Menuju konten utama

Bisakah Bisnis Kargo Bawa Merpati Airlines Terbang Lagi?

Sejumlah perusahaan pelat merah membantu Merpati menjalankan bisnis kargo di Papua. Bisakah uluran tangan itu pulihkan keuangan maskapai yang berdiri sejak 1962 tersebut?

Bisakah Bisnis Kargo Bawa Merpati Airlines Terbang Lagi?
Gedung Kementerian BUMN. FOTO/http://bumn.go.id

tirto.id - Upaya menghidupkan lagi PT Merpati Nusantara Airlines kembali dicoba pemerintah setelah makapai itu terbebas dari ancaman pailit. Kali ini kerja sama operasional penerbangan kargo dengan Garuda Indonesia Group ditempuh agar arus kas maskapai yang berhenti terbang sejak Februari 2014 itu berangsur membaik.

Garuda akan menyediakan lima armada kargo berkapasitas 12,5 ton—yang akan ditambah menjadi delapan armada di tahun depan—untuk melayani jasa pengiriman barang rute Jayapura-Wamena dan Timika-Wamena pulang pergi.

Direktur Utama Indonesia I Gusti Nugraha Akshara mengatakan, penyediaan pesawat itu dilakukan lantaran Merpati masih dalam proses restrukturisasi utang dan belum mengantongi izin penerbangan.

"Merpati saat ini tak punya pesawat. Harus di-reoperate dan sertifikasi yang biayanya cukup mahal. Tapi ada kemungkinan kalau volumenya besar, kita akan reactivate pesawat tersebut," ujarnya di Kementerian BUMN, Kemarin (16/10/2019).

Selain pelayanan Kargo Udara, kerja sama operasional juga melingkupi Ground Handling, Maintenance Repair & Overhaul (MRO) serta Training Center. Dari situ, Garuda akan memperoleh pembayaran jasa managementfee dan biaya lain yang bisa dibayar Merpati.

Tapi, kata Akhsara, kerja sama ini tidak dimaksudkan untuk menambah laba perusahaan. "Saya bilang air cost, itu timbul dari Garuda dibebankan dalam kerja sama ini plus management fee," ungkapnya.

Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius K Ro berharap kerja sama yang berlaku efektif pada bulan November itu bisa jadi sumber pendapatan yang bisa digunakan Merpati untuk mengangsur kewajiban utangnya.

Meski sulit, kata Aloy, upaya restrukturisasi utang Merpati yang mencapai triliunan rupiah perlu ditempuh karena merupakan konsekuensi dari putusan PKPU di Pengadilan Niaga Surabaya 14 November tahun lalu.

Di samping itu, Merpati juga masih punya beban pembayaran pesangon dan gaji tertunggak karayawannya yang merupakan kreditur preferen.

"Pertama karyawannya itu yang paling penting. Kemudian restrukturisasi keuangan. Nah, ketiga kita sudah masuk ke bisnis. Ya kita lihat volume [pengangkutan kargo-nya], ini perjanjian utamanya lebih didetailkan lagi," ujar Aloy dalam kesempatan yang sama.

Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha Garuda Indonesia Mohammad Iqbal mengungkapkan, lini bisnis kargo dipilih karena prospeknya yang masih cukup cerah. Pendapatan usaha kargo Garuda saja, kata dia, masih tumbuh 2,8 persen year on year (yoy) pada paruh pertama 2019— meski dari sisi volume justru menurun sebesar 26,7 persen untuk penerbangan domestik.

Risiko bisnis yang bakal dihadapi Merpati juga lebih rendah ketimbang bisnis angkutan penumpang yang persaingannya cukup ketat.

"Di Papua, kami juga tidak bersaing, karena khusus Timika, Wamena dan Jayapura Garuda tidak melayani jasa kargo. Sementara kalau Merpati masuk ke bisnis angkutan penumpang, persaingannya akan cukup ketat," kata Iqbal kepada Tirto, Kamis (17/10/2019).

Di samping itu, ada sepuluh perusahaan pelat merah lain yang siap memanfaatkan layanan kargo Merpati untuk aktivitas logistik di tiga daerah di Papua.

Mereka antara lain PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, PT Pertamina (Persero), Perum Bulog, Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero), PT PLN (Persero), PT Perikanan Nusantara (Perinus) serta Himpunan Bank Rakyat (Himbara) yang terdiri dari Bank BTN, Bank Mandiri, Bank BNI, dan Bank BRI.

Pengiriman barang perusahaan-perusahaan tersebut, kata Iqbal, diperkirakan mencapai 4.000 ton dalam setahun. "Bulog saja bisa tiga ribuan ton. Perinus sekitar 500 ribu ton, sisanya BUMN lain. Di luar itu masih banyak potensinya," lanjut Iqbal.

Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Budi Paryanta mengatakan, layanan kargo ke Papua memang potensial untuk berkembang. Khusus di Papua, lalu-lintas kargo di tiga wilayah yang akan dilayani Merpati cukup padat dalam dua tahun terakhir.

"Tapi persaingannya memang tidak gampang, karena ada penerbangan lokal seperti Tri MG Airlines dan lain-lain," ucapnya kepada Tirto, Kamis (17/10/2019).

Berdasarkan data Dirjen perhubungan udara, volume kargo di Bandara Mozes Kilangin Timika, tercatat meningkat dalam dua tahun terakhir.

Kiriman barang domestik yang masuk (datang) pada 2018 tercatat sebanyak 1.104.244 kg, melonjak dari tahun sebelumnya yang tercatat 409.893 kg. Sementara keberangkatannya mencapai 11.102.975 kg, melonjak dari 2017 yang tercatat 6.914.699 kg.

Lalu lintas kargo di Bandara Wamena juga masih tercatat cukup tinggi meski mengalami tren penurunan. Untuk kedatangan, lalu lintas logistik di bandara tersebut tercatat sebanyak 125.437.041 kg, sedikit lebih rendah ketimbang tahun 2017 yang tercatat 130.863.218 kg.

Ada pun keberangkatannya tercatat sebanyak 4.220.999 kg, menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 4.255.827 kg.

Sementara di Bandara Sentani, Jayapura, kedatangan kargo tercatat sebanyak 38.403.553 kg, meningkat dari tahun 2017 yang hanya mencapai 8.639.186 kg. Sementara keberangkatannya mencapai 102.188.652 kg, melonjak dari 2017 yang tercatat 61.929.012 kg.

Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines, Asep Ekanugraha, menyebut bahwa kerjasama operasional akan berlangsung selama 38 tahun dan akan dikaji ulang setiap 5 tahun.

Garuda Indonesia Group, akan membantu Merpati memanfaatkan resources yang tersisa dan merintis bisnis kargo dari awal. Ia optimistis sinergi dengan BUMN tersebut bisa jadi jalan untuk menerbangkan kembali maskapainya.

"Merpati kan punya pesawat tapi pada tidur semua. Sebelum putusan operasi kita punya 25 pesawat yang operasional. Sekarang istirahat semua," jelasnya.

Saat ini, posisi utang Merpati sudah berkurang sekitar Rp4,4 triliun sejak restrukturisasi berjalan tahun 2014. Salah satunya, kata dia, karena adanya penghapusan bunga utang oleh para bank BUMN dalam proposal homoligasi di PKPU.

"Utang kita udah turun [jadi] sekitar Rp6 triliun dari posisi Rp10,9 triliun," kata Asep.

Baca juga artikel terkait MERPATI AIRLINES atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana