Menuju konten utama
Inspirasi Edukator Ms. Rachel

Cerita di Balik Popularitas Ms. Rachel, YouTuber Idola Anak-Anak

Saat anaknya didiagnosis speech delay, Rachel Griffin Accurso berupaya mencari cara terbaik untuk membantu mengatasinya. Lahirlah kanal YouTube Ms. Rachel.

Cerita di Balik Popularitas Ms. Rachel, YouTuber Idola Anak-Anak
Header Diajeng Ms. Rachel dengan dokumentasi foto dari Rachel Griffin-Accurso. tirto.id/Quita

tirto.id - Pada era serba digital, mustahil bagi orang tua untuk menjauhkan anak sepenuhnya dari hiburan audiovisual di layar gawai atau televisi. Sedikit-banyak, orang tua cenderung melonggarkan aturan mengenai screen time untuk anak.

Namun demikian, kelonggaran tersebut bukan berarti mereka sembarangan dalam memberikan tontonan anak.

Sebaliknya, orang tua masa kini mulai lebih selektif dalam memilih hiburan anak karena ingin memastikan perkembangan anak dengan konten-konten yang terkurasi dan tentu saja edukatif.

Dari sekian banyak pembuat konten edukasi anak yang populer di ruang digital, YouTuber Ms. Rachel menjadi salah satu nama yang difavoritkan dalam beberapa tahun terakhir.

Wajahnya yang hangat, gaya bicaranya yang perlahan dan jelas, dan lagu-lagu riang yang ia nyanyikan membuat sosok Ms. Rachel sangat disukai oleh anak-anak.

Tokoh Ms. Rachel dan videonya begitu populer. Anak-anak ikut bersemangat merayakannya dengan mengenakan kostum Ms. Rachel. Perempuan berusia 42 tahun tersebut bahkan sampai dijuluki “Taylor Swift for toddlers”.

Kanal YouTube Ms. Rachel – Toddler Learning Videos, yang dimulai sejak Februari 2019, kini telah memiliki sedikitnya 14,8 juta pengikut.

Karakter Ms. Rachel juga populer di platform media sosial lain dengan pengikut berjumlah jutaan; akunnya di TikTok punya 6,1 juta pengikut, sementara di Instagram mencapai 2,9 juta pengikut.

Rachel Griffin Accurso memutuskan untuk menjadikan YouTube sebagai platform edukasi dalam rangka membantu perkembangan bahasa anak-anak usia dini, mencakup bayi dan toddler atau balita usia 1-3 tahun.

Pada 2016, perempuan asal Maine, AS ini meraih gelar master untuk Pendidikan Musik dari New York University. Baru-baru ini, ia menempuh pendidikan master keduanya dalam bidang Pendidikan Anak Usia Dini.

Sebelum menciptakan program edukasi untuk anak-anak usia dini di YouTube, Rachel bekerja sebagai guru musik di sebuah PAUD di New York City.

Pengalaman mengajar di PAUD memberikannya dasar yang kuat untuk menciptakan konten edukatif yang menarik dan efektif bagi anak-anak usia dini, terutama melalui medium musik, bidang yang sangat dipahaminya.

Motivasi Rachel membuat program video interaktif dengan musik dan lagu untuk anak berangkat dari pengalamannya sendiri sebagai orang tua.

Anak pertamanya, Thomas, didiagnosis mengalami keterlambatan bicara (speech delay) dan baru berhasil mengucapkan kata pertama pada usia hampir tiga tahun.

Rachel kemudian terdorong untuk menyelami internet demi mencari tahu program-program edukatif yang fokus pada pengembangan bahasa bagi anak-anak. Sayangnya, pencarian tersebut tidak berbuah sesuai harapan.

Dalam wawancara dengan TODAYpada Desember 2022 silam, Rachel menuturkan, “Pada waktu itu, kukira bakal bagus kalau ada program untuk toddler yang mendorong keterampilan berbicara—program yang berlangsung lambat, sangat interaktif, dan ada pengajarnya. Sayangnya, aku tidak menemukan program itu. Jadi pikirku, kalau begitu aku saja yang bikin programnya.”

Dari situlah Rachel mulai mencoba memproduksi video edukatif yang mengajak anak-anak usia dini belajar berbicara dan berkomunikasi melalui lagu-lagu dan permainan interaktif.

Produksi video-video tersebut dibantu oleh suaminya, Aron Accurso, seorang komposer musik di Broadway.

Mereka berdua sama-sama bersemangat untuk memproduksi konten-konten tersebut, apalagi mereka memang bermimpi menjadi penulis lagu untuk acara edukasi anak-anak Sesame Street.

“Sebagai orang tua, kami akan melakukan apa saja untuk bisa membantu anak-anak. Banyak yang kuajarkan di program ini adalah hal-hal yang kuharap sudah aku ketahui sejak dulu dan dapat kuterapkan pada anakku sendiri,” ungkap ibu dua anak ini.

Persis enam tahun yang lalu, Rachel meluncurkan kanal YouTube yang dinamai Songs for Littles.

Program di dalamnya awalnya dirancang untuk anak-anak usia dini dengan pendekatan yang menyenangkan dan penuh kasih sayang.

Setiap klip video menampilkan Rachel sebagai pengajar yang menyanyikan lagu-lagu anak dengan penekanan pada keterampilan berbahasa, ekspresi emosi, dan interaksi sosial.

Pada keterangan di kanal YouTube, disebutkan bahwa dalam proses pembuatan kontennya, Rachel menerapkan teknik-teknik yang direkomendasikan oleh terapis wicara dan ahli perkembangan anak usia dini.

Selain itu, semua videonya diproduksi berdasarkan materi dari hasil riset dan telah memenuhi standar pembelajaran untuk membantu tumbuh-kembang anak.

Keterangan di atas bukan klaim belaka. Ahli patologi wicara-bahasa menilai positif apa yang selama ini dilakukan oleh Rachel di Songs for Littles.

Salah satu ahli yang mengakui bahwa konten-konten video Rachel dapat membantu anak-anak untuk berlatih bicara adalah Dr. Mary Barbera, seorang Board Certified Behavior Analyst (BCBA-D) yang fokus pada autisme.

Menurut pemilik akun Instagram Turn Autism Around ini, penggunaan media video seperti yang dilakukan oleh Rachel dapat memudahkan anak untuk menyerap informasi dibandingkan pembelajaran langsung dari orang yang ada di hadapan si anak.

Alasannya, anak-anak cenderung sangat fokus saat menonton video di layar televisi atau gawai.

Barbera juga menyampaikan adanya beberapa kesamaan teknik dari program Songs for Littles dengan apa yang ia lakukan, di antaranya adalah pengulangan terus-menerus dan penyampaian materi dengan urutan yang sama.

Baik Rachel dan Barbera menerapkan parentese—teknik berbicara kepada bayi dan toddler yang dapat mendorong perkembangan keterampilan bicara dan bahasa mereka.

“Saat menggunakan teknik parentese, kami bicara dengan memperpanjang huruf vokal dan pitch yang tinggi. Selain itu, kami bicara dengan lebih lambat, dengan jumlah kata-kata lebih sedikit. Dipilih kata-kata yang silabelnya sedikit dan disampaikan dengan banyak gerakan dan isyarat. Ms. Rachel juga memberi jeda setelah ia meminta anak-anak yang menonton untuk melakukan sesuatu,” jelas Barbera dalam salah satu pemaparan videonya.

Menurut Barbera, teknik dengan jeda sangatlah baik karena dapat memberikan waktu bagi anak untuk menirukan apa yang sudah disampaikan oleh pengajar.

Selain membantu anak-anak mengenal kosakata, warna, angka, dan lagu-lagu sederhana, melalui video-videonya Rachel mengajarkan keterampilan sosial dan emosional yang acap kali luput dalam program edukasi anak.

Misalnya, anak-anak diajak menyapa dengan senyum, menyampaikan “terima kasih”, dan mengenal berbagai emosi seperti senang, marah, atau takut.

Itulah yang membuat program Ms. Rachel tidak sekadar dicintai oleh anak-anak, tetapi juga komunitas orang tua.

Sejak Januari kemarin, Netflix mulai menayangkan beberapa episode kompilasi dari Songs for Littles agar lebih mudah diakses oleh keluarga di seluruh dunia.

Sampai hari ini, Rachel telah menerbitkan setidaknya 8 buku cerita, versi teks dan ilustrasi cetak dari aktivitas-aktivitas yang selama ini sudah diajarkan melalui video.

Buku terbarunya, Ms. Rachel and the Special Surprise: Encouraging Speech and Learning Through Play and Music (2024), juga berfungsi sebagai panduan bagi orang tua dan pendidik yang ingin melatih interaksi yang berkualitas dengan anak.

@msrachelforlittles

It’s my favorite and brings me so much joy but it is hard 😆 I’m proud of us.

♬ original sound - Ms Rachel

Baca juga artikel terkait DIAJENG PEREMPUAN atau tulisan lainnya dari Yunita Lianingtyas

tirto.id - Lyfe
Kontributor: Yunita Lianingtyas
Penulis: Yunita Lianingtyas
Editor: Sekar Kinasih