tirto.id - Syair menjadi tradisi turun temurun yang dilakukan oleh bangsa Arab. Saat di masa jahiliyah, tradisi bersyair melekat kuat di dalam kehidupan masyarakat.
Tema yang diangkat beragam mulai dari asmara, alam, sampai membahas orang per orang secara pribadi dalam nuansa pujian hingga sarkasme.
Di zaman Nabi Muhammad, salah satu penyair yang terkenal yaitu Zuhair bin Salma yang juga memiliki putra bernama Ka'ab bin Zuhair dan Bujair bin Zuhair.
Suatu hari Bujair memutuskan masuk Islam. Ka'ab marah besar atas kabar saudaranya itu, lalu membuat syair yang memprovokasi keadaan.
Syair dari Ka'ab ternyata bak media sosial kala itu. Masyarakat banyak yang terprovokasi sehingga membuat Nabi Muhammad menginstruksikan agar Ka'ab ditemukan.
Ka'ab akhirnya terpojok dan bertanya pada Nabi Muhammad apakah dirinya akan dimaafkan jika meminta pengampunan. Nabi Muhammad mengiyakan. Setelah itu, Ka'ab masuk Islam.
Dikutip dari NU, Ka'ab lantas mengubah syair yang dulu telah memprovokasi orang-orang, menjadi syair bertema pujian bagi Nabi Muhammad dan para sahabat. Syairnya ini cukup terkenal yang diberi judul Banat Su'ad.
Nabi Muhammad sangat senang dengan syair dari Ka'ab. Bahkan, beliau menghadiahi Ka'ab dengan kain burdah. Selanjutnya, syair turut menjadi bagian dalam penyebaran agama Islam kala itu.
Contoh Puisi Maulid Nabi Muhammad
Kesenangan Nabi Muhammad, para sahabat, dan masyarakat Arab dalam bersyair, dapat dijadikan momentum untuk membacakan syair atau puisi yang berkaitan dengan Rasulullah.
Apalagi ketika peringatan maulid nabi, pembacaaan syair dapat menjadi alternatif untuk mengungkapkan kekaguman hingga perjuangan beliau saat berdakwah.
Berikut contoh puisi maulid nabi yang berisi riwayat, kerinduan, hingga pujian bagi Nabi Muhammad:
Nabi Akhir Zaman
oleh Azra Al Amanah (Aziza Nurul Amanah)
Engkau Nabi Akhir Zaman
Lahir ke Dunia
Berselimut limpahan kasih sayang
Seluruh makhluk menyambut gembira
Tetap tersenyum tiada gundah
Meskipun engkau lahir tanpa ayah
Saat usia beranjak enam tahun
Engkau menjadi yatim piatu
Namun tak membuat engkau berhati pilu
Dan dalam asuhan sang paman
Engkau menjadi penggembala
Di antara alam raya
Engkau Nabi Akhir Zaman
Sang Penyampai Wahyu
Dari yang Maha Pencipta
Agar Umatmu Tak Terbelenggu
Dalam Kenikmatan Dunia Fana
Yang Hanya Sementara
Puisi Maulid Nabi Besar Muhammad SAW
oleh Yusniar Zaza
Berabad-abad sudah berlalu
Namun namamu masih melekat di hatiku
Tak pernah aku bertemu atau berjumpa denganmu
Tak pernah aku melihat langsung dakwahmu
Namun sinar cahayamu itu mampu menembus ruang dan waktu
Menembus perbedaan di antara seluruh umat manusia
Cahaya itu tidak pernah redup sampai akhir jaman
Rasulullah S.A.W,
Begitu agung namamu
Bergetar hati ini, menangis, rindu bertemu denganmu
Rindu pada suri tauladan yang kau berikan
Rindu pada kesederhanaan dan kepedulianmu
Rindu pada kedamaian yang kau ciptakan
Rasulullah SAW,
Rindu pada kepemimpinanmu
Cinta dan sayangmu tiada tara
Rahmatal lil alamin, memang itulah dirimu
Umatmu sudah banyak yang menjauhi suri tauladanmu
Banyak yang sudah berubah dari koridor garis awal
pun saya merasa demikian
Rasulullah SAW,
aku rindu padamu
Kami rindu padamu Rasulullah Nabi Muhammad SAW
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno