tirto.id - Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, menyinggung suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) akan dinaikkan dari level 6,25 persen. Hal ini dikatakan akan meningkat seiring dengan nilai tukar rupiah yang semakin melemah.
"Sekarang ini nilai tukar sudah naik ya, hari ini sudah naik Rp16.370, ini mudah-mudahan di Bank Indonesia respons seperti apa saya tidak tahu, kalau suku bunganya dinaikkan perhitungan kita, [tapi] mungkin berbeda," ujar Suharsodi di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (20/6/2024).
Nilai tukar rupiah hari ini, Kamis (20/6/2024) dalam data Bloomberg tercatat melemah 57 poin atau 0,35 persen menjadi Rp16.422 per dolar Amerika Serikat (AS).
Suharso menekankan, situasi global saat ini perlu dicermati dengan baik dan masalah perekonomian ke depannya perlu dipertimbangan dengan respons yang baik agar Pemerintah Indonesia mampu menggapai Indonesia Emas 2045.
"Sebagaimana beragama memang kehidupan itu adalah menghadapi masalah dan menyelesaikan masalah dan kemudian datang masalah baru. Kita memerlukan strategi yang tepat untuk merencanakan dengan baik bauran kebijakan pemerintah," ujarnya.
Sementara itu, Bank Indonesia hari ini akan mengumumkan suku bunga acuan, setelah sebelumnya memutuskan untuk mempertahankan di level 6,25 persen.
“Rapat Dewan Gubernur [RDG] Bank Indonesia pada 21 dan 22 Mei 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,25 persen,” kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers Pengumuman Hasil RDG, Jakarta, Rabu (22/4/2024).
Keputusan mempertahankan BI Rate tersebut untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2024 dan 2025.
"Keputusan mempertahankan langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2024 dan 2025,” kata dia.
Berdasarkan catatan BI, inflasi di Amerika Serikat (AS) pada April 2024 tetap tinggi dengan pertumbuhan ekonomi yang masih menguat. Perkembangan inflasi AS mendorong kemungkinan penurunan Fed Funds Rate terjadi pada akhir tahun.
Di sisi lain, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB Universitas Indonesia, Teuku Riefky, menyebut BI perlu mempertahankan suku bunga 6,25 persen.
Hal ini tercermin dari inflasi terus menurun dan tetap berada dalam kisaran target BI, juga harga bahan pangan yang cenderung stabil akibat musim panen yang berlangsung.
Meskipun rupiah terdepresiasi selama empat minggu terakhir, peningkatan cadangan devisa memberikan penyangga yang signifikan terhadap tekanan ini. Selain itu, perbedaan suku bunga dengan Amerika Serikat saat ini masih terkendali sementara strategi tiga intervensi BI semakin mendukung stabilitas mata uang.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Anggun P Situmorang