tirto.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat hingga hari ini, Rabu, 7 Desember 2022 ada 396 gempa susulan di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Jabar). Hal itu terjadi pasca-gempa bumi 5,6 magnitudo (M) di kabupaten tersebut pukul 13.21 WIB pada Senin (21/11/2022) lalu.
“Info dari BMKG, sampai dengan hari ini total gempa susulan 396,” kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu via Zoom dalam konferensi pers daring bertajuk “Update Perkembangan Penanganan Gempa Bumi di Kabupaten Cianjur”, yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube BNPB Indonesia pada Rabu (7/12/2022).
Ayu, sapaan akrabnya, menyebut bahwa hari ini hanya terjadi satu kali gempa susulan. Yakni gempa susulan yang berkekuatan 2,1 magnitudo (M), namun tidak mereka dirasakan.
“Jadi relatif kecil. Mudah-mudahan enggak naik lagi,” terang dia.
Namun, Ayu mengatakan frekuensi gempa susulan di Cianjur makin menurun. Di mana kekuatannya pun juga makin melemah.
Untuk perkiraan cuaca, lanjut dia, sepekan ke depan di wilayah Cianjur berpotensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Meski begitu, ini bersifat sangat lokal serta terdapat kemungkinan disertai kilat dan petir.
“Sehingga, teman-teman yang ada di pengungsian harap waspada dan selalu memantau kondisi cuaca di sekelilingnya,” imbau Ayu.
Dalam kesempatan yang sama, Asisten Daerah (Asda) I Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur Arief Purnawan menuturkan bahwa sampai hari ini tidak ada penambahan korban meninggal dunia, korban luka, dan nihil temuan korban hilang akibat gempa di Cianjur. Sehingga totalnya masih sama seperti kemarin, 6 Desember 2022, yaitu sebanyak 334 meninggal, 593 luka berat dan 44 di antaranya masih dirawat di rumah sakit (RS) wilayah Cianjur, serta delapan masih dalam pencarian.
Dia pun menyebut pencarian masif telah dihentikan sejak kemarin. Namun, Tim SAR (search and rescue/pencarian dan penyelamatan) masih tetap menyiagakan timnya hingga berakhir masa tanggap darurat yakni pada 20 Desember 2022 mendatang.
“Hanya saja metode pencariannya yang berubah, tidak semasif seperti apa yang dilakukan pada saat masih keadaan diberlakukan,” ucap Arief.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Maya Saputri