Menuju konten utama

Berburu Suvenir Asian Games di Detik-detik Terakhir

Tidak semua orang bisa dapat boneka maskot Asian Games, meski harus mengantre berjam-jam.

Berburu Suvenir Asian Games di Detik-detik Terakhir
Sejumlah pengunjung mengantre di Super Store untuk membeli suvenir resmi Asian Games 2018 di Zona Bhin Bhin Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jumat (24/8/2018). ANTARA FOTO/Paramayuda/mes/18

tirto.id - Saya tidak butuh waktu lama untuk memutuskan keluar dari antrean ratusan orang yang sedang berburu Kaka, Atung dan Bhin-Bhin—maskot resmi yang dijual dalam bentuk boneka. Jumat siang sekira pukul 11.00 saya coba membenamkan diri dalam antrian panjang di area Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta. Setelah 30 menit berdiri di bawah terik matahari saya memilih lari keluar barisan. Rasa lelah dan panas menimpa kerongkongan. Pikir saya lebih baik berlindung di bawah bayangan bangunan dan menikmati hembusan angin sambil menenggak habis satu botol air mineral 600 ml yang dingin.

Saya punya pembenaran mengapa akhirnya lebih memilih menyerah. Pertama, karena saya datang menjelang salat Jumat atau waktunya istirahat; kedua, antrean sudah mencapai urutan ratusan; ketiga, baru satu jam sebelumnya panitia mengumumkan ketiga boneka itu habis.

Ketika mendapat informasi itu, saya masih berada di barisan belakang. Sekitar 150 orang ada di depan saya.

Beberapa orang tidak selemah saya, Arif misalnya.

Pria berusia 34 tahun asal Banjarmasin ini merelakan setengah harinya untuk mengantre. Dia sudah berada dalam barisan sejak pukul 9 pagi, padahal dia hanya punya waktu empat hari di Jakarta. Sedari pagi mengantre hingga pukul 13.00, ia belum juga masuk, baru sampai persis di muka pintu masuk Super Store GBK.

Pada pukul 13.00 toko ditutup sementara. Panitia beralasan mereka hendak mengambil persediaan boneka Kaka-Atung-Bhin-Bhin lagi. Arif pun memutuskan untuk bertahan meski tahu dia bakal menunggu lebih lama lagi.

"Baru buka lagi jam 4. Sekarang lagi di restock," katanya pada Tirto. "Incaran saya sih boneka itu. Saya ingat anak saya minta oleh-oleh."

Saat mengantre di depan pintu masuk, tidak ada lagi terpal penghalang sinar matahari. Arif lantas meminta rekannya untuk mencari kardus bekas. Setelah dapat, kardus itu tak juga dilepaskan untuk menutupi kepalanya. Saat bersalaman dengan saya, kardus itu masih ada di posisi yang sama.

"Daripada nanti diambil orang," ucapnya.

Sebagian orang melakukan hal yang sama dengan Arif. Mereka yang lebih mempersiapkan diri telah membawa payung dan membukanya. Beberapa berlindung di balik orang-orang yang berdiri, sedangkan kardus bekas dijadikan alas duduk.

Situasi ini persis ketika orang antre di sebuah gerai yang sebentar lagi bangkrut dan memutuskan buat mengobral produk sebesar-besarnya. Bedanya tidak ada diskon di Super Store—nama tempat penjualan suvenir.

Jody, asal Depok, punya mental baja yang juga jauh melebihi saya. Ini kali kedua dia datang ke Super Store GBK di minggu yang sama. Rabu (29/8/2018) lalu dia juga mengantre berjam-jam. Dan cuma dapat pin, padahal bukan itu yang dicari.

"Daripada saya pulang tangan kosong, mas," ucapnya, pasrah.

Jody memang tidak menonton pertandingan secara langsung, tapi setidaknya ia ingin punya cendera mata khas dari ajang bersejarah ini. Tidak menyerah, ia datang lebih pagi. Jika sebelumnya datang sekitar jam 3 sore, hari ini Jody sudah ada di lokasi pukul 12.30 siang.

Hasilnya tidak jauh beda, meski sebetulnya harus mengantre lebih jauh dari kedatangan pertama. Bila kemarin mengantre di belakang gedung Super Store, kali ini ia harus mengantre di seberang belakang gedung.

Untung pukul 3 sore beberapa orang yang tak kuat menahan panas keluar dari barisan. Jody pun bisa menghemat waktu cukup banyak. "Itu yang gak kuat mental aja," demikian kelakar Jody mengomentari orang-orang itu. Mukanya masih terpapar sinar matahari ketika mengatakannya.

Saya hanya senyam-senyum saja. Bagaimanapun saya termasuk yang menyerah.

Ia juga mendengar kalau boneka akan datang lagi pada pukul 4 sore. Saat itu juga toko akan dibuka. Dia yakin kali ini lebih beruntung.

"Tapi kalau memang nggak ada apa-apa yaudah, nggak masalah. Yang ada pokoknya saya ambil," ucapnya.

Masihkah Maskot Bisa Kita Miliki?

Peluang mendapatkan ketiga maskot Asian Games itu memang tipis. Beberapa toko sebenarnya sempat menjualnya, seperti toko di fX Sudirman atau Gandaria City. Namun sejak pembukaan Asian Games 18 Agustus lalu, boneka ketiga maskot itu diboyong ke Super Store GBK karena permintaan membludak.

"Saya sudah tahu setelah pembukaan itu akan ramai," ucap Director Business Development PT Madonna Variakreasi Jimmy Widjaja kepada Tirto, menjawab kenapa semua boneka ditarik ke GBK. PT Madonna Variakreasi adalah salah satu perusahaan yang punya lisensi produksi boneka maskot Asian Games 2018.

Jimmy tidak menyangka permintaan produk ini begitu tinggi. Soalnya, sebelum pembukaan Asian Games, boneka-boneka ini diprediksi tak bakal laku.

"Saat itu toko-toko ada saja yang menolak karena takut nggak laku. Sekarang malah dicari-cari," katanya.

Sebanyak 250 ribu boneka diproduksi sejak Maret. Ia tidak memprediksi akan adanya permintaan yang begitu tinggi dari masyarakat, padahal untuk membuat boneka itu perlu waktu hingga 6-8 minggu atau setidaknya satu bulan.

Infografik CI Masih soal Asian games

Jimmy mencoba mengakali permintaan masyarakat yang begitu tinggi, misalnya dengan membuka preorder untuk paket pembelian boneka.

Ada paket A: boneka kualitas tinggi seperti yang dimiliki atlet, sekitar 12 inci, plus medali; Paket B: boneka kualitas tinggi seperti yang dimiliki atlet; Paket C: boneka kualitas tinggi dengan ketiga maskot bergaya kawaii; Paket D: ketiga boneka yang dibuat dengan kualitas print plus.

Harga satu boneka sekitar Rp299 ribu untuk kualitas paling bagus. Sedangkan untuk Kawaii harganya Rp 199 ribu, dan paling murah sekitar Rp 129 ribu. Setiap orang maksimal boleh membeli tiga set.

Untuk Paket D, Jimmy merencanakan produksi hingga 3.000 boneka dan bisa dibuat paling cepat dalam jangka waktu dua minggu. Sedangkan Paket A bisa dibuat sebanyak 4.500 boneka paling cepat satu bulan. Untuk sampai ke tangan pembeli, diperkirakan membutuhkan waktu enam sampai delapan minggu.

"Kami tidak tahu preorder sampai kapan. Tapi yang jelas kami masih boleh produksi hingga Desember 2018," ucapnya.

Harapan Hilang, Pengunjung Rusuh

Lucky, salah satu staf yang bertugas menyiapkan barang penjualan di Super Store GBK, mengaku ketiga boneka maskot sudah habis mulai pukul 12 siang tadi, meski pengumuman dilakukan pada pukul 10.00. Hal ini mungkin karena masih ada puluhan orang yang berbelanja di dalam toko ketika pengumuman dilakukan.

"Nanti kami buka lagi pukul 4 sore," ucapnya tegas melarang orang yang hendak masuk.

Lucky menyatakan, masih ada boneka yang akan didatangkan ke Super Store. Hal ini sedikit berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Wakil Direktur Unit Merchandise dan Retail Inasgoc, Mochtar Sarman bahwa pasokan boneka sudah habis baik di GBK atau di toko-toko resmi lain.

"Masih ada nanti. Saya nggak tahu jumlahnya, ratusan," kata Lucky.

Masyarakat yang mengetahui hal itu tentu bergeming. Mereka berharap bahwa apa yang dikatakan Lucky benar, karena preorder yang rencananya akan dibuka pada siang hari selepas salat Jumat nyatanya batal.

Preorder baru dibuka di dekat pintu 5 GBK sekitar pukul 16.30. Pada pukul 16.00 apa yang disampaikan Lucky menjadi kenyataan, boneka datang dan orang-orang berbondong-bondong membeli.

Baru sekitar 30 menit orang bergantian masuk, kaca di pintu masuk pecah.

"Tiap hari boneka datang, mas. Hari ini sudah nggak. Ini ditutup dulu, kan pecah kaca. Besok ada lagi," ujar Lucky.

Namun setelah dihentikan selama kurang lebih sejam, panitia mengambil keputusan masyarakat boleh masuk melalui pintu belakang. Karena keterbatasan barang, akhirnya hanya 100 orang pertama yang diberi kesempatan masuk dan membeli.

Baca juga artikel terkait ASIAN GAMES 2018 atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Rio Apinino