tirto.id - Milyarder Kenneth Langone adalah salah seorang warga AS yang gencar mengimbau publik untuk tetap tenang dalam menghadapi COVID-19.
“Biarkan ilmuwan melakukan pekerjaannya. Biarkan pemerintah membereskan pekerjaannya. Saya imbau semua orang untuk tetap tenang,” katanya seperti yang dikutip CNBC (28/2/2020).
Menurutnya, selama COVID-19 mewabah, orang cenderung bertindak berdasarkan emosi. “Sebetulnya yang sebenarnya jadi masalah di sini adalah perasaan panik. Rasa panik itu terlihat sampai di ranah bursa saham,” kata pria yang juga menilai khalayak cenderung melebih-lebihkan risiko COVID-19.
Sebagian dari orang-orang panik yang ia bicarakan adalah kaumnya sendiri--golongan -orang orang terkaya Amerika Serikat yang melakukan berbagai macam cara tak lazim agar terhindar dari virus Corona.
Jurnalis New York Times Alex Williams dan Jonah Engel Bromwich menurunkan laporan panjang berjudul "The Rich are Preparing for Coronavirus Differently" (6/3/2020) dan menyebutkan beberapa metode yang dilakukan orang superkaya agar terhindar dari COVID-19. Mereka menyewa jet pribadi saat bepergian, berlayar menggunakan kapal layar pribadi, menyuntikkan berbagai vitamin, tinggal di dalam bunker atau pulau pribadi, menyiapkan stok makanan untuk empat bulan, menggunakan masker yang dilengkapi lima lapisan penyaring kuman, hingga menyewa jasa dokter panggilan.
Februari silamBloombergmenelusuri beberapa perusahaan yang bergerak dalam bisnis penyediaan pesawat jet di tengah wabah COVID-19. Pimpinan perusahaan penyedia pesawat jet pribadi, PrivateFly, Adam Twidell menyatakan bahwa bisnisnya mengalami peningkatan pesanan secara signifikan dari perusahaan dan perorangan untuk kebutuhan evakuasi dari daerah yang rawan terkena wabah Corona.
Perusahaan yang bergerak di bidang serupa yakni JetSet Group juga mengalami peningkatan 25% selama beberapa minggu belakangan. Sebagian pemesan bahkan berasal dari orang-orang yang belum pernah menggunakan jasa pesawat jet pribadi.
Meski mendapat keuntungan dari sisi finansial, orang-orang yang bekerja di perusahaan pesawat jet pribadi tersebut sebenarnya juga kewalahan. Mereka harus memenuhi permintaan klien yang dipandang cukup sulit. Ada klien yang, misalnya, mensyaratkan pesawat yang ditumpangi tidak pernah terbang ke Cina dalam kurun waktu tertentu. Para klien juga meminta agar seluruh staf yang ada di dalam penerbangan memiliki suhu tubuh normal.
Pesawat jet yang melayani jasa penerbangan untuk keperluan rapat bisnis yang berlokasi di kawasan Cina juga mesti mencari cara agar mereka bisa mendarat dan memarkir pesawat di tempat yang benar-benar aman selagi menunggu klien menyelesaikan rapat.
Laporan Williams dan Bromwich juga menyebut golongan superkaya menyewa jasa Sollis Health yang memungkinkan mereka untuk memanggil dokter, memesan obat untuk diantar ke rumah, dan menyewa ruang gawat darurat VIP dengan membayar biaya keanggotaan setidaknya 8.000 dolar AS per tahun.
Sebagian anggota Sollis Health memesan obat antivirus flu, antibiotik, dan obat untuk gangguan saluran pernapasan. Selain obat, Sollis Health juga menerima pesanan masker. Para dokter yang bekerja untuk Sollis Health mengatakan kepada para klien jetset itu bahwa memesan obat antivirus dan masker dalam jumlah banyak adalah kesia-siaan karena tidak akan terlalu efektif membentengi diri dari COVID-19. Tapi, pendapat itu dihiraukan para klien.
Semuanya Milik Pribadi
Dari berbagai langkah pencegahan, mengisolasi diri dengan tinggal di pulau pribadi dan bunker adalah opsi laris di kalangan kaum superkaya. Baru-baru ini pesepakbola Cristiano Ronaldo menempuh cara itu. Linimasa Insta Story sempat ramai dengan potret keluarga Ronaldo yang dilengkapi caption bahwa mereka akan “mengamankan diri” dengan tinggal di pulau pribadi selama beberapa waktu.
Ketertarikan Ronaldo akan pulau pribadi ini bukan hal baru dan tidak hanya didasari alasan perlindungan dari bencana. Pada 2015, Ronaldo membeli pulau pribadi dan memberikannya kepada seorang agen sebagai kado pernikahan.
Tapi, kabar orang super-kaya yang kabur ke pulau tidak sesanter berita mereka yang memilih tinggal di bunker. Bloomberg(2/3/2020) mewawancarai satu narasumber yang enggan disebut namanya. Narasumber yang bekerja sebagai pejabat di perusahaan pengelola dana investasi global tersebut menyatakan dirinya akan “bersembunyi” di bunker miliknya.
Selain itu, sejumlah petinggi perusahaan di Silicon Valley AS juga memutuskan untuk tinggal di bunker. Mereka menyewa atau membeli bangunan yang tadinya digunakan sebagai penyimpanan senjata nuklir. Interior bunker didesain layaknya hunian bintang lima. Orang-orang superkaya ini rela menyewa atau membeli bunker untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang mereka sebut ‘kiamat’, yakni kekacauan yang disebabkan bencana alam, perang, dan wabah penyakit.
Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang properti bunker mewah ini adalah Vivos. Pada 2015, Forbesmenurunkan laporantentang usaha baru milik Robert Vicino ini. Vivos dikabarkan akan memanfaatkan lahan seluas 0,7 hektare di Jerman yang tadinya berfungsi penyimpanan senjata dan amunisi tentara Soviet pada masa perang dingin. Setiap unit bunker yang bakal difungsikan sebagai tempat tinggal berukuran seluas 2.500 meter persegi.
Vicino mengklaim bunkernya kebal serangan senjata nuklir jarak dekat, kecelakaan pesawat, gempa, dan tsunami. Ia bahkan sesumbar hendak membangun kota mini dengan mendirikan rumah sakit, salon, restoran, pub, tempat ibadah, ruang kelas, pusat keamanan, ruang kontrol nuklir, dan sarana pembangkit listrik. Lantas, akan ada pula moda transportasi elektrik, helikopter, busana pengaman dari zat nuklir berbahaya, kolam renang pribadi, bioskop, sampai area bercocok tanam.
Mereka yang enggan mengakses fasilitas umum pun tetap bisa terhibur dengan ragam hiburan yang ada di unit bunker.
Gary Lynch, pengusaha yang bergerak di lini sejenis, menyatakan perusahaannya mengalami peningkatan permintaan setelah Trump terpilih menjadi presiden. Orang-orang superkaya takut peluang terjadinya perang akan lebih besar sehingga rela mengeluarkan dana sebesar 4,2 juta dolar AS untuk membeli bunker.
Selain situasi politik, rumor soal datangnya kiamat juga jadi salah satu faktor yang membuat orang superkaya memutuskan membeli bunker.
Tradisi mempersiapkan diri dalam menghadapi bencana ini muncul pada masa Perang Dingin. Pada 1960-an, warga AS takut akan ancaman perangh nuklir. Presiden Kennedy juga mengimbau agar warga membangun tempat perlindungan untuk berjaga-jaga. Sejak itulah kebiasaan untuk mengantisipasi bencana muncul dan terpelihara sampai hari ini.
Editor: Windu Jusuf