juga artikel terkait HARI ANAK NASIONAL atau tulisan lainnya dari Sirojul Khafid

tirto.id - Film
Kontributor: Sirojul Khafid
Penulis: Sirojul Khafid
Editor: Dipna Videlia Putsanra