tirto.id - Setiap jenis zat mempunyai kekuatan keasaman, yang biasa disebut sebagai derajat keasaman atau pH (potenz of hydrogen).
Istilah pH pertama kali diperkenalkan oleh ahli biokimia Denmark, Soren Sorensen. Ia menggunakan satuan pH untuk mengukur dengan konsentrasi rendah.
Menurut e-modul Kimia Paket C, Interaksi Alam Basa dan Kehidupan (2018), skor pH larutan berkisar antara 0 –14. Nilai 7 menunjukan zat bersifat netral (tidak asam dan tidak basa).
Sementara suatu senyawa dikatakan bersifat asam jika mempunyai nilai pH yang lebih kecil daripada 7, dan senyawa basa mempunyai nilai pH yang lebih besar daripada 7.
Derajat keasaman suatu senyawa berbeda-beda. Ada yang bersifat asam kuat dan ada pula yang bersifat asam lemah. Semakin kecil nilai pH atau semakin mendekati skala nol, maka tingkat keasamannya semakin kuat.
Sebaliknya, jika nilai pH semakin besar atau mendekati skala 7, maka tingkat keasamannya semakin lemah.
Contoh, jika asam cuka (CH3COOH) mempunyai pH = 3, dan jus jeruk mempunyai pH = 4, maka asam cuka mempunyai derajat keasaman yang lebih kuat daripada jus jeruk.
Pada dasarnya derajat keasaman suatu larutan bergantung pada konsentrasi ion H+ dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion H+, maka semakin asam larutan tersebut.
Umumnya konsentrasi ion H+ pada larutan sangat kecil, maka untuk menyederhanakan penulisan digunakan konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+.
Cara Mengukur Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) suatu larutan dapat ditentukan dengan menggunakan 4 cara, yakni memakai indikator universal, indikator stik, larutan indikator dan pH meter.
Berikut ini penjelasan cara menentukan pH dengan menggunakan cara-cara tersebut, sebagaimana dirangkum dari Modul Pembelajaran Kimia Kelas XI (2020) .
1. Menggunakan Indikator Universal
Indikator universal merupakan campuran dari bermacam-macam indikator yang dapat menunjukkan pH suatu larutan dari perubahan warnanya. Indikator universal ada dua macam yaitu indikator berupa kertas dan larutan.
a.) Indikator Universal Kertas
Kertas indikator universal memiliki empat buah garis yang berwarna, yaitu kuning, hijau, jingga, dan jingga kecokelatan.
Garis warna tersebut akan mengalami perubahan warna jika kertas indikator universal dicelupkan ke dalam suatu larutan yang memiliki sifat tertentu.
Perubahan warna yang terjadi pada garis warna kertas indikator universal dicocokkan dengan tabel berikut ini untuk menentukan nilai pH suatu larutan.
Tabel Nilai pH Berdasarkan Perubahan Warna pada Kertas Indikator
Nilai pH | Urutan Warna pada Garis Warna dari Bawah | |||
Warna 1 | Warna 2 | Warna 3 | Warna 4 | |
0 | Ungu tua | Kuning | Jingga | Jingga |
1 | Ungu | Kuning | Jingga | Kecoklatan |
2 | Ungu muda | Kuning | Jingga | Jingga |
3 | Coklat | Kuning | Jingga | Kecoklatan |
4 | Coklat muda | Kuning | Jingga | Jingga |
5 | Kuning | Kuning | Jingga | Kecoklatan |
6 | Kuning | Kehijauan | Jingga | Jingga |
7 | Kuning | Hijau pucat | Jingga | Kecoklatan |
8 | Kuning | Hijau | Jingga | Jingga |
9 | Kuning | Hijau tua | Jingga | Kecoklatan |
10 | Kuning | Biru | Jingga | Jingga |
11 | Kuning | Biru | Kecoklatan | Kecoklatan |
12 | Kuning | Biru | Coklat muda | Jingga |
13 | Kuning | Biru | Coklat | Kecoklatan |
14 | Kuning | Biru | Coklat | Jingga |
Contoh:
Kertas indikator dicelupkan ke dalam suatu larutan sehingga garis warnanya berubah menjadi (dari bawah) kuning, biru, jingga, jingga.
Jika kita cocokkan dengan tabel perubahan warna pada garis warna kertas indikator universal, maka diperoleh nilai pH larutan tersebut adalah 10.
Dengan menggunakan kertas indikator universal kita dapat menentukan sifat dari suatu larutan apakah bersifat asam, basa, atau netral.
Derajat keasaman larutan yang diperoleh dari hasil pengukuran mengindikasikan sifat larutan tersebut. Contoh di atas menunjukkan bahwa larutan yang diuji bersifat basa karena memiliki nilai pH lebih dari 7.
b.) Indikator Universal Larutan
Jenis indikator universal larutan, jika dimasukkan dalam larutan yang bersifat asam, basa atau garam yang memiliki pH berbeda-beda akan memberikan warna-warna yang berbeda pula. Perhatikan tabel berikut ini.
Nilai pH | Warna Indikator Universal |
≤ 3 | Merah |
4 | Merah Jingga |
5 | Jingga |
6 | Kuning |
7 | Hijau Kekuningan |
8 | Biru Kehijauan |
9 | Biru |
≥ 10 | Ungu |
2. Menggunakan Indikator Kertas (Indikator Stick)
Indikator kertas berupa kertas serap dan tiap kotak kemasan indikator jenis ini dilengkapi dengan peta warna.
Penggunaannya sangat sederhana, sehelai indikator dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur pH-nya. Kemudian dibandingkan dengan peta warna yang tersedia.
3. Menggunakan Larutan Indikator
Salah satu contoh indikator universal jenis larutan adalah larutan metil jingga (Metil Orange = MO).
Pada pH kurang dari 6 larutan ini berwarna jingga, sedangkan pada pH lebih dari 7 warnanya menjadi kuning seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Indikator | Trayek pH | Warna | |
Basa | Asam | ||
Timol biru | 1,2 - 2,8 | Kuning | Merah |
Metil jingga | 3,1 - 4,4 | Kuning | Merah |
Metil merah | 4,4 - 6,2 | Kuning | Merah |
Bromocresol biru | 6,0 - 7,6 | Merah | Kuning |
Fonoftalein | 8,3 - 10,0 | Kuning | Merah tua |
4. Menggunakan pHMeter
pH-meter adalah suatu alat untuk mengukur derajat keasaman (pH) dari suatu larutan. Dengan menggunakan pH-meter, kita akan langsung mendapatkan nilai pH dari suatu larutan tanpa harus melakukan analisis lagi.
Jika elektroda pada pH-meter kita celupkan ke dalam suatu larutan, maka kita akan mendapatkan nilai pH larutan tersebut pada layar pH-meter.
Dengan menggunakan pH-meter juga kita dapat menentukan sifat dari suatu zat atau larutan apakah bersifat asam, basa, atau garam. Nilai pH yang diperoleh dari hasil pengukuran dapat digunakan untuk menentukan sifatnya.
Contoh:
Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan pH-meter diperoleh nilai pH larutan A adalah 5,43. Sehingga, sifat dari larutan A adalah asam karena nilai pH-nya kurang dari 7.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yandri Daniel Damaledo