tirto.id - Akhlak kepada diri sendiri harus diperhatikan setiap umat muslim karena hal tersebut menjadi faktor penentu kekuatan imannya. Lantas, apa saja contoh dan bagaimana cara membiasakan diri perilaku terpuji kepada diri sendiri?
Berdasarkan pengertian kosakata “akhlak” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya adalah berbagai kelakuan dan budi pekerti. Kata ini berasal dari bahasa Arab “khuluqun” yang bermakna tabiat, tingkah laku, dan perangai.
Adapun akhlak terhadap diri sendiri setiap orang beragama Islam harus diperhatikan secara individu, atas kesadaran sendiri, dan bukan karena paksaan pihak luar. Berbagai hal yang mulia pun bisa terwujud dengan penerapan kebiasaan baik ini.
Apa yang Dimaksud dengan Akhlak Terpuji Kepada Diri Sendiri?
Mengutip NU Online, akhlak termasuk sebagai salah satu disiplin ilmu dalam ajaran agama Islam. Hubungan pengajaran akhlak dan perilaku terpuji ini masih berkaitan dengan filosofi maupun ilmu tasawuf.
Adapun maksud akhlak terpuji adalah berbagai kelakuan, konsep, moralitas, etika, norma, dan nilai-nilai positif yang dijalankan seseorang dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan begitu, mereka bisa menjalankan perintah agama dan menjauhi aktivitas buruk.
Pendapat mengenai akhlak ini pernah disampaikan lewat sabda Nabi Muhammad SAW di dalam Hadis Riwayat Baihaqi berikut.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”
Berdasarkan hadis di atas, kita dapat melihat bagaimana pentingnya akhlak terpuji bagi kehidupan seorang umat muslim. Pentingnya menyempurnakan kemuliaan akhlak kepada diri sendiri ini menyebabkan Rasulullah SAW diutus.
Apa Saja Contoh Berakhlak Mulia Kepada Diri Sendiri
Terdapat berbagai macam contoh akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari yang dapat kita semua lihat. Sebut misalnya seseorang yang serius menuntut ilmu, pekerja keras, inovatif, bertakwa, hingga bertawakal.
Berikut ini contoh perilaku berakhlak mulia pada diri sendiri, sebagaimana dikutip dari buku Akidah Akhlak (2020) tulisan Muta'allimah.
1. Menuntut ilmu
Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim. Bahkan, ayat pertama yang diturunkan pada Rasulullah adalah perintah membaca, sebagai salah satu cara untuk memperoleh ilmu.Seseorang yang menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh berarti ia sudah berakhlak mulia pada dirinya sendiri, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
"Barang siapa menempuh satu jalan [cara] untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga," (H.R. Muslim).
Ilmu yang wajib dipelajari seorang muslim adalah ilmu agama, minimal paham dasar-dasar ajaran Islam. Selanjutnya, ia juga dituntut untuk menimba ilmu duniawi sesuai dengan bidang yang ia geluti sehari-harinya.
2. Bekerja keras
Islam sangat mewanti-wanti umatnya untuk tidak menjadi pemalas. Jika seseorang memiliki suatu keinginan, ia diimbau untuk bekerja keras merealisasikan keinginannya tersebut.Dalam Islam, bekerja keras istilahnya adalah berikhtiar sesuai kemampuan masing-masing. Bekerja keras dan tidak berpangku tangan pada orang lain adalah teladan dari Rasulullah SAW, sebagaimana sabda beliau:
"Barangsiapa yang pada waktu sore merasa lelah karena pekerjaan kedua tangannya [bekerja keras] maka pada saat itu dosanya diampuni,” (H.R. Thabrani).
3. Bekerja cerdas: produktif, kreatif, dan inovatif
Selain bekerja keras, Islam juga mengajarkan umatnya untuk bekerja cerdas dengan kinerja yang produktif, kreatif, dan inovatif. Orang yang bekerja cerdas akan mencari cara agar kinerjanya efisien dan tidak membuang-buang waktu.Dalil untuk bekerja cerdas ini tertuang dalam Al-Quran surah Ar-Ra'du ayat 11:
"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia," (QS. Ar-Ra’du [13]: 11).
Perintah untuk inovatif dan kreatif ini bertujuan agar umat Islam selalu melek perkembangan zaman, serta tidak tertinggal dengan umat-umat lainnya.
Sebagai misal, di tengah perkembangan teknologi yang pesat, seorang muslim dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungannya, mengembangkan diri, serta menyesuaikan dengan kondisi era sekarang.
Metode dakwah juga harus adaptif, seperti memanfaatkan media sosial, surat kabar, saluran televisi, hingga kanal YouTube agar menjangkau audiens yang lebih luas.
Kendati ada perintah untuk kreatif dan inovatif, namun hal ini hanya berlaku untuk perkara dunia, bukan dalam perkara ibadah. Mengada-ada hal baru dalam perkara ibadah tergolong bidah yang dilarang Islam.
4. Bertawakal pada Allah
Seorang muslim tidak hanya menyandarkan usahanya atas kemampuannya sendiri, melainkan juga memasrahkan hasil usahanya kepada Allah SWT.Berserah diri pada Allah SWT atas usahanya itu dikenal dengan sebutan tawakal, yaitu mewakilkan dirinya kepada Allah. Apabila seorang muslim bertawakal pada Allah, maka ia tidak akan kecewa atau berputus asa atas hasil apa pun yang ia peroleh nantinya.
Muh. Muinudinillah Basri dalam buku Indahnya Tawakal (2008) menjelaskan bahwa tawakal mencakup permohonan total kepada Allah SWT agar memberikan pertolongan dan rida atas tekad yang sudah ditetapkannya.
Tawakal dapat dimulai ketika seorang muslim sudah menetapkan tekad ingin melakukan suatu hal, tidak harus menunggu hingga ia berikhtiar terlebih dahulu, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 159:
“Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertwakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal pada-Nya," (Ali Imran [3]: 159).
5. Menjaga Kehormatan dan Kesucian Diri
Kehormatan diri perlu dijaga seseorang sebagai simbol citra karakter maupun perilaku. Seseorang yang punya akhlak terpuji tentu tidak akan merendahkan diri, terlebih lagi melakukan hal yang bertentangan dengan kehormatannya.Bukan hanya itu, contoh akhlak terpuji seorang umat muslim juga dapat dilihat dari praktik-praktik menjaga kesucian dirinya. Adapun maksud suci di sini adalah terhindar dari berbagai pengaruh negatif yang bertentangan dengan agama.
6. Sabar dengan Ketentuan Allah
Allah SWT akan selalu menyertai mereka yang punya perilaku sabar, sedia menghadapi segala ketentuan-Nya, serta tidak mudah menyerah. Ketiga aspek tersebut sekiranya termasuk golongan orang-orang sabar.Sehubungan dengan itu, terdapat firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 153 yang diterjemahkan sebagai berikut.
"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat. Sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al Baqarah [2]: 153)
7. Menerima Segala Pemberian Allah
Contoh akhlak kepada diri sendiri yang terpuji pada poin ini sekiranya masih berhubungan dengan sub pembahasan keenam. Seseorang yang berakhlak mulia akan bersedia menerima segala pemberian Allah SWT.Adapun permasalahan penerimaan ini berkaitan dengan rasa ikhlas seorang umat muslim. Mereka yang tabah dalam menjalani kehidupan akan mendapatkan balasan yang setimpal, baik itu perbuatan baik maupun buruk.
Sebut misalnya seseorang yang mengalami bencana alam, kemudian rumah yang menjadi miliknya terpaksa hancur. Orang itu tidak boleh mengumpat atau menyesal atas bencana yang terjadi, namun mencari solusi terbaik agar masalah bisa diatasi.
8. Bersikap Rendah Hati
Akhlak terpuji pada diri sendiri lainnya bisa kita pantau dari perilaku atau pembawaan seseorang yang rendah hati. Orang-orang yang mempunyai sikap dan sifat ini tidak merasa lebih baik dan tinggi dibandingkan individu lain.Adapun sikap rendah hati pada diri seseorang bisa membuat individu lain merasa dihormati dan disetarakan sebagai manusia. Dengan bersikap rendah hati, kita akan mendapatan penghormatan pula dari orang di sekitar kita.
Cara Membiasakan Berperilaku Terpuji pada Diri Sendiri
Terdapat berbagai macam cara membiasakan perilaku terpuji pada diri sendiri, tergantung bagaimana kenyamanan diri masing-masing dalam menghayati kehidupan. Beberapa orang bisa menjalankan aktivitas atau ibadah tertentu untuk membangun perilaku mulianya.
Berikut ini sejumlah tips yang bisa dilakukan agar akhlak kepada diri sendiri terpuji.
1. Selalu Mengingat Allah
Melakukan berbagai doa atau ibadah untuk mengingat nama-nama baik Allah SWT bisa membangun kekuatan iman dan ketakwaan seseorang. Dengan mempercayai bahwa Allah selalu mengawasi, tindakan kita pun menjadi lebih terkendali.2. Tekun Membaca Al Quran dan Menjalankan Sholat Wajib
Beberapa orang kerap melakukan tadarus rutin untuk mengumpulkan pahala, kemudian menunaikan ibadah shalat wajib sebagai bentuk kewajibannya. Kedua aktivitas ini tentunya dilandasi kesadaran atas diri sendiri.3. Menganggap Orang Lain Sebagai Diri Sendiri
Untuk membiasakan diri agar akhlak terhadap diri sendiri terpuji, Anda bisa mencitrakan orang lain sebagai diri Anda. Kondisi seperti ini bisa memperlihatkan emosi maupun reaksi, sehingga perilaku Anda bisa lebih terkendali.Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dhita Koesno
Penyelaras: Yuda Prinada