tirto.id - Islam sering kali mengajarkan istilah pahala jariyah. Artinya adalah amalan yang tak terputus. Sebaliknya, istilah jariyah bisa jadi berlaku untuk dosa.
Bahkan, dosa jariyah bisa saja tanpa sengaja dilakukan seseorang dalam berbagai aktivitas. Semisal melalui penggunaan media sosial (medsos). Lantas, apa maksud dosa jariyah dan apa saja contohnya?
Istilah dosa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai perbuatan yang melanggar hukum Tuhan atau agama. Juga sebagai perbuatan salah. Sedangkan jariyah dalam bahasa Arab merujuk pada pengertian “lanjut” atau “terus menerus”.
Bisa disimpulkan bahwa pengertian dosa jariyah adalah perbuatan salah atau perbuatan melanggar hukum Tuhan dan agama yang mengalir secara terus-menerus. Pelaku dosa jariyah bakal mendapatkan dosa atas perbuatan salah dan ternyata diikuti orang lain.
Umat Muslim seringkali mengenal istilah pahala jariyah. Berdasarkan sabda Nabi Muhammad Saw, ada 3 amalan jariyah yang terus mendatangkan pahala. Meskipun orang yang melakukan tindakan sudah meninggal dunia.
Menurut HR Muslim, diriwayatkan bahwa "Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya."
Jika amalan jariyah merujuk pada tiga perkara yang mencakup sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh, lantas apa saja macam-macam serta contoh dosa jariyah?
Macam-macam Dosa Jariyah dan Contohnya di Medsos
Dosa jariyah bisa mengakibatkan seseorang mendapatkan dosa jika suatu tindakan yang dianggap salah dan melanggar hukum Tuhan atau agama diikuti orang lain. Bahkan, ketika suatu dosa sudah tidak dilakukan orang tersebut.
“Dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat dosa semisal dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun,” HR Muslim.
Dalam arti lain, suatu perilaku dosa bisa saja disebabkan seseorang yang memulai tindakan salah. Macam-macam dosa jariyah yang pertama adalah menjadi pelaku utama atau inisiator suatu perbuatan atas kebiasaan buruk bisa mendapatkan dosa berkelanjutan, baik yang diketahui maupun tidak.
Mengutip hadis riwayat Muslim, Rasulullah saw pernah bersabda:
“Barangsiapa yang membuat suatu kebiasaan (tradisi, sunnah) yang baik dalam Islam, maka ia memperoleh pahala dari perbuatan yang ia kerjakan dan perbuatan orang yang menirunya tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.
“Dan, barang siapa yang membuat suatu kebiasaan buruk dalam Islam, pun ia akan memperoleh dosa dari perbuatan yang ia kerjakan dan perbuatan orang-orang yang menirunya tanpa mengurangi dosanya sedikit pun,”.
Dosa jariyah sebenarnya sangat dekat dan mungkin dilakukan seseorang. Terutama dengan hadirnya medsos sebagai media komunikasi.
Macam-macam dosa jariyah yang kedua adalah seperti seseorang yang mengajarkan perilaku maksiat di medsos melalui suatu unggahan. Perilaku tersebut dapat ditiru orang yang menonton unggahan.
Orang yang pertama kali mengunggah perilaku maksiat dapat menanggung dosa yang ditimbulkan orang lain atas unggahannya sendiri.
Selain itu, macam-macam dosa jariyah ketiga yaitu tindakan provokasi atau ujaran kebencian di medsos dapat dikategorikan sebagai dosa jariyah. Sebuah ujaran kebencian bisa mengakibatkan orang lain atau kelompok bertindak buruk.
“Tidak ada satu jiwa yang terbunuh secara zalim, melainkan anak Adam yang pertama kali membunuh akan mendapatkan dosa karena pertumpahan darah itu," HR Al-Bukhari dan Muslim.
Macam-macam dosa jariyah yang keempat adalah seseorang yang membuat berita hoaks atau tidak benar pertama kali. Kemudian hal ini mengakibatkan perpecahan dan permusuhan di masyarakat.
Lantas bagaimana jika sudah terlanjur melakukan dosa jariyah? Cara terbaik tentunya menghentikan perilaku dan segera bertobat sembari mengharapkan ampunan dari Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surah At-Tahrim ayat 8 yang berbunyi:
ayyuhalladzîna âmanû tûbû ilallâhi taubatan nashûḫâ, ‘asâ rabbukum ay yukaffira ‘angkum sayyi'âtikum wa yudkhilakum jannâtin tajrî min taḫtihal-an-hâru yauma lâ yukhzillâhun-nabiyya walladzîna âmanû ma‘ah, nûruhum yas‘â baina aidîhim wa bi'aimânihim yaqûlûna rabbanâ atmim lanâ nûranâ waghfir lanâ, innaka ‘alâ kulli syai'ing qadîr
Artinya:"Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya.
"Cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanannya. Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Beni Jo & Yulaika Ramadhani