tirto.id - Peristiwa puting beliung tidak dapat diprediksi, namun bisa dikenali karakteristiknya lewat perkembangan awan konvektif di sekitarnya. Hal tersebut diutarakan Prakirawan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur Ni Putu Nonik Prianti.
“Kejadian puting beliung hingga saat ini belum bisa diprediksi secara akurat walaupun menggunakan instrumen prakiraan cuaca modern, yaitu citra satelit dan radar cuaca, sehingga masyarakat untuk memahami ciri-ciri kejadian angin puting beliung dari melihat perkembangan awan konvektif yang ada di sekitar kita,” katanya lewat pesan singkat di Kupang, Jumat (3/11/2017), seperti dikutip Antara.
Nonik mengatakan hal tersebut usai peristiwa angin puting beliung yang terjadi di Kota Kupang, Kamis (2/11/2017) siang. Peristiwa itu merusak 123 rumah warga di Kelurahan Sikumana serta sejumlah bangunan lainnya.
Lanjut Nonik, karakteristik akan terjadinya angin puting beliung dapat dilihat dari sehari sebelumnya udara terasa panas dan pengap. Kemudian, sekitar pukul 10.00 akan terjadi pertumbuhan awan vertikal yang gelap dan cepat.
Setelah itu, awan cumulonimbus yang besar terbentuk secara cepat, hitam dan gelap. Ranting dan dedaunan pun bergoyang semakin lama semakin kencang dan terjadilah puting beliung.
“Hal yang harus diperhatikan dalam kejadian angin puting beliung tidak harus terjadi pada musim peralihan (pancaroba). Walaupun kebanyakan terjadi pada musim peralihan pada pagi, siang dan sore hari serta tidak semua awan cumulonimbus menghasilkan puting beliung,” tambahnya.
Durasi kejadian angin pun relatif singkat, hanya sekitar 5-20 menit tergantung skala yang terjadi. Jika skala lebih besar, maka kerusakan yang ditimbulkan akan lebih besar pula, kata dia.
Bicara soal lintasan kejadian puting beliung sangat berkaitan dengan pergerakan awan cumulonimbus yang menghasilkannya. Nonik pun meminta agar masyarakat tetap waspada akan potensi ini.
“Angin puting beliung dapat terjadi kapan pun dan di mana pun. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan selalu waspada akan potensi kejadian puting beliung,” jelasnya.
Kewaspadaan tersebut diutarakan Nonik karena kondisi Indonesia yang cuacanya dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama faktor pertumbuhan awan vertikal.
Selain itu, Indonesia yang berada dalam wilayah ekuator dapat menjadi faktor timbulnya pertumbuhan awan yang lebih besar dan luas. Itu dapat memicu terjadinya angin puting beliung, pungkas dia.
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo