tirto.id - Perusahaan baterai raksasa asal Cina, Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL), membeberkan alasan memilih Indonesia sebagai lokasi pembangunan pabrik baterai terbesar di dunia. Business Director CATL untuk kawasan Asia Pasifik, Sword Gu, menyatakan bahwa potensi pasar, dukungan pemerintah, dan sumber daya alam Indonesia menjadi faktor utama keputusan investasi tersebut.
"Kami menemukan bahwa Indonesia adalah pasar yang sangat besar dan baik untuk berinvestasi, membangun pabrik, tim, serta rantai pasok di sini," ujar Gu dalam International Battery Summit di Jakarta, Rabu (6/8/2205).
Gu menekankan bahwa kebijakan pemerintah Indonesia yang mendukung pengembangan kendaraan listrik (EV) dan energi hijau turut mendorong CATL menanamkan modal besar di Tanah Air. Selain itu, pertumbuhan penjualan kendaraan listrik di Indonesia yang terus tumbuh juga menjadi pertimbangan utama.
"Volume penjualan kendaraan listrik (BEV dan HEV) tumbuh sangat cepat di sini. Artinya, kita membutuhkan lebih banyak baterai, stasiun penukaran (swap), dan teknologi pengisian cepat," ujarnya.
CATL tidak hanya fokus pada baterai kendaraan penumpang, tetapi juga menyasar sektor pertambangan dan transportasi laut. Gu mengungkapkan, banyak perusahaan tambang di Indonesia masih mengandalkan truk berbahan bakar fosil, padahal tren global telah beralih ke kendaraan listrik ramah lingkungan.
"Kami bisa menyediakan baterai untuk truk berat, membangun stasiun swap, serta mendukung pembangkit listrik tenaga surya dan angin," katanya.
Salah satu terobosan CATL adalah pengembangan kapal listrik berbaterai. Menurut perhitungan departemen pemasaran CATL, penggunaan kapal listrik bisa menghemat biaya operasional hingga 10 juta dolar AS per tahun untuk setiap kapal.
"Kapal listrik dengan baterai kami tidak hanya mengurangi biaya, tetapi juga mendukung transisi energi hijau," tegas Gu.
Menyoroti dominasi sepeda motor di Indonesia, CATL menawarkan solusi baterai swap yang bisa ditukar dalam 58 detik. Teknologi ini telah sukses diimplementasikan di Tiongkok dengan lebih dari 10 juta unit baterai terpasang.
"Kami bisa menyediakan baterai lebih baik untuk pasar Indonesia, termasuk swap yang memungkinkan pengguna mengganti baterai dalam waktu kurang dari satu menit," paparnya.
CATL juga menggarap proyek penyimpanan energi atau energy storage berskala besar. Perusahaan mengklaim telah membangun lebih dari 2.000 stasiun penyimpanan energi di seluruh dunia tanpa insiden kebakaran atau risiko keamanan.
"Kami bukan sekadar perusahaan baterai, tapi penyedia solusi energi hijau untuk berbagai sektor," tandas Gu.
Sebelumnya, CATL telah melakukan groundbreaking proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi di Karawang, Jawa Barat. Proyek ini digarap bersama oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Indonesia Battery Corporation (IBC), serta konsorsium asal Cina CATL dan Brunp, dan Lygend (CBL). Nilai investasi pembangunan pabrik baterai ini mencapai 5,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp100 triliun.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id






































