Menuju konten utama

Cara Meredakan Kecemasan Saat Melakukan Perjalanan

Kecemasan berlebihan saat terbang atau bepergian bisa dipicu beberapa hal, salah satunya rasa takut terjadi sesuatu yang buruk di jalan.

Cara Meredakan Kecemasan Saat Melakukan Perjalanan
Ilustrasi aviaphobia. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Kecemasan saat bepergian sering dialami oleh sebagian orang. Hal tersebut dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya adalah takut terjadi sesuatu di jalan.

Rasa takut saat bepergian umumnya sering dialami saat seseorang hendak terbang. BBC menyebutkan bahwa sutradara film Grand Budapest Hotel Wes Anderson dan penyanyi David Bowie adalah tokoh publik yang lebih suka bepergian dengan kapal dan kereta api dibandingkan pesawat karena takut terbang.

Ketakutan yang dialami seseorang ketika menaiki pesawat atau helikopter, menurut Randi E. McCabe dalam “Aviophobia (Fear of Flying)” (2015), disebut sebagai aviofobia.

Mereka yang takut terbang merasa khawatir pesawatnya mengalami kecelakaan, cemas sebab tak bisa mengontrol keadaan dan ketinggian, atau merasa terjebak.

McCabe mengatakan bahwa rasa khawatir dan cemas tersebut bisa meningkat menjadi serangan kepanikan atau panic attack.

McCabe menjelaskan bahwa pengalaman mengerikan saat naik pesawat seperti merasakan turbulensi ekstrem atau badai besar bisa membuat seseorang menjadi aviofobik.

Selain itu, pemberitaan di media tentang kecelakaan pesawat dan terorisme juga menjadi faktor penyebab munculnya aviofobia.

Para pengidap aviofobia biasanya memilih tak menggunakan moda transportasi udara untuk menghindari rasa takut.

Hal ini, menurut McCabe, bisa memengaruhi hubungan dalam keluarga dan pekerjaan seseorang.

Penelitian yang dilakukan setelah tragedi 11 september ini berjudul Dealing With The Dangers of Fear: The Role of Risk Communication.

Penelitian ini menemukan bahwa pada bulan-bulan setelah 11 September, banyak orang memilih bepergian dengan mobil daripada pesawat, untuk mengindari risiko mereka mengalami kecelakaan.

Penelitian yang ditulis oleh George M. Gray and David P. Ropeik ini menunjukkan bahwa, kita jauh lebih cenderung takut secara irasional terhadap hal-hal yang tidak terkendali, mengerikan, dan beberapa penyebab kematian pada suatu peristiwa yang disaksikan.

Hal yang hampir serupa ditunjukkan oleh ahli Psikologi Ellen Hendriksen yang menguraikan empat kecemasan perjalanan yang umum, yaitu khawatir tersesat, tertular penyakit asing, atau menjadi korban serangan bom atau teroris.

“Anda mungkin waspada berada di tempat yang asing dengan bahasa yang tidak Anda kenal atau mungkin hanya kecemasan saat Anda terbang dan naik pesawat,” kata Hendriksen.

Tanda-tanda kecemasan yang terjadi pada tubuh kita saat melakukan perjalanan yaitu bisa berupa jantung berdebar, sesak napas, berkeringat, pusing dan mual serta tubuh yang gemetaran. Hal ini disebut oleh para peneliti sebagai mode flight or flight.

“Ini berarti tubuh Anda mencoba mengambil lebih banyak oksigen sehingga pernapasan Anda menjadi lebih cepat. Tubuh Anda juga melepaskan hormon, seperti adrenalin, yang membuat jantung Anda berdetak lebih cepat dan otot-otot Anda tegang,” jelas Nick Grey dilansir dari BBC.

Nick Gray, Konsultan Psikolog Klinis dari London mengatakan, cara terbaik untuk mengatasi serangan panik adalah menyadarkan diri untuk mengingat jika ini hanya masalah kecemasan dan tidak ada bahaya yang nyata.

Jika mengalami sesak napas dan merasa seperti tidak dapat bernapas, cobalah bernapas perlahan dan sedalam mungkin melalui hidung atau bernapas melalui mulut.

Beberapa orang merasa lebih mudah untuk menghitung pada setiap hembsan napas mereka. Menutup mata juga mungkin membantu agar kita fokus.

Gejala sesak ini biasanya berlangsung selama 5-20 menit, tetapi jika tidak bisa diatasi selama itu maka pergilah ke dokter. Ini bisa menjadi tanda gangguan panik, yang mempengaruhi 2 dari 100 orang di Inggris.

Terapi perilaku kognitif (CBT) dapat membantu kita mengubah cara kita berpikir dan menafsirkan gejala kecemasan.

Dalam program Improving Access to Psychological Therapies (IAPT), menunjukkan ada beberapa tahapan dalam mencegah diri dari serangan panik, salah satunya melakukan latihan pernapasan setiap hari.

Lalu, mengatasi stres, berolahraga, makan teratur, menghindari alkohol, kafein dan rokok adalah solusi yang dianjurkan.

Meskipun serangan panik selalu datang tiba-tiba, dan kadang-kadang dengan sedikit peringatan, perasaan ketakutan itu pasti akan berlalu jika kita melakukan aktivitas tersebut.

Mereka bisa sangat meresahkan tetapi ingatlah bahwa tidak ada hal buruk yang akan terjadi pada Anda.

Infografik SC Aviophobia

Infografik SC Aviophobia. (tirto.id/Lugas)

Baca juga artikel terkait TRAVELING atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Febriansyah
Editor: Yandri Daniel Damaledo