Menuju konten utama
Arus Mudik Lebaran 2023

Cerita Porter Stasiun Pasar Senen Bantu Pemudik yang Kerepotan

Musim mudik merupakan momen yang paling ditunggu oleh porter. Sebab, pendapatan mereka bisa meningkat dua kali lipat dari biasanya.

Cerita Porter Stasiun Pasar Senen Bantu Pemudik yang Kerepotan
Sejumlah porter sedang mengangkut barang pemudik. (Tirto.id/ Fransiskus Adryanto Pratama)

tirto.id - Porter atau pramuantar berperan cukup penting di tengah lautan pemudik yang hendak pulang ke kampung halamannya. Salah satunya bagi pemudik yang menggunakan moda transportasi kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat. Mereka menawarkan jasa angkut bagi pemudik yang kerepotan membawa barang ketika masuk ke area stasiun.

Minggu siang, 16 April 2023, Stasiun Pasar Senen sungguh panas. Tak terhitung tetes peluh yang berjatuhan karena hawa panas menyelimuti area lokasi itu. Hiruk pikuk pemudik yang hendak pulang kampung guna merayakan Lebaran bersama keluarga besar mereka menambah keramaian siang itu. Padahal cuti bersama baru mulai 19 April, tapi tiga hari jelang libur nasional para pemudik sudah memadati stasiun.

Area ruang tunggu stasiun pun terpantau sesak. Saya mencoba merayu beberapa porter yang sedang menawarkan jasa angkut untuk diwawancara. Tak terhitung penolakan dari para porter yang saya temui itu. Mereka enggan diwawancara dengan dalih harus meminta izin terlebih dahulu kepada pihak Kereta Api Indonesia (KAI).

Lalu, mata saya tertuju pada pria berambut cepak yang sedang asyik duduk sendiri melepas dahaga siang itu. Pria itu bernama Ahmad Fauzi (28).

Fauzi menyapa hangat ketika saya duduk di sampingnya untuk diajak berbagi cerita ihwal pekerjaan yang dilakoninya selama sembilan tahun sebagai porter di Stasiun Pasar Senen.

Jemari pria asal Kebumen, Jawa Tengah itu tampak mengapit sebatang rokok Sampoerna, sesekali menyeka peluh yang jatuh dari pipinya.

Fauzi tampak berseragam rapi. Setelan kemeja biru bertuliskan PORTER di dada kiri dan celana bahan berkelir hitam, kostum yang digunakan Fauzi pada Minggu (16/4/2023).

Seragam itu dikenakan Fauzi setiap hari ketika melakoni perannya sebagai porter.

“Lagi istirahat, mas,” tanya saya mengawali percakapan.

Fauzi tak langsung menjawab, ia terlebih dahulu meneguk air dalam botol mineral yang dipegangnya.

“Pinggir [istirahat] dulu, mas,” jawab Fauzi sembari tersenyum kepada saya.

Porter di Stasiun Pasar Senen

Ahmad Fauzi, salah satu porter di Stasiun Pasar Senen. (Tirto.id/ Fransiskus Adryanto Pratama)

Saya dan Fauzi lebih memilih jarak dengan ruang tunggu stasiun yang dipenuhi pemudik yang sedang menunggu kereta tujuan mereka, meninggalkan Stasiun Pasar Senen. Pengeras suara dari petugas menambah kebisingan aera stasiun siang itu.

Kami akhirnya mengobrol di samping pintu masuk kendaraan yang masuk ke area stasiun. Di situlah kami berteduh dari panas yang menyengat siang itu.

Fauzi bercerita, dirinya menjadi porter di Stasiun Pasar Senen sejak 2014. Awalnya Fauzi diajak sang kakak untuk mengais rejeki dengan menjadi kuli angkut di tempat itu.

Sejatinya, yang dilakoni Fauzi saat ini merupakan pekerjaan keduanya. Sebab, saat pertama menginjakkan kaki di Jakarta, ia sempat menjadi kuli di Cikarang selama setahun.

Lalu, dia memutuskan untuk mengikuti jejak sang kakak menjadi porter di Stasiun Pasar Senen.

“Kalau saya sih dulu dibawa saudara, porter juga. Dibawa kakak kandung, sekarang dia sudah meninggal, kebetulan ada posisi porter yang kosong di sini,” kata Fauzi.

Fauzi mengatakan, dirinya tidak memasang tarif ketika menawarkan jasanya kepada pemudik yang kerepotan membawa barang bawaan ke stasiun. Ia mengaku sewa yang diterima tergantung pemberian pemudik.

Hal itu dilakukan Fauzi agar merasa nyaman dengan pemudik yang ditawari bantuan untuk mengangkut barang. Ia menerimanya dengan ikhlas berapa pun bayaran yang dikasih.

“Karena lebih nyaman. Percuma narif kalau duitnya juga abis juga,” ucap Fauzi.

Namun, Fauzi mengaku kerap mendapatkan sewa lebih dari penumpang yang telah dibantunya usai mengangkut barangnya. Fauzi juga kerap hanya menelan ludah ketika jasanya tidak dibayar semestinya oleh penumpang.

“Malah ada yang ngasih lebih. Mungkin niatnya mau berbagi. Ada yang datang bawa satu koper dikasih Rp50 ribu bahkan Rp100 ribu. Tetapi ada yang cuma ngasih Rp10 ribu, kadang enggak dikasih juga,” cerita Fauzi.

Pendapatan Naik Dua Kali Lipat

Musim mudik merupakan hal yang paling ditunggu Fauzi dan kawan-kawan. Sebab, pendapatan yang diperoleh setiap hari meningkat dua kali lipat dari hari biasanya.

Jika pada hari biasa Fauzi hanya mendapat penghasilan Rp100 ribu, bahkan tidak sama sekali dalam sehari, di masa mudik bisa memperoleh penghasilan Rp300 sampai Rp500 ribu per hari.

“[hari biasa] Rp100 ribu. Kadang enggak dapat. [Mudik] Rp500 ribu. Kalau lebaran bisa meningkat dua kali lipat dari biasanya,” kata Fauzi.

Ia mengaku tak terlena dengan pendapatan harian yang diperolehnya itu. Pasalnya, Fauzi tetap memilih pulang ke kampung halamannya guna merayakan Idulfitri bersama keluarga. Fauzi mengaku akan pulang ke Kebumen saat malam takbiran.

"Pulang, mas, kalau malam takbiran," kata Fauzi.

Fauzi mengaku uang yang didapatnya dari tukang angkut langsung disimpan ke kantong pribadi. Para porter tidak wajib menyetor ke KAI hasil sewa yang diperoleh mengangkut barang.

Fauzi mengatakan, bekerja sebagai porter di Stasiun Pasar Senen juga tak ribet. Sebab, tak harus mengurus berkas laiknya melamar pekerjaan kantoran.

Ia mengaku sangat menikmati pekerjaan yang dilakoninya saat ini. Fauzi bersyukur atas kesempatan yang diberikan oleh KAI. Namun, Fauzi mengaku tetap ingin mencari pekerjaan lain sebagaimana kebanyakan orang.

“Ya biasa saja. Keluh kesah sih enggak ada. Jalani saja,” kata Fauzi.

Fauzi mengatakan porter di Stasiun Pasar Senen juga bekerja bergantian, yakni shift pagi dan malam. Tercatat, ada 178 porter yang bekerja di stasiun itu.

“Betul, satu shift dari jam 7 sampai jam 7 malam. Kalau yang shift malam jam 7 malam sampai jam 7 pagi,” tukas Fauzi.

Sembilan tahun Fauzi bekerja sebagai tukang angkut tidak sepenuhnya berjalan mulus. Ia mengatakan dirinya pernah tidak mendapat apa pun seharian penuh.

Nasib yang dialami Fauzi itu tidak hanya sekali saja. Namun, Fauzi lupa tahun persis nasib apes yang dialaminya itu ketika saya mencoba meminta untuk bercerita.

Di sisi lain, Fauzi mengaku tidak menggunakan trik khusus ketika menawarkan bantuan kepada penumpang. Biasanya, kata dia, penumpang yang kerap menggunakan jasa mereka malah yang duluan menawarkan bantuan.

“Kalau penumpang yang sudah biasa pakai jasa porter malahan manggil duluan. Kalau gak biasa harus ditawarin,” tutur Fauzi.

Porter di Stasiun Pasar Senen

Sejumlah porter sedang menawarkan jasa kepada pemudik. (Tirto.id/ Fransiskus Adryanto Pratama)

Data Pemudik di Stasiun Pasar Senen

Kepala Humas KAI Daop 1 Jakarta, Eva Chairunisa mengatakan, pantauan keberangkatan di Stasiun Gambir dan Pasar Senen pada Senin 17 April 2023, volume penumpang berangkat sudah mengalami peningkatan.

Per Senin, sekitar 24.000 penumpang berangkat dari Stasiun Pasar Senen dengan layanan 32 KA yang beroperasi. Sementara untuk Stasiun Gambir volume penumpang berangkat mencapai sekitar 15.800 dengan layanan 38 KA beroperasi.

“Secara total okupansi keterisian tempat duduk dari pemberangkatan KA di area Daop I Jakarta mencapai 96 persen,” kata Eva kepada Tirto.

Berdasarkan data Minggu, 16 April 2023, sekitar 568.000 tiket untuk keberangkatan masa angkutan Lebaran dari Stasiun Gambir dan Pasar Senen telah terjual.

Dari jumlah tersebut mayoritas pemesanan dilakukan untuk jadwal keberangkatan pada tanggal favorit yakni pada 14 sampai 23 April 2023.

Berdasarkan data tiket terjual pada tanggal-tanggal tersebut tingkat okupansi volume penumpang sudah mencapai 90 hingga 100 persen dengan volume penumpang berangkat tertinggi tercatat pada 21 April 2023 di mana tingkat okupansi telah mencapai 100 persen.

Sejumlah kota tujuan yang menjadi pilihan favorit di antaranya Yogyakarta, Surabaya, Purwokerto, Kutoarjo, Semarang, Tegal, Solo dan Bandung.

Prediksi Mudik

Kementerian Perhubungan memprediksi waktu mudik pada 18 April malam akan mulai mengalami lonjakan penumpang secara signifikan.

Kemenhub melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat berharap masyarakat dapat mengatur waktu mudik sehingga tidak bertumpuk di masa puncak arus mudik yaitu pada H-4 hingga H-1 atau pada 18 hingga 22 April 2023.

“Ada penyesuaian waktu cuti bersama maka ada kemungkinan terjadi lonjakan penumpang sejak tanggal 18 April malam,” kata Kepala Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Pitra Setiawan, dalam keterangan, Senin (17/4/2023).

Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk mudik lebih awal dan menghindari puncak arus mudik.

Pitra berharap masyarakat mulai mengatur perjalanan sebelum berangkat. Upaya perencanaan mulai dari menyiapkan kendaraan, kondisi fisik pengemudi, rute hingga waktu sehingga pemudik tiba di tujuan dengan selamat.

Selain itu, pemerintah juga mengimbau agar pemudik motor menggunakan jalur arteri nasional sehingga dapat memperkirakan waktu istirahat. Hal ini disampaikan karena peningkatan pemudik motor secara signifikan.

“Kami menyarankan agar para pemudik baik yang menggunakan mobil pribadi ataupun motor dapat memperhatikan waktu istirahat setiap 4 jam. Khusus bagi pemudik motor kami di Ditjen Hubdat menyediakan rest area di UPPKB seperti Losarang dan Balonggandu yang digunakan untuk beristirahat,” tutur Pitra.

Baca juga artikel terkait LEBARAN 2023 atau tulisan lainnya dari Fransiskus Adryanto Pratama

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Fransiskus Adryanto Pratama
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Abdul Aziz