tirto.id - Tiongkok sudah lama jadi pemain penting di dunia teknologi. Mereka pun telah mampu menghasilkan film-film yang kualitasnya diakui dunia seperti Farewell My Concubine (1993), Devils on the Doorstep (2000), dan Hero (2002). Akan tetapi, baru pada 2024 ini muncul sebuah karya fenomenal yang memadukan teknologi dengan seni pembuatan film.
Karya yang dimaksud, tak lain, adalah gim video bertitel Black Myth: Wukong.
Orang-orang Indonesia mestinya familier dengan cerita yang ditampilkan dalam Black Myth: Wukong. Sebab, gim ini didasarkan pada karya sastra klasik Tiongkok, Perjalanan ke Barat (Xīyóu Jì), yang pernah pula diadaptasi dalam serial televisi Kera Sakti.
Ya, Wukong dalam Black Myth: Wukong adalah Sun Go Kong si kera sakti itu. Hanya saja, dalam gim ini dia tidak ditemani oleh Biksu Tong, Tie Patkai, dan Sha Wujing.
Sebenarnya, sudah banyak video game yang diciptakan oleh orang-orang Cina. Buktinya, tahun lalu saja nilai industri gim Cina telah mencapai angka US$40 miliar. Genshin Impact yang begitu populer di Indonesia itu, misalnya, merupakan gim bikinan Negeri Tirai Bambu.
Namun, sampai akhirnya Black Myth: Wukong dirilis pada 19 Agustus 2024, belum pernah ada gim AAA yang dirilis para developer dari negara tersebut.
Pada prinsipnya, gim AAA mirip dengan film blockbuster. Keduanya dibuat dengan budget besar dan dipasarkan secara masif dengan dana yang besar pula. Game AAA biasanya memiliki grafis dan mekanis yang sangat realistis sehingga membutuhkan konsol atau komputer dengan performa tinggi untuk mengoperasikannya.
Beberapa contoh gim AAA yang telah lebih dulu masyhur adalah Red Dead Redemption 2, The Witcher 3: Wild Hunt, dan Horizon Zero Dawn.
Beberapa dari gim AAA itu juga merupakan gim berjenis open world yang memungkinkan para gamer leluasa mengeksplorasi seluruh lokasi yang ada dalam peta (map) gim tersebut. Black Myth: Wukong sendiri tidak termasuk dalam kategori open world, tapi tetap kaya akan elemen eksplorasi. Oleh karena itulah, tak sedikit yang menyebutnya game semi-open world.
Mengguncang Dunia Gim Video
Menurut laporan Al-Jazeera, Black Myth: Wukong diproduksi dengan biaya sekitar US$70 juta selama enam tahun. Hebatnya, hanya dalam tiga hari, ia sudah terjual 10 juta kopi dan kini setidaknya sudah menghasilkan US$800 juta-US$900!
Gim ini sudah dipromosikan sejak 2020 melalui sebuah video berdurasi 13 menit yang menunjukkan gameplay-nya. Di situ, ditampilkan beberapa dialog, mekanisme pertarungan, mekanisme eksplorasi, serta gerakan-gerakan yang bisa dilakukan oleh sang karakter utama, Wukong. Video itu disaksikan 2 juta orang Cina lewat pelantar streaming Bilibili dan 10 juta orang menyaksikannya di YouTube.
Dari situ, terlihat jelas betapa besarnya antusiasme para gamers untuk menyambut karya bikinan Game Science tersebut. Dan rupanya, antusiasme tersebut terejawantahkan secara sempurna ke dalam angka penjualan.
Tak cuma itu, gim ini juga menuai review positif. Di Metacritic, skor dari gim ini adalah 81 dari total 88 ulasan. Para gamers pun cukup puas dan memberikan ponten 7,9 untuk Black Myth: Wukong. Di Cina pun, Black Myth: Wukong begitu dibanggakan.
"Mendorong pengembangan gim seperti Wukong adalah sentimen nasionalistik yang dipromosikan lewat propaganda negara. Intinya, mereka ingin berkata bahwa orang Cina tidak akan kalah dari orang asing dan apa pun yang orang asing bisa capai, kami juga bisa melakukannya," jelas seorang mahasiswa PhD di University of Arizona, Yanchen Zhang, seperti dilansir Al-Jazeera.
Kesuksesan Black Myth: Wukong ini sekaligus menegasi opini yang menyebut bahwa gim AAA telah berada di ambang kematian seiring makin maraknya gim-gim "gratisan" seperti Genshin Impact. Menurut laporan terbaru, Black Myth: Wukong sudah terjual 20 juta kopi dan sebuah DLC (downloadable content), yang biasanya berisikan cerita tambahan, rencananya akan dirilis tahun depan.
Jelas, angka tak bisa berbohong. Kesuksesan Black Myth: Wukong memberi harapan pada gim AAA. Tak lama lagi, sejumlah gim AAA dari Cina juga bakal dilepas ke pasaran, di antaranya Code: To Jin Yong, Lost Soul Aside, dan Phantom Blade Zero.
Apabila gim-gim itu nantinya, paling tidak, sebagus Black Myth: Wukong, bukan mustahil masa depan gim AAA benar-benar berada di tangan para pengembang Tiongkok.
Kontroversi yang Menyertai
Sayangnya, kesuksesan Black Myth: Wukong masih harus disertai dengan cerita-cerita tak mengenakkan, khususnya terkait dengan penyensoran. Pengembang Black Myth: Wukong menetapkan sejumlah guideline kepada para streamer yang hendak memainkan gim tersebut dan isinya kurang lebih seperti ini:
- DILARANG menghina pemain lain.
- DILARANG menggunakan humor atau bahasa ofensif.
- DILARANG membicarakan politik, kekerasan, pornografi, propaganda feminisme, fetisisme, dan konten-konten lain yang bisa memicu perdebatan negatif.
- DILARANG menggunakan kata-kata seperti "karantina" atau "isolasi" atau "COVID-19".
- DILARANG membicarakan kebijakan, opini, dan berita soal industri gim Cina.
Peraturan yang diterbitkan pengembang gim ini memang sejalan dengan kebijakan yang ditetapkan di Cina sana. Apalagi, Pemerintah Tiongkok juga secara khusus memberikan dukungan untuk mempromosikan gim ini.
Namun, tentu saja, tak semua orang mau menerima peraturan ini begitu saja. Bahkan, ada sejumlah streamer yang akhirnya menolak untuk mempromosikan Black Myth: Wukong akibat penyensoran ini.
Selain soal penyensoran, ada satu isu negatif lain yang menyertai perjalanan Wukong di industri gim, yakni soal kultur seksisme di perusahaan Game Science. IGN pernah menerbitkan laporan tentang hal ini. Berulang kali, Game Science maupun para personelnya kedapatan mengunggah gambar yang melecehkan perempuan, tapi tidak pernah ada tindak lanjut terhadapnya.
Bahkan, menurut laporan IGN itu, sejumlah gamers perempuan di Tiongkok sana sampai memboikot Black Myth: Wukong akibat kelakuan para aktor intelektual yang ada di baliknya. Aksi boikot itu muncul sebagai respons atas masifnya pembelaan yang dilakukan para gamers laki-laki terhadap pengembang gim tersebut.
"Aku berharap para gamers di luar negeri mengetahui permasalahan ini karena konsumen harus tahu mengenai sikap para kreator sebuah gim sebelum membeli. Para pengembang laki-laki ini belum pernah merasakan akibat dari sikap misoginis mereka. Apalagi, ketika gamers perempuan menyuarakan ketidakpuasan, kami langsung diserang. Sudah saatnya ini berubah," ujar seorang bernama Jen (nama samaran) kepada IGN.
Dari segala kontroversi yang menyertainya, ada dua hal yang bisa disimpulkan dari Black Myth: Wukong.
Pertama, keterlibatan Pemerintah Tiongkok menunjukkan bahwa gim ini sudah menjadi alat propaganda soft power. Mereka ingin agar orang-orang di seluruh dunia, khususnya orang Barat, mulai terbiasa dengan kultur, bahasa, serta keberadaan Cina dalam industri gim video.
Mereka pun melakukannya dengan cara yang khas Cina, yakni, dengan penyensoran dan berbagai larangan.
Kedua, ketidaksempurnaan gim ini tidak cuma terletak dalam gameplay dan cerita (skor 81 dalam review menunjukkan ada cukup banyak ruang pembenahan), tapi juga kelakuan para pengembangnya. Jika Anda termasuk orang yang selalu mengikutsertakan pertimbangan moral dalam mengonsumsi sesuatu, ada baiknya Anda berpikir dua kali sebelum membeli Black Myth: Wukong.
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadrik Aziz Firdausi