tirto.id - Salah satu bentuk karya sastra yang masih populer sampai sekarang ini yaitu pantun.
Pantun itu sendiri menjadi salah satu karya sastra yang dalam penulisannya memiliki berbagai aturan.
Dikutip dari Pantun Melayu, Titik Temu Islam dan Budaya Lokal Nusantara oleh Abd. Rachman Abror, yang dimaksud dengan pantun adalah semacam puisi asli Melayu tradisional yang sifatnya terikat.
Sedangkan menurut Mutia Dwi Pangesti, pantun berasal dari kata patutun (bahasa Minangkabau) yang artinya “penuntun”.
Dalam bahasa jawa, pantun dikenal dengan sebutan “parikan”, sebutan tersebut hampir sama dengan istilah pantun dalam bahasa sunda yaitu “paparikan”.
Meski memiliki istilah yang berbeda-beda di berbagai daerah, pantun tetap bermakna sama sebagai salah satu bentuk budaya yang berasal dari Indonesia.
Pantun pada dasarnya merupakan rangkaian kata-kata indah yang mengandung rima dan juga irama. Selain itu, setiap bait dari pantun berisi ide-ide kreatif yang penuh dengan makna.
Sebagai warisan budaya dari nenek moyang terdahulu, pantun juga mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu.
Dikutip dari Modul Belajar Mandiri "Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Modul 3
Kesastraan" yang ditulis Kusmarwanti (2019), pantun bahkan sering digunakan dalam baberapa acara seperti sambutan, ceramah, maupun khotbah.
Ciri-ciri Pantun
Terdapat beberapa ciri-ciri dari pantun, yaitu sebagai berikut :
1. Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata
2. Setiap bait terdiri dari 4 baris
3. Dua baris pertama (1 dan 2) merupakan sampiran, sedangkan dua baris berikutnya (3 dan 4) merupakan isi pantun. Sampiran dan isi pantun tidak selalu saling berkaitan
4. Sampiran dan isi pantun ini membentuk persajakan atau rima yang berakhiran a-b-a-b.
Laman Guru Berbagi Kemendikbud menuliskan, jika dilihat dari isi dan tujuannya, pantun terdiri dari beragam jenis yaitu pantun jenaka, pantun adat, pantun peribahasa, pantun agama, pantun nasihat, dan pantun teka-teki.
Berdasarkan beberapa jenis pantun tersebut, terdapat satu pantun yang di dalamnya terselip suatu pertanyaan yakni pantun teka-teki.
Sesuai dengan namanya, pantun teka-teki merupakan pantun yang berisi pertanyaan agar orang yang mendengar atau membaca dapat menebak jawaban dari teka-teki tersebut.
Pantun teka-teki ini sangat cocok digunakan atau dilontarkan saat berkumpul bersama dengan teman atau kerabat untuk sekedar menambah keseruan maupun mencairkan suasana agar terasa lebih akrab antara satu sama lain.
Contoh Pantun Teka-Teki
Adanya pertanyaan atau teka-teki dalam pantun ini akan membuat suasana menjadi sangat seru karena pendengar akan dibuat penasaran dengan jawaban pantun tersebut dan pendengar juga harus berusaha untuk menebak jawabannya.
Berikut ini contoh dari pantun teka-teki :
Bukan karung tapi berisi
Berbau khas dan tidak amis
Coba tebak apakah ini?
Ekor dibakar kepala yang habis
Perut ini lapar sekali
Ingin ke pantai makan kerang
Menemukan ia sulit sekali
Sekali bertemu malah dibuang?
Alpukat enak buahnya
Jika dimakan jangan lupa diberi gula
Kalau dikau tahu jawabannya
Hewan apa yang ekornya di kepala?
Burung nuri burung dara
Terbang ke sisi taman kayangan
Cobalah cari wahai saudara
Benda apa yang makin diisi semakin ringan?
Warna biru cantik menawan
Warna merah warna yang rupawan
Di masa kecil menjadi teman
Setelah besar menjadi lawan, apakah itu?
Penulis: Ririn Margiyanti
Editor: Dhita Koesno